Penjualan tas Hermès milik Jane Birkin senilai US$10 juta baru-baru ini tidak hanya mencetak rekor sebagai salah satu aksesori mode termahal yang pernah dilelang, tetapi juga menjadi pengingat akan betapa kuatnya hubungan antara mode dan makna personal. Tas tersebut bukan sekadar barang mewah yang menyimpan cerita, identitas, dan jejak kehidupan sang ikon. Jane Birkin, dengan gaya effortless chic-nya, telah menjadi simbol elegansi yang alami dan bebas aturan. Kehadiran tas ini dalam hidupnya bukan hanya sebagai aksesori, melainkan bagian dari narasi kesehariannya yang penuh pesona dan karakter.
BACA JUGA:Tas Birkin Orisinal Milik Jane Birkin Akan Hadir di Balai Lelang Paris
Lebih dari sekadar label, Hermès Birkin menjadi lambang status dan prestise, namun tas milik Jane Birkin ini membawa dimensi yang lebih ke dalam sejarah personal dan budaya. Goresan bahkan coretan di tas tersebut justru memperkuat keaslian dan nilai emosionalnya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam dunia fashion, nilai tidak hanya diukur dari kemewahan visual, tapi juga dari kisah di balik setiap benda. Terjualnya tas ini dengan angka fantastis menandai bahwa gaya abadi tidak lahir dari kesempurnaan, melainkan dari kejujuran ekspresi dan perjalanan waktu. Kini, tas itu bukan hanya menjadi barang koleksi, tetapi juga artefak budaya yang memperkuat warisan Jane Birkin sebagai ikon fashion sepanjang masa.
Saat lelang dimulai, tawaran dibuka di €1 juta atau sekitar Rp 18.951.000.000 dan segera melonjak. Sistem bidding mencakup telepon, ruang fisik, dan hologram 3D bagi klien ultra‑high‑net‑worth. Setelah sepuluh menit, palu diketuk di €8,6 juta (US$ 10,1 juta) atau sekitar Rp 162 Miliar memecahkan rekor tas termahal. Auctioneer menyebut momen tersebut sebagai penegasan bahwa nilai emosional dan cerita pemilik mampu mengungguli faktor material semata.
Usai lelang, tas dipindahkan ke ruang konservasi mikro‑klimat sambil menunggu sertifikasi standar warisan mode. Pembeli berinisial “L.M.” berniat meminjamkannya ke pameran keliling “Women Who Changed Design” di lima benua, memicu diskusi tentang peran kolektor swasta dalam pelestarian budaya. Tagar #OriginalBirkin menembus 24 juta impresi dalam 24 jam, menjadikan tas ini simbol “slow luxury” yang diapresiasi generasi Z.
Pencapaian tersebut merefleksikan dinamika baru industri mode ini di tengah tren cepat dan hype digital, objek dengan narasi otentik terutama yang pernah digunakan figur ikonik tetap memiliki daya tahan nilai. Keberhasilan lelang “The Original Birkin” menandai babak baru dalam cara dunia mode dan seni memperlakukan objek warisan budaya. Kehadiran tas ini sebagai centerpiece bukan semata karena namanya yang legendaris, melainkan karena muatan sejarah dan keterikatan emosional yang dibawanya. Jane Birkin bukan hanya seorang ikon gaya, tetapi juga simbol autentisitas dan kebebasan ekspresi. Tas yang melekat pada kehidupannya selama puluhan tahun kini dianggap sebagai representasi nyata dari jejak personal seorang seniman dalam dunia fashion. Sotheby’s berhasil mengemas kisah ini dengan cermat, menjadikan lelang bukan sekadar transaksi, tapi juga peristiwa budaya yang menggugah kolektor, penikmat seni, dan pencinta sejarah desain.
BACA JUGA:
Tas Birkin Paling Pertama Sedang Dipamerkan di Sotheby’s
Kylie Jenner Pamer Dua Koleksi Tas Hermès Paling Langka di Dunia