Pangeran William mengungkapkan "kesedihan mendalam" atas Perbudakan yang Pernah Terjadi saat Makan Malam Kenegaraan di Jamaika

"Perbudakan itu menjijikkan. Dan itu seharusnya tidak pernah terjadi."

(Pangeran William & Kate Middleton bersama Gubernur Jenderal Jamaika, Patrick Allen dan juga Lady Patricia Allen.)


Pangeran Wiliam mengungkapkan "kesedihan yang mendalam" atas "kekejaman mengerikan dari perbudakan" dalam pidato yang ia lakukan saat makan malam kenegaraan di Jamaika tadi malam.

Baca juga: Setelah Tur Kerajaan William & Kate Berakhir, Jamaika Dipastikan akan Mencopot Ratu Elizabeth Sebagai Kepala Negara

Duke dan Duchess of Cambridge sedang menjalani tur kerajaan di Karibia untuk merayakan Jubilee Platinum Ratu dan telah mendapat protes selama perjalanan mereka, khususnya di Jamaika dengan para pemimpin Jamaika meminta permintaan maaf dan reparasi perbudakan dari pihak monarki.

"Saya ingin mengungkapkan kesedihan saya yang mendalam," ujar anggota kerajaan kepada politisi senior dan pejabat tinggi di antara para tamu undangan saat jamuan makan malam yang diselenggarakan oleh Gubernur Jenderal Jamaika. “Perbudakan itu menjijikkan. Dan itu seharusnya tidak pernah terjadi.”

Ia kemudian melanjutkan: “Sementara rasa sakit semakin dalam, Jamaika terus menempa masa depannya dengan tekad, keberanian, dan ketabahan. Saya sangat setuju dengan ayah saya, Pangeran Wales yang mengatakan di Barbados tahun lalu bahwa kekejaman perbudakan yang mengerikan selamanya telah menodai sejarah kita.”

"Kekuatan dan tujuan bersama dari orang-orang Jamaika yang diwakili dalam bendera dan moto Anda telah merayakan semangat yang tak terkalahkan. Semangat yang sama inilah yang mendorong generasi Windrush yang datang ke Inggris untuk membantu membangun kembali setelah Perang Dunia Kedua. Kami selamanya berterima kasih atas kontribusi besar yang diberikan generasi ini dan keturunan mereka untuk kehidupan Inggris, yang terus memperkaya dan meningkatkan masyarakat kita."

(Pangeran William & Kate Middleton bersama Gubernur Jenderal Jamaika, Patrick Allen dan juga Lady Patricia Allen.)

Pidatonya mengikuti surat yang diterbitkan oleh 100 politisi dan profesor Jamaika terkemuka yang mendesak Pangeran William dan Kate untuk meminta maaf selama kunjungan mereka ke Jamaika atas "kejahatan Inggris terhadap kemanusiaan".

Jamaika sendiri telah merdeka 60 tahun yang lalu, tetapi masih tetap menjadi wilayah Persemakmuran Inggris dengan Ratu bertindak sebagai kepala negara. Masa lalu negara yang penuh kekerasan dengan Inggris dimulai pada tahun 1600-an, ketika sistem buruh perkebunan yang dibangun oleh Inggris di Jamaika mengandalkan tenaga kerja orang Afrika melalui perdagangan budak transatlantik dan diperkirakan ada 600.000 orang Afrika yang diperbudak diangkut secara paksa ke Jamaika.

(Pangeran William & Kate Middleton bersama Gubernur Jenderal Jamaika, Patrick Allen dan juga Lady Patricia Allen.)

Surat itu, yang diterbitkan akhir pekan kemarin, berbunyi: "Kami tidak melihat alasan untuk merayakan 70 tahun naiknya 'nenek Anda' ke takhta Inggris karena kepemimpinannya, dan kepemimpinan para pendahulunya telah mengabadikan tragedi hak asasi manusia terbesar di sejarah umat manusia."

Ia melanjutkan: "Selama 70 tahun di atas takhta, nenek Anda tidak melakukan apa pun untuk memperbaiki dan menebus penderitaan nenek moyang kita yang terjadi selama masa pemerintahannya dan/atau selama seluruh periode perdagangan orang Afrika, perbudakan, indentureship, dan perdagangan orang Afrika oleh Inggris.”

Pejabat pemerintah memulai proses pencopotan Ratu sebagai kepala negara hari ini, berharap untuk dapat terwujud pada musim panas pada Hari Kemerdekaan ke-60 Jamaika pada 6 Agustus.

Baca juga:

Berikut adalah Momen-Momen Penting dari Tur Kerajaan Pangeran William & Kate Middleton di Karibia

Pangeran William & Kate Middleton Berdansa dengan Penduduk Belize dan Membuat Cokelat Pada Tur Kerajaan Mereka

(Penulis: Harper's Bazaar UK; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih Bahasa: Janice Mae; Foto: Courtesy of Bazaar UK)