Apakah Sepatu Hak Tinggi Mempengaruhi Penampilan Anda?

Harper's Bazaar memaparkan seberapa besar pengaruh tinggi rendahnya hak sepatu pada pesona penampilan individu.



Sejak kecil, mayoritas anak perempuan dijejali oleh imaji betapa menariknya seorang wanita dewasa yang mengenakan sepatu stiletto dengan hak runcing yang tajam menghujam. Bahkan bila Anda mengulik kembali memori masa kecil, mungkin ada suatu momen ketika Anda diam-diam mencoba mengenakan sepatu hak tinggi milik ibu ataupun sanak saudara perempuan yang lebih tua.

Sebagai anak kecil dengan sejuta bayangan akan serunya tumbuh dewasa, hasrat untuk tampil aksi dengan sepatu hak tinggi pun merekah. Anda seolah tak sabar menanti momen membeli sepatu high heels pertama Anda dan mengenakannya seraya melenggok penuh pesona. Ketika momentum itu tiba, Anda merasa bahwa Anda telah resmi menjadi seorang fashionable lady seutuhnya. My heels are my stylish weapon, baby.

Istilah power shoes kerap diasosiasikan dengan sepatu stiletto yang tak hanya memberikan ilusi visual akan tubuh yang lebih tinggi dan proporsional saja, namun juga membuat kaki pemakainya terlihat lebih indah dan panjang menjulang. Menurut Manolo Blahnik, pada dasarnya sepatu hak tinggi sengaja dirancang dan dikonstruksikan untuk menyokong pergerakan badan serta menyempurnakan postur tubuh.

Sehingga ketika seorang perempuan mengenakan sepatu hak tinggi yang tepat (tidak terlalu sempit maupun terlalu longgar), setiap gerakannya dapat menyiratkan esensi estetika kinesik yang impresif sekaligus mengembuskan aura seduktif dan intimidatif, yang secara tidak langsung turut membuat pemakainya merasa lebih mantap dan percaya diri.

Namun apakah untuk tampil mantap harus selalu didukung oleh sepasang sepatu dengan hak setinggi langit?

Rasanya menjemukan sekali ketika melihat sekelompok perempuan dengan sepatu stiletto ataupun evening shoes yang saling beradu paling tinggi, dan melangkah tertatih-tatih karena—mau tidak mau—harus diakui mengenakan sepatu hak tinggi dalam waktu yang lama tentu tidaklah senyaman ketika Anda berjalan dengan sandal jepit.

Belum lagi pergerakan Anda menjadi terbatas saat mengenakan sepatu dengan tinggi hak yang ekstrim. Esensi power shoes tidaklah se-powerful itu lagi apabila Anda memaksakan untuk tampil gemilang dengan sepatu berhak di atas 13 sentimeter ditambah dengan platform setebal 3 sentimeter.

Anda mungkin akan tampak megah dengan sepatu high heels seperti itu, namun bila batin Anda menjerit karena menahan rasa sakit, mengapa tidak mencoba opsi power shoes yang lain?

Belum lama ini, Victoria Beckham dengan lantang mengatakan bahwa ia telah meninggalkan koleksi sepatu hak tingginya dan beralih ke beragam model sepatu tanpa hak. Padahal dulu ia sempat sesumbar bahwa ia tak dapat berkonsentrasi bila memakai sepatu flats, dan nyaris tidak pernah tertangkap kamera tanpa sepatu berhak menjulang.

Kini ia tanpa malu-malu tampil dengan mengenakan loafer maupun slip on berdesain bersih yang klasik, dan tetap terlihat memukau. Perempuan kini ditantang untuk dapat jujur dengan dirinya sendiri, dan disadarkan bahwa tidak ada salahnya mengenakan sepatu tanpa hak ataupun berhak sedang untuk beraktivitas sehari-hari maupun saat menghadiri acara formal.

Dengan semakin berkembangnya industri fashion secara global, wujud baru akan power shoes pun kini kian variatif dan dapat diselaraskan dengan selera, kepribadian, maupun gaya personal pemakainya.

Sepatu sneakers bertajuk Dior “Fusion” dengan detail embellishment dan permainan warna yang apik dan menarik misalnya, dapat dinobatkan sebagai power shoes meskipun tanpa hak. Ada pula sepatu slip on lansiran Chanel yang dipercantik dengan aksen tumpukan kelopak bunga camelia yang terbuat dari material genuine leather yang lembut.

Beberapa musim sebelumnya, Prada juga pernah melansirkan sepatu oxford dengan bantalan flatform bergaris yang tak kalah menarik. Stella McCartney juga turut meluncurkan rangkaian sepatu yang terinspirasi dari koleksi pria, dan menyempurnakannya dengan sentuhan kontemporer melalui potongan ujung sepatu bergaya arsitektural.

Musim panas tahun ini, sepatu mid-heels dari Gucci atau ankle boots berhak mungil (kitten heels) lansiran Loewe juga dapat dinobatkan sebagai power shoes. Keunggulan dalam hal desain dan detail kini telah secara signifikan menjadi kekuatan untuk menjaring impresi khalayak pada umumnya, dan juga atensi para insan pengapresiasi mode.

Tingginya heels bukan lagi menjadi faktor utama untuk dapat tampil sempurna. Karena sesungguhnya, tidak ada standar baku yang mengatakan bahwa power shoes haruslah berupa sepatu hak tinggi yang secara otomatis akan membuat Anda menjadi pusat perhatian (baik karena Anda terlihat luar biasa tinggi atau karena Anda terseok-seok mengenakannya).

Ketika Anda mengenakan power shoes pilihan Anda, bukan semata karena tidak mau kalah dengan peer group Anda atau karena enggan dicap tidak taat akan tren mode. Sepasang sepatu tersebut harus dapat membuat Anda benar-benar nyaman dan bahagia memakainya.

Sepatu high heels memang tidak akan pernah ditinggalkan atau terlihat ketinggalan jaman, namun tidak berarti hak tinggi menjadi harga mati. Dan Anda berhak menentukan sendiri the perfect power shoes bagi diri Anda, terlepas dari tinggi rendahnya hak yang menopang ujung tumit Anda.

(Photo: Valentina Valdinoci/IMAXTREE.COM, Vincenzo Grillo/IMAXTREE.COM)