Bincang Eksklusif Bazaar dengan Paul O’Neil, Pimpinan Desain Levi’s Tentang Koleksi Blue Tab

Paul O'Neil bercerita lebih lanjut kepada Bazaar Indonesia tentang inspirasi di balik koleksi Levi's Blue Tab.

Courtesy of Levi's®


Pada bulan Januari lalu, Levi’s® menggelar peragaan busana yang menandai peluncuran koleksi terbaru mereka, Blue Tab. Tak hanya menyoroti perjalanan desain masa lalu, acara yang diselenggarakan di Tokyo ini pun memberikan bocoran eksklusif mengenai arah koleksi Levi’s® di musim mendatang.

BACA JUGA: Mengetahui Sejarah dan Asal Mula Denim

Dalam rangkaian acara ini, Michael Pondaag, selaku Fashion Director Harper’s Bazaar Indonesia, berkesempatan untuk berbincang langsung dengan Paul O’Neil, selaku design director Levi’s®. Wawancara eksklusif ini berlangsung di Levi’s® Harajuku, salah satu toko flagship yang menjadi pusat kreativitas dan inovasi brand tersebut di Tokyo.

Mari simak perbincangannya di bawah ini:

Harper's Bazaar Indonesia (HBI): Apa yang pertama kali menginspirasi perjalanan Anda bersama Levi’s®? Bagaimana perjalananya membentuk visi Anda terhadap brand ini?

Paul O'Neill (PO): Saya memulai perjalanan saya dengan Levi’s® di Amsterdam saat saya berumur 12 tahun, saat itu saya membeli koleksi 501® pertama saya. Saya menyukai budaya di sekitar Levi’s®, saya menyukai sejarah dibaliknya dan bagaimana Levi’s® selalu menjadi bagian dari pergerakan budaya musik. Dan ketika akhirnya mendapat kesempatan bekerja di Levi’s®, tentunya saya sangat bahagia.

HBI: Anda sudah mengoleksi Levi’s® sebelum belajar tentang fashion? Seperti cinta pada pandangan pertama?

PO: Iya, (tertawa pelan). Saya mulai mengoleksi piringan hitam sejak berusia 12 tahun. Lalu, ayah saya memberi semua koleksi rekamannya kepada saya. Rata-rata piringan hitamnya berasal dari era 60-an, seperti Bob Dylan atau The Who. Saya lihat apa yang mereka gunakan di sampul albumnya, Saat itu, saya berpikir, “Wah ini keren sekali!”. Lalu, saya dan teman-teman saya mulai pergi ke toko barang bekas untuk mencari jaket atau celana yang persis dengan apa yang mereka gunakan. Disitulah kami mulai belajar, jika ada label “Big E” artinya koleksinya lebih langka dari koleksi lainnya. Jadi, kami selalu memperhatikan detailnya dan mulai berburu pakaian, terutama jeans antik. Seperti itu awalnya.

Denim dari Levi’s® akan bercerita soal masa Gold Rush di San Francisco

HBI: Jadi, kebanyakan koleksi denim Anda dari Levi’s®?

PO: Iya, tapi sebenarnya saya koleksi semua item fashion. Dari korduroi, bahan kulit, kaos, sweatshirt, yang menjadi referensi untuk Levi’s® Vintage Clothing, juga untuk inspirasi koleksi Blue Tab.

HBI: Jika denim bisa berbicara, cerita apa yang akan ia sampaikan soal peran Levi’s® dalam membentuk budaya dan gaya hidup dunia?

PO: Denim dari Levi’s® akan bercerita soal masa Gold Rush di San Francisco, lalu orang-orang tampil dan berdiri di panggung Woodstock, atau bahkan saat tembok Berlin runtuh tahun 1988. Levi’s selalu ada di tengah-tengah momen budaya besar, dan itu yang membuat saya semangat bekerja di Levi’s®. Menurut saya, hal itu luar biasa. Saya merasa sangat beruntung bisa bekerja di brand yang memiliki sejarah dan makna sebesar ini.

HBI: Bagaimana cara Anda menjaga keaslian Levi’s® dan tetap menghadirkan inovasi supaya tetap relevan dan baru?

PO: Nah, disitulah peran Blue Tab. Untuk Levi’s® Vintage Clothing, kami harus benar-benar meniru desain koleksi sesuai dengan aslinya. Tidak boleh diubah, harus direproduksi persis seperti produk originalnya. Pada Blue Tab, kami dapat menggunakan bahan dan konstruksi terbaik, sehingga membuat desainnya lebih modern, tapi tetap menjaga DNA Levi’s.

