Marks & Spencer Mengeluarkan Koleksi Burkini Pertama

Marks & Spencer menjawab kebutuhan pelanggan Muslim mereka dengan meluncurkan burkini, baju renang untuk kaum Muslim



Marks & Spencer menjawab kebutuhan pelanggan Muslim mereka dengan meluncurkan burkini, baju renang untuk kaum Muslim. Adalah sebuah gerakan bagi Marks & Spencer untuk memperluas jangkauan dalam menciptakan busana untuk para pelanggan Muslim mereka yang mulai bertumbuh pesat. Namun saat ini, tidak sedikit jumlah tokoh publik di Prancis yang mengkritik saat brand yang sudah berdiri selama lebih dari 130 tahun ini meluncurkan koleksi “burkini” pertamanya.

Koleksi pakaian renang yang didesain agar sesuai dengan standar berpakaian kaum Muslim ini dijual secara online serta tersedia di Marble Arch, butik Marks & Spencer terbesar di London dengan harga £49.50 atau sekitar 900 ribu rupiah. Produk ini sudah dibuktikan terjual laris di daerah seperti Dubai dan Libya, tempat produk tersebut telah distok hingga 3 tahun.

Namun dalam sebuah wawancara di salah satu radio Prancis, Laurence Rossignol, kepala dari sebuah organisasi hak asasi perempuan di Prancis menyatakan pendapatnya terhadap gerakan Marks & Spencer sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab. “Yang menjadi masalah saat ini adalah bagaimana lingkungan sosial telah mengontrol wanita atas tubuhnya sendiri. Ketika sebuah brand berinvestasi pada market kaum Muslim, mereka telah melalaikan tanggung jawab mereka terhadap wanita dan mendorong para wanita agar mengurung tubuh mereka,” ujarnya.

Tidak dapat dipungkiri lagi, industri mode di kaum Muslim adalah hal yang amat menguntungkan. Dengan market yang mulai memenuhi toko-toko pakaian, penjualan busana Muslim diperkirakan mecapai 300 biliun dolar pada tahun 2020 mendatang. Brand lain yang telah meluncurkan “modestwear” – sebutan industri mode untuk mendeskripsikan busana Muslim – termasuk DKNY, yang menciptakan koleksi khusus Ramadhan 3 tahun yang lalu dengan mempersembahkan maxi dresses dan floral jumpsuits dengan lengan panjang, serta Dolce & Gabbana yang tahun ini mendesain sebuah koleksi hijab dan abayas yang dikemas secara high-end (baca beritanya di sini).

Pierre Bergé, seorang businessman sekaligus partner Yves Saint Laurent, juga ikut unjuk bicara menyatakan pendapatnya. “Saya merasa syok. Para desainer seharusnya tidak berhubungan dengan dunia mode Muslim. Sudah seyogyanya mereka membuat wanita menjadi lebih cantik; memberi wanita kebebasan. Bukannya malah mengikuti gaya diktator yang justru membebankan dengan menyembunyikan wanita dan membuat para wanita hidup dalam persembunyian.”

Juru bicara Marks & Spencer kemudian memberikan respon terhadap kritikan-kritikan tersebut, bersikeras bahwa brand tersebut hanya menyediakan produk-produk pakaian renang berkualitas dengan rentang target market yang luas. “Kami telah menjual produk ini selama bertahun-tahun dan mereka memang populer bagi para pelanggan kami di kalangan internasional.”

Sejumlah kalangan media dari Inggris juga mendukung keputusan brand ini dalam memproduksi pakaian renang untuk Muslim. Menurut mereka, Marks & Spencer hanya menawarkan semakin banyak pilihan untuk pelanggan mereka yang tersebar di mana saja, serta menyatakan bahwa akan sangat merendahkan bila Marks & Spencer tidak memperluas jangkauannya karena dianggap melindungi wanita Muslim.

Nigella Lawson terlihat pernah mengenakan burkini dengan penuh gaya ketika sedang berlibur pada tahun 2011 yang lalu; membuktikan bahwa tidak peduli apapun agama Anda, pilihan untuk menutupi tubuh Anda maupun tidak adalah keputusan mutlak Anda sendiri.


(Tory Kingdon untuk Harper's Bazaar. Alih Bahasa: Ninette Marasuchi. Foto: Dok. Marks & Spencer)