Unsur yang Lebih Dipentingkan oleh Joko anwar Dalam Memilih Aktor: Popularitas atau Keterampilan?

Simak artikel berikut ini untuk mengetahui jawabannya!

Foto: Courtesy of Instagram @jokoanwar


Bulan Maret ini dijadikan oleh Harper’s Bazaar Indonesia sebagai edisi khusus sinema di Indonesia. Dalam rangka mewujudkan pembahasan komprehensif terkait dunia perfilman Indonesia, Brunch With Dave Hendrik kali ini mengajak sutradara Joko Anwar untuk berbagi dan mengupas berbagai hal mengenai sektor industri tersebut.

Foto: Courtesy of Instagram @bazaarindonesia


Sebagai seorang sutradara, tentunya Joko Anwar terlibat dalam berbagai macam proses produksi film, termasuk salah satunya adalah pemilihan para aktornya. Mengenai bahasan tersebut, Dave Hendrik pun mengajukan sebuah pertanyaan, “Apa pendapat Anda terkait beberapa rumah produksi yang lebih memilih aktor dengan popularitas atau social media presence yang besar dibandingkan pengalaman dan kemampuan yang dimiliki?”

Joko Anwar mengaku bahwa selama perjalanan kariernya sebagai seorang sutradara, dirinya tidak pernah memiliki pandangan tersebut. Ia tidak merasa bahwa faktor popularitas atau social media presence dari seorang pemain film perlu diutamakan.

“Kalau membuat film, saya tidak pernah mempertimbangkan apakah mereka (aktor) memiliki social media presence yang besar atau tidak. Bahkan, biasanya, mereka yang main di film saya memiliki social media presence yang lumayan, tetapi tidak sebesar itu. Contohnya, di film Perempuan Tanah Jahanam, 45% adalah pemain baru dan sebagian dari mereka kita ambil dari lokasi di Jawa Timur, yang sebagian mungkin enggak memiliki media sosial karena tinggal di desa terpencil yang enggak ada internet,” jelas sutradara kelahiran tahun 1976 ini.

Ia memiliki pendirian tersebut karena, menurutnya, keterampilan sang aktor adalah salah satu kunci utama dalam menghasilkan film yang berkualitas. Menggunakan aktor dengan popularitas yang tinggi tidak dapat menjamin keberhasilan sebuah film. Ia pun lebih menyukai ide di mana orang-orang menonton sebuah film karena kualitasnya yang baik, bukan karena aktornya yang terkenal.

“Sedangkan, menurut saya, yang penting adalah keahlian, kita harus mengedepankannya. Ketika kita meminta orang untuk mengeluarkan waktu dan biaya mereka untuk menonton film, ada investasi di sana. Jadi, kita harus menghargai hal itu dan memberikan mereka yang terbaik. Jadi, semua yang kita berikan, baik pembuatnya maupun aktornya, harus memiliki keterampilan yang tinggi,” ujar pria yang menyutradarai film Pengabdi Setan itu.

Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Joko Anwar, terdapat beberapa karakter yang patut dimiliki oleh seseorang jika ingin menjadi sosok aktor yang baik. Karakter pertama adalah perseptif, di mana ia bisa membayangkan dirinya di dalam posisi orang lain dan cermat untuk mengobservasi lingkungan sekitar. Selain itu, aktor tidak boleh memiliki karakter yang self-centered dan terlalu narsis. Mereka harus bisa peduli terhadap orang lain sehingga mampu membawakan peran secara maksimal.

“Itu adalah modal dasar seorang masunia, khsusnya dalam menjadi aktor,” tegas Joko Anwar.

Saksikan episode Brunch With Dave Hendrik bersama Joko Anwar pada kanal YouTube Harper's Bazaar Indonesia.

Baca juga:

Bagaimana Masa Depan dari Bioskop Indoensia? Simak Jawaban dari Joko Anwar

Inilah Makna di Balik Benang Merah dari Film-Film Joko Anwar, 'Tidak Adanya Sosok Pelindung'


(Penulis: Fatimah Mardiyah; Foto: Courtesy of Instagram)