HBI: Ngomong-ngomong, saya suka sekali dengan suit denim Bill Crosby Anda. Awalnya saya berpikir, “Kenapa Anda tak pakai denim?” Ternyata Anda menggunakansuit denim!

PON: (Tertawa pelan) Terimakasih. By the way, jas ini akan diproduksi kembali. Saya menyukai jaket ini karena sejarah dibaliknya. Pada masa itu, denim tidak bisa diterima di lingkungan yang lebih formal dan orang ragu menggunakan denim-on-denim. Jadi, saya tertarik untuk mereproduksi suit ini supaya denim bisa masuk dalam setiap kesempatan.

HBI: Menurut Anda, denim berkelanjutan (sustainable) itu tren semata, atau memang masa depan fashion?

PO: Menurut saya, semua hal seharusnya berkelanjutan (sustainable), dan menurut saya, produk Levi’s® cukup masuk dalam kategori tersebut. Kami pun punya layanan perbaikan, jadi saat rusak, bisa diperbaiki dan dipakai lagi. Sebagai konsumen, pasti akan ada pertanyaan tentang keberlanjutan produk Levi’s®, dan kami selalu membuat produk yang kuat dan tahan lama.

HBI: Apa cerita paling mengejutkan atau unik yang kamu temui soal hubungan seseorang dengan Levi’s®? Ada momen yang paling berkesan?

PO: (Tersenyum lebar) Yang pasti, banyak cerita-cerita yang membuat saya tertawa. Ada satu surat dari tahun 1967, dari seorang perempuan yang rumahnya hangus terbakar. Setelah api padam, ia mengunjungi rumahnya yang sudah tak bersisa, namun ia melihat tumpukan saku Levi’s® masih utuh. Celananya sudah hangus, tapi saku-sakunya dalam keadaan baik. Wanita itu berkata, jika Anda punya uang, simpan di saku Levi’s®.

Semuanya berubah, tetapi semua orang selalu mencari 501®

HBI: Jika Anda bisa mendesain Levi’s® untuk tokoh sejarah, siapa yang Anda pilih dan seperti apa desainnya?

PO: Sebenarnya bukan tokoh sejarah, tapi saya ingin sekali mendesain celana Levi’s® untuk kakek saya. Dulu, beliau bekerja di bidang konstruksi. Keluarga saya bercerita, saat beliau bekerja, tak ada pilihan lain untuk digunakan selain celana wol yang gampang robek. Saya akan sangat bahagia jika saya dapat membuat celana Levi’s® khusus untuknya bekerja.

HBI: Apa rahasia Levi’s® bisa tetap jadi brand global meski tren fashion terus berubah?

PO: Rahasianya selalu ada pada 501®. Salah satu contoh nyata yang dapat dilihat hingga kini, 501® selalu jadi pusat Levi’s® walaupun banyak perubahan yang terjadi disekitarnya. Semuanya berubah, tetapi semua orang selalu mencari 501®. Saya percaya, selama kita menjaga identitas, brand akan tetap kuat. Begitu kita kehilangan 501®, kita kehilangan semuanya, karena 501® itu pondasinya.

HBI: Seperti yang Anda ketahui, penggemar Levi’s® pun sangat banyak di Indonesia. Dan sekarang ada koleksi “Made in Japan”. Bisa dijelaskan lebih lanjut?

PO: Tentu. Levi’s® Made in Japan adalah produk Levi’s yang diproduksi, dijahit dan dirakit di Jepang. Sekarang ada dua tipe, yang diproduksi di luar Jepang tapi menggunakan kain Jepang, dan yang dibuat sepenuhnya di Jepang, dengan bahan dan pengerjaan lokal.

Kami sangat antusias meluncurkan koleksi Blue Tab, karena kami ingin mendorong kepemimpinan Levi’s® dalam industri denim lewat kain berkualitas tinggi, konstruksi terbaik, dan siluet modern, tapi tetap menjadikan DNA Levi’s® sebagai inti utamanya. Kami berharap koleksi ini bisa dinikmati audiens yang lebih luas.

Koleksi Levi’s® Blue Tab saat ini telah tersedia di Indonesia dan dapat diakses dengan mudah melalui gerai Levi’s® resmi maupun website Levi’s® Indonesia.

BACA JUGA:

Kini Material Denim Juga Bisa Mengikuti Konsep Sustainable, Seperti yang Dilakukan Levi's

10 Rekomendasi Celana Pendek Denim Pria untuk Tampil Gaya dan Segar di Musim Panas

(Penulis: Syiffa Pettasere)