Brand-brand Lokal yang Menyuarakan Spirit Women's Empowerment di Era Modern

Menyorot sosok hebat perempuan di dunia retail kreatif Tanah Air, baik yang di depan layar maupun yang di belakangnya.

Direktur Kreatif House of Jealouxy, Andi Yulianti, dengan tim produksinya. (Courtesy of House of Jealouxy)


Dalam rangka menyambut International Women’s Day di 8 Maret mendatang, Bazaar berbincang dengan beberapa brand Tanah Air yang tidak hanya dikepalai oleh sosok-sosok wanita fenomenal, namun juga ditunjang oleh kekompakan tim yang terdiri dari mayoritas perempuan, mulai dari peran produksi hingga perajin. Sederet brand menyuguhkan sudut pandang distingtif melalui pendekatan kolaboratif, prinsip berkelanjutan, teknik tradisional yang dikemas secara atraktif, maupun pendekatan modern yang tetap mengusung identitas budaya. Semua ini dicapai seiring mewadahi pemberdayaan potensi dan dedikasi perempuan Indonesia. Simak label-label berikut:

  • Kala Studio
    (Courtesy of Instagram @k.a.l.a_studio)

Selain dikenal lewat ragam motif distingtif hasil kolaborasi dengan sederet seniman Tanah Air, nyatanya jenama lokal yang didirikan oleh Co-Founders Vina Ameilya, Adinda Wardhani, dan Karina Mahendra sejak tahun 2018 ini juga melibatkan banyak sosok perempuan di balik layar mulai dari pilar konsepsi, operasional, ilustrator in house, hingga vendor printing. “Tim kami memang terdiri dari mayoritas perempuan kecuali penjahit in house,” tutur Adinda saat berbincang singkat dengan Bazaar.

Kendati memiliki kemahirannya masing-masing, seperti Adinda yang lama bergelut di bidang fashion serta media, Karina dalam hal operasional dan networking, serta Vina yang menaungi sisi akunting dan back-end dari Kala Studio, Adinda menjelaskan bahwa setiap keputusan menyangkut unsur kreatif hingga finansial, dibulatkan secara kompak antara ketiganya yang secara kolektif kerap dijuluki "Kala Sisters".

Spirit sisterhood ini juga terasa kental lewat leburan motif yang hadir dalam setiap koleksi. Setelah salah satu lansiran pertamanya dengan ilustrator Stacia Hadiutomo yang merupakan kerabat Vina dan Karina, Kala Studio lanjut menjalin kemitraan dengan sosok perupa instalasi yang awalnya adalah seorang customer setia Kala Studio, Syagini Ratna Wulan. Most recently, Kala Studio menutup tahun lalu dengan koleksi terbaru hasil kolaborasi dengan seniman motion graphics, Isha Hening bertajuk Transition. We love women supporting women, and can’t wait to see what’s next from the Kala sisters.

  • Sukkha Citta

(Courtesy of Instagram @sukkhacitta)

Bagi Founder Denica Riadini-Flesh, Sukkha Citta “bukan tentang fashion, namun tentang perubahan.” Sentimen ini lahir setelah ia menjalani riset di tahun 2015, menjelajahi pelosok Tanah Air dan melihat secara langsung penerapan ilmu turun temurun para perajin tangan wanita di desa-desa. Baginya, impresi baik terhadap keterampilan para perajin wanita tersebut didampingi rasa prihatin terhadap kondisi hidup mereka yang jauh di bawah rata-rata.

Lantas, Sukkha Cita menjadi wujud nyata upayanya menanggulangi hal ini dengan cara memberdayakan para wanita di berbagai desa dan menjembatani secara langsung konsumen dengan perajin yang menghasilkan produk pakaiannya. Bukan hanya itu, visi Denica melampaui sudut produksi dan distribusi, namun juga mengutamakan kesejahteraan para perajinnya dengan melaksanakan program-program edukasi. Saat ini, Sukkha Citta telah mempekerjakan lebih dari 100 perajin wanita di berbagai desa. Ke depannya, Denica berharap dapat mencapai angka 1.000 dalam waktu lima tahun ke depan.

Lewat tagar #MadeRight, jenama lokal ini menjanjikan standar transparansi bahwa setiap perajin mendapatkan upah yang mencukupi, serta penggunaan sumber daya alam setempat, serta penanganan limbah yang bertanggung jawab dan tidak merusak alam sekitarnya. Passion with lots of purpose.

  • Toko Didiyo

(Courtesy of Instagram @tokodidiyo)

Selain dipimpin oleh sosok direktur kreatif wanita, brand yang didirikan pada tahun 2016 ini turut disokong oleh tim marketing, public relations, dan produksi desain yang diperankan oleh para perempuan. Menariknya lagi, Toko Didiyo juga melibatkan sosok-sorok perajin wanita untuk ornamen bordir yang menjadi salah satu ciri khas identitas brand-nya.

“Bagi kami, sangat penting untuk meluaskan status perempuan di luar ranah domestik. Kami ingin memberikan wadah untuk perempuan agar bisa berkiprah di luar rumah dan berperan di industri kreatif,” jelas Toko Didiyo. Mereka juga menjelaskan bahwa nilai-nilai feminin pada perempuan yang cenderung adaptif dan terbuka pada perubahan menciptakan struktur kepemimpinan yang unik, kooperatif, dan yang terutama, seimbang.

Berakar pada kesadaran akan melimpahnya sumber daya alam serta manusia, Toko Didiyo mengedepankan unsur 3R, yakni reduce, reuse, recycle, dengan cara menggunakan tekstil daur ulang perabotan rumah tangga seperti taplak meja antik, sapu tangan, serta material deadstock. Hal ini bukan saja berkelanjutan dan ramah pada lingkungan, namun juga menghasilkan rangkaian busana yang distingtif dan berbeda satu sama yang lain.

  • House of Jealouxy
    (Courtesy of Instagram @houseofjealouxy)

Selain mengutamakan unsur customer satisfaction yang menawarkan jasa reparasi gratis seumur hidup bagi setiap pelanggannya, pilar utama brand aksesori bernapas eksperimental futuristis yang berdiri sejak tahun 2013 ini adalah semangat women's empowerment yang hebat, dengan tim yang secara keseluruhan terdiri dari perempuan. Mulai dari sudut produksi, desain, marketing, akunting, media sosial, serta perajin diperankan oleh wanita.

"Banyak dari perajin saya adalah sosok ibu rumah tangga yang sudah setia bekerja dengan House of Jealouxy dari awal," tutur Andi Yulianti sebagai Direktur Kreatif. "Saya merasa bertanggung jawab memastikan mereka selalu menerima upah yang layak karena saya tahu mereka juga harus membiayai keluarga. Bahkan waktu pandemi Covid-19 silam, saya tetap membayar gaji mereka penuh. Mereka menjadi semangat saya untuk terus berkarya," jelasnya.

Selain itu, House of Jealouxy juga gemar melibatkan sederet sosok wanita dan women-led brands lainnya, termasuk Jenahara, Rinda Salmun, Mader, Josvli, dan banyak lagi. "Saya percaya wanita harus memiliki kemandirian finansial dan tidak hanya bergantung pada orang lain. It's nice to have that bargaining power, and HOJ is a safe space for women to work," tutup Andi penuh antusias.

(Foto: Courtesy of Instagram @houseofjealouxy, @sukkhacitta, @tokodidiyo, @k.a.l.a_studio)