Wulan Guritno Akhirnya Bicara Soal Rasa Tidak Percaya Diri dan Keberanian Tampil Bare Face

Wulan Guritno buka suara tentang insecurities dan keberanian tampil tanpa makeup, tunjukkan makna baru dari kecantikan sejati.

Courtesy of Zap


Setelah lama dikenal publik sebagai simbol sensualitas dan pesona awet muda di layar kaca, Wulan Guritno kini tampil dengan sisi yang lebih jujur dan manusiawi. Namanya kembali menjadi sorotan di media sosial usai penampilannya dalam film Normamemicu perbincangan luas. Beberapa warganet menyoroti kondisi kulit wajahnya yang tampak memiliki bopeng dan bekas jerawat, menjadikannya bahan perbandingan di dunia maya. Namun, di tengah komentar miring, banyak pula yang justru memberikan dukungan dan pujian atas keaslian Wulan Guritno. Mereka menilai dirinya sebagai sosok yang berani menampilkan realitas usia serta perjalanan hidup tanpa topeng kesempurnaan. Alih-alih terpancing amarah atau menyangkal, Wulan Guritno justru memilih membaca semua komentar tersebut, bahkan yang paling tajam sekalipun. Ia mengaku menghargai setiap bentuk perhatian, termasuk yang disampaikan lewat kritik, karena menurutnya di balik setiap komentar ada kepedulian tersirat dari orang-orang yang sebenarnya ingin melihatnya bahagia dan kuat.

Dalam momen peluncuran kampanye “Insecurity Uncovered” yang digelar menjelang senja di Four Seasons Jakarta, Wulan membuat langkah simbolis dengan menghapus seluruh riasan wajahnya di depan publik. Untuk pertama kalinya, ia memperlihatkan wajah polos tanpa makeup di hadapan awak media, sahabat, dan para tamu undangan. Momen tersebut bukan sekadar gestur keberanian, tetapi juga pernyataan tentang pentingnya kejujuran dan penerimaan diri. Bersama ZAP Premiere, Wulan Guritno menjadikan peristiwa ini tonggak gerakan kolektif yang mengajak perempuan lain untuk berdamai dengan luka, baik fisik maupun emosional. Baginya, healing feels better together adalah karena proses pemulihan akan lebih ringan saat dijalani bersama orang-orang yang memahami perjuangan yang sama.

Courtesy of Zap

Wulan Guritno menegaskan bahwa tampil tanpa makeup di hadapan publik bukanlah bentuk klarifikasi terhadap komentar yang beredar, melainkan ajakan untuk berdamai dengan diri sendiri. Wulan Guritno mengakui sudah mencoba berbagai perawatan, baik di dalam maupun luar negeri, namun tetap menerima fakta bahwa bekas jerawat tidak bisa sepenuhnya hilang. Baginya, hal itu bukan kegagalan, melainkan bagian dari realita hidup yang harus diterima. Setelah menjalani lima sesi perawatan intensif bersama ZAP Premiere, kondisi kulitnya membaik hingga 70%, dan untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir, ia merasa cukup dan percaya diri tanpa perlu menutupi apa pun. Lebih dari perubahan fisik, perjalanan itu mengubah cara pandangnya terhadap makna kecantikan bahwa kecantikan sejati lahir dari kejujuran terhadap diri sendiri.

Kampanye Insecurity Uncovered kemudian dikembangkan menjadi gerakan dua arah. Pertama, mini series dokumenter yang menampilkan proses penyembuhan Wulan secara autentik tanpa naskah dan tanpa riasan, tayang setiap Rabu pukul 18.00 WIB di Instagram dan TikTok @zappremiere. Kedua, peluncuran bundling treatment khusus bertajuk Wulan’s Acne Scars Healing Series, yang dibuka untuk publik agar siapa pun dapat mengikuti jejak pemulihan nyata seperti yang Wulan Guritno alami. Melalui dua inisiatif ini, kampanye tersebut tidak hanya menjadi momen personal bagi Wulan Guritno, tetapi juga ajakan kolektif untuk para perempuan agar kembali percaya diri tanpa ilusi kesempurnaan yang sering dibangun media sosial.

Courtesy of Zap

Wulan Guritno tak ragu membagikan sisi rapuhnya dengan jujur. Ia mengakui pernah berada di fase terendah ketika jerawat hormonal dan bekas luka membuatnya kehilangan rasa percaya diri.

“Ada masa di mana saya benar-benar benci melihat cermin,” ungkapnya.

Namun kini, ia bisa berkata bahwa perubahan selalu mungkin, selama seseorang tidak menyerah dan memiliki dukungan yang tepat. Pengalamannya ternyata mewakili banyak perempuan. Berdasarkan laporan ZAP Beauty Index 2024, sebanyak 48,8% wanita milenial Indonesia mengaku bahwa bekas jerawat menjadi masalah kulit utama mereka dengan angka yang bahkan melampaui kekhawatiran terhadap kerutan atau tanda penuaan. Fakta ini memperlihatkan bahwa isu kepercayaan diri akibat masalah kulit adalah hal yang sangat nyata bagi banyak orang.

Courtesy of Zap

Proses penyembuhan Wulan Guritno terdokumentasi secara jujur dalam mini series dokumenter yang tayang perdana pada 22 Oktober 2025 di Alto Restaurant, Four Seasons Hotel Jakarta. Selama lima bulan, ia menjalani lima sesi perawatan khusus yang dikurasi langsung oleh tim medis dan dermatologist ZAP Premiere. Setiap sesi memiliki fokus berbeda, dimulai dari dengan facial ekstraksi komedo, microneedling, dan secretome; dilanjutkan dengan laser fractional Er:YAG, dan PRP serum injection; kemudian laser pico dan Rejuran S (subcision); disusul kombinasi double pro yellow laser, exosome, dan advanced cross TCA acne scar; hingga ditutup dengan perawatan sofwave serta Juvederm Volite. Menurut dr. Dara Ayuningtyas, VP Medical ZAP Group, scar healing bukan sekadar tindakan medis, melainkan proses emosional yang memerlukan strategi tepat. Ia menegaskan bahwa di ZAP Premiere, tujuan utamanya bukan menjual mimpi instan, melainkan menciptakan langkah realistis dan terukur untuk setiap individu, termasuk dalam kasus kompleks seperti yang dialami Wulan Guritno.

Courtesy of Zap

Respons publik terhadap keberanian Wulan Guritno pun sangat beragam, namun sebagian besar mengapresiasi kejujurannya. Banyak yang akhirnya menyadari bahwa figur yang selama ini mereka lihat percaya diri dan memesona, juga pernah menyimpan luka dan keraguan. Kampanye ini memicu diskusi luas di dunia maya, menggeser fokus dari standar kesempurnaan kulit menuju percakapan yang lebih mendalam tentang keberanian untuk sembuh dan menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Melalui gerakan #HealingFeelsBetterTogether, Wulan Guritno turut menghadirkan komunitas digital bernama Acne Healing Circle untuk ruang aman bagi para acne fighters untuk berbagi pengalaman, saling memberi dukungan, dan menumbuhkan kekuatan bersama. Baginya, kampanye ini bukan hanya tentang transformasi wajah, tetapi refleksi diri paling dalam. Bahwa setiap luka yang pernah dialami bukan sesuatu yang harus disembunyikan, melainkan sumber kekuatan baru bagi mereka yang berani jujur terhadap diri sendiri.