Sesuatu yang beda di tahun ini dari Fendi yang identik dengan negara Italia dan kemewahan. Bertajuk Hand in Hand, Fendi memilih 20 daerah di Italia, lalu mengajak para seniman lokal untuk berkolaborasi dalam menampilkan nilai Fendi Baguette yang baru. Hand in Hand adalah sebuah wujud apresiasi terhadap tas yang pernah menyandang status it bag pada masanya.
Sedikit sejarah di baliknya, diciptakan oleh Silvia Venturini Fendi selaku creative director for accessories and men’s collection pada tahun 1997, tas berbentuk persegi panjang yang dengan mudah dapat Anda kepit di bawah lengan, serta dilengkapi pengait dengan logo dua F masih sangat dicari hingga hari ini. Banyak yang terjadi di balik it bag yang satu ini, salah satunya adalah lonjakan pesat sebanyak 138% di tahun 2019 dalam pencarian akan Fendi Baguette.
Dalam rangka memberikan sorotan spesial pada keterampilan para pengrajin lokal, Fendi mengajak beragam komunitas pengrajin dari atelier terpilih untuk memberikan makna baru dengan cara memberi sentuhan personal, mengubah konstruksi tas Baguette dan menjadikannya sebuah objek seni.
Setiap pengrajin lokal tentu akan mengedepankan keterampilan yang luar biasa dan juga teknik yang identik dengan daerah tersebut saat menafsir ulang tas Baguette. Hand in Hand akan menampilkan 20 tas Baguette dalam jumlah yang terbatas. Tak hanya itu, setiap Baguette yang diubah menjadi sebuah objet d’art ini juga dilengkapi dengan sentuhan personal setiap atelier, dan logo rumah mode Italia ini dari emas.
Harus Anda ketahui bahwa ada dua hal sentimental yang menjadi pondasi 20 tas Baguette koleksi terbatas ini, yakni finest craftmanship, dan teknik yang didapat dari generasi ke generasi.
“Contoh pertama adalah tas Baguette yang hadir di atas catwalk Fall/Winter 2020-2021. Itu dibuat di Tuscany oleh seorang pria yang biasanya memproduksi small leather goods dalam jumlah yang sedikit dan dibuat dengan tangan. Tas tersebut terbuat dari bahan alami, dan tidak ada jahitan, hanya ikatan. Tujuan saya sekarang adalah menjelajahi setiap daerah di Italia dan memilih pengrajin terbaik yang masih bekerja hingga saat ini - dan kemudian mengembangkan project tersebut ke seluruh dunia,” ucap Silvia Venturini Fendi.
Untuk daerah Tuscany, atelier Peroni Firenze menjadi yang pertama dalam kolaborasi Hand in Hand ini. Di tangan para pengrajin, Baguette dibuat dari kulit nabati tanpa jahitan menggunakan teknik tradisional yang dikenal dengan cuoio artistico fiorentino.
Bergeser ke bagian Barat, di pulau Sardinia, tepatnya di puncak bukit Ulassai, wanita Su Marmuri telah mendedikasikan dirinya untuk menenun permadani dengan tangan sejak tahun 1971. Menggabungkan teknik tradisional dengan sebutan pibiones ini, Fendi dan para penenun Su Marmuri membuat motif garis diagonal berwarna hitam putih yang dipertemukan dengan FF logo pattern di bagian dalam.
Tas Baguette tersebut sengaja dibiarkan tidak bergaris untuk merayakan keindahan dua sisi tenun pibione, dan dihiasi oleh bulu kambing di sekeliling sisinya.
Turun ke wilayah Selatan, Puglia, Hand in Hand menjalin kemitraan dengan para pengrajin renda, Dodino. Berbasis di desa Nardò, dengan teknik Apulian tradisional yang dikenal dengan sebutan chiacchierino, desain renda ini diaplikasikan dengan lilitan indah nan rapi. Kata chiacchierino juga mengacu pada suasana ramai yang terjadi saat para pengrajin ini bekerja.
Di Veneto, Hand in Hand berkolaborasi dengan pengrajiin Venesia di Bevilacqua, yang telah membuat jacquard terus menerus selama lima abad. Di sini lah Fendi kembali ke masa lalu dengan motif brokat bunga yang menawan yang dibuat secara perlahan, tepatnya beberapa sentimeter per hari.
Tali berbahan satin warna pink yang terbuat dari jasper kulit kadal semakin menonjolkan kilau jacquard. Indah adalah sebuah understatement untuk menggambarkan hasil pengrajin Bevilacqua. Kesabaran, pengalaman dan keindahan sejarah kota Venesia adalah tiga pondasi dari tas Baguette ini dari daerah ini.
Kolaborasi dengan para pengrajin lokal yang bangga memegang peran penting di balik stempel Made in Italy ini adalah salah satu cara Fendi memberi tahu seluruh dunia bahwa warisan yang hidup dan pengrajin berbakat itu penting dalam fashion dan juga kultur setiap negara.
Lihat saja, setiap wilayah terpilih memiliki keindahan tersendiri melalui ketidaksempurnaannya, masing-masing menonjol dengan savoir-faire yang khas.
Foto: Courtesy of Fendi