Foto: Courtesy of Instagram @krisdayantilemos
Sebagai seorang diva Indonesia, tentunya Krisdayanti memiliki penggemar yang jumlahnya tak terhitung. Oleh karena itu, dalam mengabulkan permintaan para penggemar, akhirnya Dave Hendrik berkesempatan mengundang sang musisi ke dalam episode terbaru Brunch with Dave Hendrik pada hari Minggu ini.
Sebelumnya, Harper’s Bazaar Indonesia tak lupa untuk menyiapkan wadah bagi para penggemar yang ingin mengajukan pertanyaan untuk sang idola. Ragam macam keingintahuan penggemar itu dikumpulkan dan diajukan kepada Krisdayanti. Sebuah pertanyaan pun menarik perhatian Dave Hendrik.
“Semuanya (penggemar) bertanya, apakah ada kemungkinan Krisdayanti akan membuat konser emas 50 tahun? Karena, sepertinya semuanya menanti,” tanya Dave Hendrik.
Dengan yakin, Krisdayanti menjawab, “Kemungkinan itu ada, sebetulnya harus, jika berbicara tentang 50 tahun. Mohon doanya ya semua.”
Baginya, menyelenggarakan acara tersebut memang sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang penyanyi. Namun, jika dikaitkan dengan zaman sekarang yang serba digital dan erat dengan pengaplikasian teknologi, Krisdayanti merasa bahwa banyak musisi telah dipermudah melaluinya.
“Nah kalau zaman sekarang itu kan sepertinya semua penyanyi dipermudah hanya dengan mengeluarkan press releasedan mengumpulkan media atu televisi, lalu pasti ada dukungannya dari sana. Tambah lagi sekarang ada Youtube,” ungkap musisi yang pernah tergabung dalam grup trio vokal bernama 3 Diva atau DI3VA itu.
Namun, baginya, semua itu terasa fana. Jika dibandingkan dengan penyelenggaraan secara online, koneksi antara penyanyi dan penonton pada saat konser live jauh lebih kuat. Hal tersebut dapat tercipta dari permainan orkestra yang banyak dan emosi yang disampaikan kepada para penonton secara langsung. Membuat penonton berpartisipasi secara langsung pun memperkuat koneksi tersebut. Dengan begitu, mereka akan pulang dengan membawa kenangan serta cerita yang indah.
Berbicara mengenai digitalisasi, Krisdayanti sadar akan kehadiran para penyanyi yang ia sebut sebagai ‘bintang instan’. Mereka adalah para seniman yang biasanya lahir dari ajang pencarian bakat dan dengan cepat mendapatkan hati dari masyarakat Indonesia. Namun, menurutnya, proses singkat tersebut tak menempa mereka untuk menjadi sosok yang kuat, khususnya dalam industri yang cukup keras ini.
“Berbeda sama aku yang dari umur 16 tahun sudah naik metromini, ke sebuah stasiun televisi untuk berkompetisi, dan lain-lain. Aku juga menyiapkan konser, latihan satu bulan, dapat ‘jebakan batman' dari musisi-musisi, seperti harus nyanyi (lagu) Aceh dan lainnya,” ungkap musisi yang satu ini.
Kondisi tersebut membuat wanita yang satu ini merasa bahwa para ‘bintang instan’ tidak boleh melupakan attitude, khususnya terhadap sosok-sosok yang telah membantu mereka dan mengantarkan mereka ke posisi mereka saat ini.
“Enggak ada yang bisa melawan itu (attitude). Karena yang menolong kalian adalah orang-orang yang terkadang enggak kalian sadari. (Misalnya) orang yang berada di belakang panggung, orang yang menyiapkan lighting,” terang ibu dari empat anak itu.
“Koneksinya artis dengan orang-orang di belakang panggung itu yang perlu dibangun sehingga mereka juga memiliki tenggang rasa atau memiliki kepekaan terhadap para pekerja musik,” tambahnya.
Untuk ke depannya, Krisdayanti berharap, “Mudah-mudahan industri kita semakin sehat. Lalu, juga bagaimana pemerintah dan kita semua memiliki perubahan perilaku untuk menghadapi pandemi Covid-19 ini agar cepat berlalu.”
Simak cerita Krisdayanti selengkapnya di tayangan Brunch with Dave Hendrik pada kanal YouTube Harper's Bazaar Indonesia, segera!
Baca juga:
Keikhlasan Menjadi Kunci bagi Krisdayanti dalam Mengarungi Permasalahan Rumah Tangga
Inilah Saran yang Diberi Krisdayanti kepada Aurel sebelum Pernikahannya
(Penulis: Fatimah Mardiyah; Foto: Courtesy of Instagram)