Mengenal Lebih Dekat Sosok DJ Patricia Schuldtz

Sempat menimba ilmu kodokteran, panggilan hidup membawanya ke dunia live entertainment.

(Courtesy of Saeffie Adjie Badas, Dok. Bazaar Indonesia)


Meniti karier sejak tahun 2002, jejak sosok disc jockey atau DJ dengan keturunan Jerman-China ini nyatanya memiliki latar belakang yang memang kental dengan dunia musik. “Sejak kecil, saya sudah ada di dalam lingkungan keluarga yang musikal. Ibu saya sering menyanyi sambil main gitar saat mengandung saya. Lalu saat umur 10 tahun, saya mulai les piano. So, music has just been a part of my life as long as I know,” ujar Patricia Schuldtz.

Namun seperti apa pun di kehidupan, kepiawaian dan eksistensinya bukan sesuatu yang didapatkan secara instan, tetapi sesuatu yang didalami secara konsisten. Pengalaman tidak hanya menuai hasil yang nyata, namun juga identitas gaya DJ-ing dan sound yang unik.

Simak perbincangan Bazaar dengan Patricia mengenai ceritanya menavigasi karier, perkembangan dan perubahan di dunia live entertainment Indonesia kala kini mencakupi invasi teknologi artificial intelligence, serta perubahan treatment antara DJ laki-laki dan perempuan.

Atasan: Sean Sheila available at Pillar, Celana: milik stylist

Harper’s Bazaar (HB): Menurut Anda, bagaimana cara seorang DJ dapat menemukan signature sound-nya?

Patricia Schuldtz (PS): Prinsip saya sebagai seorang DJ adalah untuk dikenal lewat gaya dan musik yang distingtif. Dengan mengutamakan passion, saya memastikan bahwa seberapa eksploratif saya sebagai DJ, identitas dan autentisitas saya tetap akan menonjol. Signature sound Anda sebagai DJ memang ditemukan dalam diri sendiri, tapi hal ini hanya bisa dicapai jika Anda terbuka terhadap berbagai macam pengalaman dan terekspos pada musik dan budaya secara luas.

"Dengan perbendaharaan musik yang ekstensif, kita akan lebih mudah menemukan signature sound yang kemudian bisa di-mix dengan orisinalitas kita. Find it, refine it, and finally build your craft around it."

HB: Adakah sosok utama yang menjadi inspirasi Anda sebagai musisi dan DJ?

PS: I just can’t say one name karena influence itu banyak sekali dan selalu berubah-ubah. Seiring waktu dan evolusi genre, saya selalu menemukan sound baru, serta sosok-sosok DJ yang meng-influence DJ-ing style saya.

Halter top dan atasan: ANW, Bralet: ANW x Laurencia Irena, Celana: milik stylist

HB: AI-generated music sempat marak di media sosial. (Bahkan beberapa kreator konten mengunggah lagu tradisional Indonesia dengan suara khas Ariana Grande dan Justin Bieber) Apa impresi Anda mengenai fenomena ini, dan apakah menurut Anda sosok DJ bisa tergantikan dengan artificial intelligence?

PS: Menurut saya, dunia DJ-ing akan tetap bertumbuh. Bahkan dengan pesatnya perkembangan teknologi, kini malah semakin banyak DJ yang kembali menggunakan vinyl dan instrumen analog. Who knows? Mungkin AI bisa menggantikan sosok DJ, tapi yang pasti AI tidak bisa menggantikan unsur orisinalitas dan signature sounds. Teknologi ini hanya dapat meniru referensi yang sudah ada, tapi tidak membuat sesuatu yang orisinal. AI dapat mempercepat beberapa proses, tapi menurut saya tidak dapat menggantikan kreativitas manusia dan kemampuannya untuk membuat sound baru yang orisinal.

HB: Seberapa besar peranan fashion sepanjang karier Anda?

PS: It plays such a big role, tapi hal ini tidak sebatas tampilan atau impresi pertama. Dengan panjang waktu set DJ yang berbeda-beda, dengan venue dan konsep acara yang beragam, memastikan kenyamanan menjadi elemen yang sangat penting. If you’re not moving comfortably, how do you expect to move the crowd? Secara general, gaya pribadi saya cukup fleksibel, tapi bisa dibilang go-to saya adalah sepasang celana baggy, jerseys, jaket bomber, dan cropped top. Yang pasti, saya selalu mencoba menyesuaikan tampilan saya dengan acaranya.

HB: Sepanjang karier Anda, apa perubahan yang Anda tangkap di lanskap dunia live entertainment Indonesia? Lalu apa yang masih harus berubah?

PS: Saya melihat perubahan tren dalam perilaku para peminat live entertainment yang semakin fasih dengan budaya. Jadi semakin banyak promotor yang dapat menghelat acara mulai dari skala kecil hingga yang masif. Selain itu, orang-orang juga dapat mengakses rilisan terbaru para DJ melalui internet via media sosial dan platform streaming. This is a great thing.

Sedangkan yang menurut saya harus berubah sejak dulu adalah calo. Sangat mengecewakan untuk melihat betapa susahnya bagi banyak orang untuk menyaksikan pertunjukan performer favorit mereka, hanya karena kehabisan tiket yang dibeli oleh orang-orang yang bahkan tidak punya tujuan untuk hadir anyway.

Sarung tangan, halter top, dan atasan: ANW, Bralette: ANW x Laurencia Irena, Celana dan anting: milik stylist

HB: Jika Anda bukan seorang DJ, karier apa yang kira-kira akan Anda jalani?

PS: Mungkin saya akan menjadi seorang dokter karena saya sempat sekolah kedokteran, but my passion took me to the path the I am on today.

HB: Apa yang menjadi prioritas Anda sekarang?

PS: These days, saya mengutamakan keluarga, anjing-anjing, dan kesehatan saya. Saya mencoba mencapai keseimbangan dengan menyediakan waktu dan atensi penuh untuk hal-hal ini.

"Don’t spare time for the things that matter in your life, but make time."

Menutup perbincangan kami, Patricia pun mengekspresikan rasa syukur dan berbagi pesan bagi perempuan muda yang sedang mengeksplorasi karier di dunia entertainment. “Listen and be heard. Anda bisa mengedukasi para penonton tentang sound yang baru, tapi jangan menggunakan forsir. Pahami reaksi orang terhadap track dan genre yang Anda mainkan,” pesannya.

Everyday I consider myself to be lucky and blessed to be where I am doing what I do,” tuturnya. “Personally, daily life challenges itu dihadapi semua orang, dan saya percaya setiap orang memiliki invisible battles masing-masing. Secara profesional, saya tahu banyak DJ perempuan yang talentanya di-overlook. Ke depannya, saya berharap orang bisa lebih menghargai kualitas dan skill dalam bidang apapun yang seseorang tekuni, karena waktu dan usaha yang telah diberikan itu bukan hal sepele yang bisa dilihat sebelah mata saja,” tutup Patricia.

Atasan: Sean Sheila available at Pillar, Celana dan sepatu: milik stylist

Portofolio ini:

Fotografer: Saeffie Adjie Badas

Fashion stylist: Hans Hambali

Makeup: Yosefina Yustiani

Hair: Nathania Mae

Retoucher: Ragamanyu Herlambang

Asisten Stylist: Vala Makki

Asisten Fotografer: Supriyanto

Backdrop dan prop:Property of LXE Moments

Busana dan aksesori: Sean Sheila available at Pillar, ANW, ANW x Laurencia Irena