Museum MACAN mempersembahkan penampilan perdana dari "Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang," sebuah pertunjukan wayang terbaru oleh Jumaadi dan The Shadow Factory. Pertunjukan ini akan diselenggarakan dengan jadwal terbatas pada tanggal 18 hingga 26 November 2023, bersamaan dengan pembukaan pameran terbaru berjudul "Voice Against Reason."
BACA JUGA: Museum MACAN Menjadi Rumah Untuk Karya Isabel dan Alfredo Aquilizan Selama Lebih Dari Dua Dekade
Pertunjukan wayang ini mencakup elemen inovasi dengan menampilkan ratusan wayang kertas dalam berbagai ukuran dan bentuk. Setiap wayang kertas merepresentasikan suatu peristiwa dan dimainkan secara lihai oleh dua pawang bayang-bayang di atas dua mesin OHP (overhead projector), semuanya ditemani oleh musik eksperimental yang memikat.
Karya ini diadaptasi dari kisah 823 pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia yang diasingkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda ke Boven Digoel, Papua, pada tahun 1926. Di tengah kesulitan yang melanda, para pejuang menemukan kenyamanan dalam musik dan seni untuk mempertahankan semangat hidup. Mereka menggunakan benda-benda sehari-hari seperti paku, bilah cangkul, kaleng kosong, rantang, dan peralatan makan untuk menciptakan seperangkat gamelan.
Setelah kemerdekaan, sebagian pejuang kembali ke tanah air, tetapi nasib sebagian besar dari mereka tetap menjadi misteri karena kisah mereka kurang diceritakan. Melalui gabungan seni visual, musik, dan puisi, Jumaadi dan The Shadow Factory menciptakan kembali pertunjukan wayang kulit dengan sentuhan kontemporer, menghasilkan karya yang inovatif, menghibur, tetapi tetap akrab bagi kita semua.
Jumaadi, sang perupa, lahir di Sidoarjo, Jawa Timur, dan pindah ke Sydney, Australia, pada tahun 1997 untuk mengejar pendidikan seni. Ia merupakan seorang seniman multidisiplin yang praktik seninya dipengaruhi oleh pengalaman pribadi yang mendalam, serta politik, literatur, dan sejarah estetika Indonesia.
Jumaadi juga merupakan salah satu pendiri The Shadow Factory, sebuah kolektif seniman dan musisi yang juga melibatkan Ndimas Narko Utomo, Zalfa Robby, Purwita Chirnicalia, dan Satria Bela Insani.
Jumaadi menyatakan, Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang adalah sebuah cerita tentang bertahan hidup tentang bagaimana seni dan keindahan menjadi penting dalam kehidupan manusia.
Informasi Jadwal Pertunjukan , 18–26 November 2023:
- Sabtu, 18 November: 11:00 dan 16:00
- Minggu, 19 November: 11:00 dan 16:00
- Selasa – Jumat, 21 – 24 November: 11:00
- Sabtu, 25 November: 13:00 dan 16:00
- Minggu, 26 November: 11:00 dan 16:00
Untuk pertunjukan yang berdurasi 45-60 menit ini, dianjurkan untuk melakukan reservasi terlebih dahulu karena keterbatasan kapasitas, di www.museummacan.org/shadowplay.
Anda akan diajak menyaksikan kisah tentang migrasi dan perpindahan, serta gagasan tentang keindahan yang muncul dalam ketangguhan, keberanian, dan kebebasan berekspresi.
Pameran seni Voice Against Reason melibatkan 24 perupa berbakat dari berbagai negara seperti Australia, Bangladesh, India, Indonesia, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Dalam perjalanan melalui karya-karya yang dipamerkan, Voice Against Reason tidak hanya sebuah pameran seni, tetapi juga peristiwa yang merayakan keragaman seni kontemporer yang akan menginspirasi Anda.
BACA JUGA:
Melihat Koleksi Terbaru Stuart Weitzman Bersama BAZties!
Kenali 5 Seniman Artycapucines Louis Vuitton Edisi Kelima Tahun 2023
(Penulis: Riza Arya; Foto: Courtesy of Museum MACAN)