Mengenal Kain Biodegrable dalam Dunia Fashion, Selangkah Lebih Dekat Menuju Sustainability

Penggunaan kain biodegradable menjadi solusi revolusioner di industri fashion.

(Foto: Courtesy of Freepik)


Industri fashion selalu menjadi sorotan. Belakangan ini, yang jadi perbincangan adalah dampak produksi mode terhadap lingkungan. Selain slow fashion, penggunaan kain biodegradable menjadi salah satu solusi revolusioner untuk ekosistem yang lebih sustainable. Kain biodegradable yang digunakan dapat terurai secara alami, sehingga mengurangi limbah dan berkontribusi pada lingkungan yang lebih sehat. Dengan bertambahnya konsumen yang sadar akan dampak lingkungan dan menuntut jenama fashion untuk mendukung keberlanjutan, beberapa label pun mulai menggunakan kain biodegradable dalam koleksinya.

Mengenal kain biodegradable

Kain biodegradable adalah bahan yang terbuat dari serat alami atau bahan yang terurai secara organik ketika dibuang dalam kondisi yang tepat. Kain biodegradable akan kembali ke alam hanya dalam hitungan bulan atau tahun, sehingga meminimalisir dampak buruk terhadap lingkungan.

Sangat berbeda dengan kain sintetis seperti polyester yang membutuhkan ratusan tahun untuk terurai, kain biodegradable ini dapat menjadi material fashion yang lebih aman untuk bumi. Beberapa kain biodegradable yang bisa ditemukan adalah katun organik, rami, Tencel (lyocell), dan bambu.

Dampak & tantangan memilih kain biodegradable

Dengan jutaan ton pakaian yang berakhir di tempat pembuangan sampah setiap tahunnya, memilih kain biodegradable menjadi solusi yang signifikan untuk mengurangi limbah dan polusi dalam proses produksi fashion item. Menggunakan kain biodegradable juga dapat mendukung ekonomi yang berkelanjutan serta mendorong konsumsi yang lebih sustainable.

Meskipun kain biodegradable merupakan solusi yang cemerlang untuk industri fashion, kapasitas produksi saat ini belum mampu memenuhi permintaan yang terus berkembang. Akibatnya, penggunaan kain biodegradable dapat mempengaruhi keterjangkauannya. Namun, dengan permintaan yang terus berkembang, ada kemungkinan lebih banyak label fashion yang akan mengadopsi bahan biodegradable di tahun-tahun mendatang.

Brand yang menggunakan kain biodegradable


Stella McCartney


(Foto: Courtesy of Stella McCartney)

Memiliki komitmen untuk produksi cruelty-free dan sustainable, Stella McCartney menggunakan kain biodegradable seperti katun organik dan regenerative wool dalam koleksinya. Sella McCartney juga menggunakan pewarnaan dan pembuatan yang ramah lingkungan untuk mendukung sustainability.

Eileen Fisher

(Foto: Courtesy of Eileen Fisher)


Eileen Fisher menekankan desain yang abadi dan bahan ramah lingkungan, termasuk kain biodegradable seperti linen organik dan rami. Merek ini juga memiliki program pengembalian untuk mendaur ulang dan upcycle pakaian lama, meminimalkan limbah. Sejak tahun 2012, Eileen Fisher bekerjasama dengan bluesign® untuk menggunakan bahan pewarna yang lebih aman untuk lingkungan.

Pangaia


(Foto: Courtesy of Pangaia)


Siapa sangka kalau sains dan dunia fashion bisa berkolaborasi untuk sustainability? Pangaia adalah merek yang berbasis sains yang menggunakan kain biodegradable inovatif seperti serat rumput laut, katun organik, dan bio-based alternatives. Koleksi pakaian Pangaia sering dipadukan dengan pewarna dan treatment non-toksik untuk memastikan setiap elemen produk ramah lingkungan.

Reformation

(Foto: Courtesy of Reformation)

Merek yang berbasis di Los Angeles ini terkenal dengan gaya yang chic dan sustainable. Reformation sering menggunakan bahan biodegradable seperti Tencel, serat yang terbuat dari pulp kayu yang bersumber secara berkelanjutan, dan katun organik. Praktik keberlanjutan yang transparan dari merek ini menjadikannya favorit di kalangan konsumen yang peduli lingkungan.

Patagonia

(Foto: Courtesy of Patagonia)

Dikenal dengan produk outdoor, Patagonia telah mengintegrasikan kain biodegradable seperti katun organik dan wol dalam rangkaian produknya. Merek ini juga mengadvokasi pengurangan limbah konsumen dengan mempromosikan perbaikan dan penjualan kembali pakaian.

Sukkhacitta

(Foto: Courtesy of Sukkhacitta)

Berdiri sejak tahun 2016, Sukkhacitta memiliki visi untuk mengutamakan praktik kerja yang sehat bagi lingkungan dan pengrajin lokal. Jenama lokal satu ini menggunakan 100% pewarna alami yang berasal dari tumbuhan dan mordan untuk meminimalisir polusi dalam proses pembuatan produk fashion. Sukkhacitta juga mengusung konsep farm-to-closet, yang artinya setiap pakaian yang dihasilkan oleh Sukkhacitta merupakan hasil panen para Ibu di desa, mulai dari kapas yang menghasilkan kain, sampai indigo dan mahogani sebagai pewarna alami.

Seratus Kapas

(Foto: Courtesy of Seratus Kapas)

Seratus Kapas memilih linen dan katun sebagai bahan dasar utamanya. Dengan proses khusus untuk memaksimalkan hasil terbaik dari bahan dasar yang dipilih, Seratus Kapas merawatnya dengan proses pencucian dan pewarnaan tradisional. Seratus Kapas juga bekerjasama dengan pembuat pola, pemotong, dan penjahit yang terampil, sehingga tidak ada serat-serat kain yang terbuang secara cuma-cuma.

Peralihan ke kain biodegradable lebih dari sekadar tren—ini adalah kebutuhan untuk masa depan yang berkelanjutan. Dengan berinvestasi pada bahan ramah lingkungan ini, merek fashion menetapkan standar baru untuk tanggung jawab lingkungan dan menginspirasi konsumen untuk membuat pilihan yang lebih bijak. Seiring meningkatnya kesadaran, industri fashion memiliki potensi untuk memimpin gerakan global menuju keberlanjutan.