Dalam rangka merayakan Hari Perempuan Internasional, kami mengadakan ‘Evening with Harper’s Bazaar’ untuk yang pertama kalinya, bekerja sama dengan YPO, Veuve Clicquot, dan Clé de Peau Beauté. Acara tersebut mengundang berbagai tamu istimewa, termasuk direktur kreatif Dior, Maria Grazia Chiuri dan kepala Gerakan HeForShe PBB, Elizabeth Nyamayaro.
Sebagai bagian dari rangkaian acara, editor-in-chief Bazaar, Lydia Slater, duduk bersama Iman, yang merupakan seorang supermodel, aktivis, dan juga wiraswasta. Melalui perbincangan tersebut, Iman membagikan apa yang menjadi sumber kekuatan dan motivasinya sepanjang hidup serta kariernya yang luar biasa.
Harga diri
“Ibu saya selalu menanamkan harga diri ke dalam diri saya. Saya tidak dapat membayangkan jika saya tidak memilikinya ketika datang ke Amerika Serikat pada usia 18 tahun. Saya datang ke sini karena saya telah mengetahui dan memiliki harga diri, jadi saya datang ke industri ini dengan sadar dan yakin bahwa saya akan menjauhi apa pun yang tidak dapat menghargai saya. Itulah yang berhasil membawa saya hingga ke titik ini."
Keyakinan
"Ketika saya tahu kalau saya dibayar lebih rendah daripada model kaukasia, saya mengambil jeda hingga mereka bersedia membayar saya dengan nilai yang sama. Saya tidak pernah berpikir bahwa saya harus mengatasi apapun, saya selalu merasa industrilah yang harus berubah. Jika saya bisa membuat mereka berubah untuk saya, itu akan menjadi norma atau ketentuan bagi model kulit hitam lainnya yang datang setelah saya."
Kebutuhan
“Kebutuhan akan selalu menjadi pendorong bagi saya. Itulah yang membuat saya menekuni model, yaitu pada saat saya harus bisa menafkahi keluarga ketika menjadi pengungsi di Kenya. Hal yang mendorong saya untuk membuat Iman Cosmetics adalah ketika penata rias untuk pemotretan pertama saya tidak memiliki foundation yang sesuai dengan warna kulit saya. Saya pun harus membuatnya sendiri. Saya tidak perlu melakukan itu semua pada tahun 1975, jika terdapat penata rias yang memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaannya itu. Sejak saat itu, saya tidak pernah bekerja tanpa membawa foundation yang saya buat, karena akan selalu ada peluang di mana mereka tidak memiliki pilihan yang cocok dengan warna kulit saya.
Keluarga yang kuat
"Semuanya berawal dari ibu saya. Karena, jika saya tidak memiliki harga diri seperti apa yang ia tanamkan kepada saya, saya tidak akan pernah mampu pergi dan melakukan perjalanan seperti saat ini. Saya juga sangat dekat dengan ayah saya. Ia membesarkan saya sebagai seorang gadis muslim di Somalia, dengan gagasan bahwa tidak ada di dunia ini yang tidak dapat saya lakukan. Dia mengajari saya untuk menjadi sukses seperti saudara saya atau, seperti yang selalu dia katakan, 'Bahkan lebih baik!' pemikiran tersebut tidak pernah meninggalkan saya, keyakinan itu. Secara pribadi, saya berpikir bahwa hubungan pertama yang kami miliki dengan seorang pria, yaitu ayah kami, sebagai gadis muda, benar-benar memengaruhi kami selama sisa hidup kami. Ayah adalah kekuatan bagi saya."
Sang suami, David Bowie
“Oleh karena itu, pria yang kita pilih dalam hidup sangatlah penting. Ia selalu menjadi penggemar terbesar saya. Kapanpun saya mengatakan ‘Bagaimana jika ini gagal (tentang Iman Cosmetics)?”, ia akan berkata ‘Lalu, mengapa?' Ia tidak pernah suka pergi ke pesta yang berkaitan dengan fashion, tetapi ia tidak akan pernah melewatkan pencapaian dan keberhasilan saya dalam bidang kecantikan. Ia akan selalu menjadi orang pertama yang memberi selamat kepada saya."
Harapan
"Ini adalah salah satu hal yang akan saya katakana, bahwa, sebagai seseorang berkulit gelap, kita tidak akan pernah kalah. Bukan hanya itu, tetapi juga kegembiraan. Kita harus menemukan kegembiraan dalam hidup kita di manapun kita bisa mendapatkannya. Karena, jika tidak, apa pilihan lainnya?"
(Penulis: Marie-Claire Chappet; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih Bahasa: Fatimah Mardiyah; Foto: Courtesy of Bazaar UK)