Macam-Macam Love Language, Mana yang Mencerminkan Diri Anda?

Memahami diri sendiri merupakan kunci dari hubungan yang bertahan lama.

Courtesy of Rodnae Production/Pexels


Istilah love language pertama kali dikenalkan oleh Dr. Gary Chapman, seorang penulis, ahli pidato, dan konselor melalui bukunya yang berjudul Five Love Language.

BACA JUGA: Menukar Resolusi Tahun Baru dengan Niat yang Pasti di Tahun 2023

Ia membedah bagaimana komunikasi yang terbangun dalam sebuah hubungan, Dr. Gary memperkenalkan bahasa cinta yang dapat diaplikasikan ke dalam berbagai hubungan mulai dari hubungan romantis, keluarga, dan pertemanan.

Love language adalah sebuah cara manusia mengekspresikan rasa cintanya kepada orang lain. Apabila dalam suatu hubungan, baik itu romantis, pertemanan, atau keluarga dan love language tidak tersalurkan dengan benar, seseorang akan merasa tidak dicintai atau dihargai dengan baik.

Salah satu cara untuk menjaga keharmonisan setiap hubungan yang Anda bangun adalah dengan mengetahui bentuk dari love language yang Anda harapkan. Dan juga, orang-orang sekitar Anda. Kenali lima love language menurut Dr. Gary Chapman:

  1. Words of Affirmation

    Bagi Anda yang merasa senang ketika menerima atau bahkan mendengar kalimat pujian seperti apresiasi atau sebuah kalimat yang mengekspresikan kasih sayang akan membuat Anda merasa terkasihi oleh orang-orang di sekitar Anda. Seperti contoh “Anda terlihat cantik hari ini,” atau “Terima kasih sudah menghabiskan waktu bersama saya hari ini.” Apabila kalimat seperti itu membuat Anda merasa aman dan merasa disayangi, maka love language Anda adalah words of affirmation. Tidak hanya menjadi si penerima, Anda juga dapat menjadi pihak yang memberikan afirmasi positif itu terhadap orang lain, dan juga diri Anda sendiri.

  2. Quality Time

    Apakah Anda seseorang yang menikmati waktu bersama dengan orang yang Anda kasihi? Maka love language ini cocok untuk Anda yang fokus pada kualitas waktu. Love language ini sangat menikmati dan menghargai waktu yang dihabiskan seperti pergi berdua, deep talk, piknik, berpelesir, me-time di salon, dan hal-hal yang berhubungan dengan menghabiskan waktu bersama. Jenis love language ini pas dengan Anda yang lebih dapat berkomunikasi satu sama lain melalui quality time.

    Courtesy of Ron Lach/Pexels

  3. Receiving Gifts

    Bila Anda merasa senang menerima hadiah dari pasangan dan orang terkasih, bisa jadi love language Anda adalah receiving gifts. Love language ini biasanya akan merasa dihargai dan dicintai apabila mendapatkan hadiah, atau token of appreciation yang kasat mata. Rasa senang yang datang tidak ditentukan oleh nominal benda yang diterima, melainkan makna yang terkandung dari barang yang diberikan.

    Courtesy of Antoni Shkraba/Pexels


  4. Act of Service

    Love language ini cocok untuk Anda yang merasa dicintai melalui perlakuan-perlakuan kecil dan besar yang diberikan oleh pasangan. Contoh kecil dari love language ini adalah saat pasangan Anda membukakan tutup botol minum yang masih tersegel, membukakan pintu, membagi pekerjaan rumah bersama dengan Anda, hingga mengingatkan apa saja agenda Anda di keesokan hari. Semua hal yang dilakukan, besar atau kecil, akan begitu terasa dampak positifnya apabila act of service adalah love language Anda.

  5. Physical Touch

    Love language yang satu ini bukan sebuah bentuk bahasa cinta yang masuk dalam konteks negatif. Tetapi sebuah bentuk afeksi yang Anda berikan kepada orang-orang terkasih dan terdekat. Salah satu bentuk dari love language ini adalah berpelukan, berpegang tangan, dan saling berdekatan. Bila hal-hal di atas memberikan Anda rasa aman dan tenang, kemungkinan terbesar adalah physical touch adalah bentuk love language Anda.

Itu tadi adalah lima love language yang, di lanskap kehidupan modern hari ini, menjadi kunci dalam komunikasi yang lancar dan keberlangsungan. Temukan love language Anda, apakah ituwords of afirmation, quality time, receiving gifts, act of service,atauphysical touch.

BACA JUGA:
Kumpulan Lagu Terbaik di Tahun 2023 Sejauh Ini
Apa Itu "Lucky Girl Syndrome" dan Apakah Itu Benar-Benar Ada?

(Penulis: Farah Armelia Khadijah; Foto: Courtesy of Pexels)