Tenun merupakan salah satu kekayaan warisan budaya Indonesia yang patut dibanggakan dan terus dilestarikan. Bayangkan, ada begitu banyak jenis tenun dengan keunikan dan ciri khas masing-masing yang tersebar di sejumlah daerah di Tanah Air.
Akhir tahun 2017 ini, Toraja Melo bersama Unit Pengelola Museum Seni menyuguhkan sebuah bentuk penghormatan kepada para perempuan penenun yang berasal dari wilayah Adonara dan Lembata di kepulauan Nusa Tenggara Timur, serta Toraja dan Mamasa di pulau Sulawesi.
Baca juga: Mengenal Tenun Baduy Melalui Label Lekat
Mengangkat tajuk Sole Oha yang memiliki makna tarian kegembiraan di Adonara dan Lembata; sebuah tarian yang tercipta atas rasa syukur; pameran yang berlangsung di Museum Tekstil Jakarta dari tanggal 18 November 2017 hingga 17 Desember 2017 ini menampilkan jajaran kain tenun dari daerah-daerah tersebut.
Tak main-main, kain yang dipamerkan tak hanya berupa kain baru yang siap dijual saja, namun hadir pula sejumlah tenun lawas yang merupakan arsip kolektor tenun. Sehingga para pengunjung dapat melihat sendiri seberapa jauh perkembangan tenun, baik dalam hal teknik, permainan warna, hingga penggunaan material, dalam beberapa dekade terakhir.
Baca juga: Eksplorasi Tenun Sumba oleh Biyan Wanaatmadja
Melalui pameran Sole Oha ini, pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan kain tenun seraya berinteraksi dengan para penenun yang asyik mengolah helaian benang menjadi sebuah kain tenun yang indah. Para pengunjung juga dapat menikmati sekelumit cerita tentang kehidupan para penenun, kebudayaan mereka, serta hasil karya tenun mereka.
Berbeda dengan hasil kain tenun yang berasal dari wilayah lain di nusantara yang menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), seluruh penenun dari daerah Adonara, Lembata, Toraja, dan Mamasa masih menggunakan alat tenun dengan back-strap sehingga proses pembuatannya memakan waktu sedikit lebih lama dan ukuran kain yang dihasilkan pun tidak sebesar tenun yang diproduksi dengan ATBM.
Baca juga: Pameran Kain Tenun Ikat Sumba Ala Sejauh Mata Memandang
Selain itu, instalasi bahan baku benang dan pewarnaan yang masih menggunakan bahan-bahan alami turut menjadi hightlight dari pameran ini. Penggunaan material alam ini masih terus dilanggengkan oleh komunitas penenun di Adonara dan Lembata di Nusa Tenggara Timur.
Dari instalasi ini, diharapkan pengunjung dapat memahami betapa panjang dan rumitnya proses tenun sehingga kita sepatutnya mampu memberikan apresiasi lebih terhadap para penenun beserta karya-karya yang terlahir dari tangan-tangan mereka.
Pameran ini juga dimeriahkan oleh berbagai talkshow seputar penenun dan komunitas tenun, juga gerakan pelestarian seni tenun itu sendiri. Tak ketinggalan pemutaran film dokumenter tentang kehidupan para penenun juga menjadi salah satu agenda menarik yang disuguhkan di pameran Sole Oha.
Sejumlah hasil tenun turut dijual dengan harga yang terjangkau, jadi pastikan Anda tidak melewatkan pameran tenun Sole Oha ini.
(Foto: dok. Bazaar)