Kenali 5 Seniman Artycapucines Louis Vuitton Edisi Kelima Tahun 2023

Bab kelima dari Koleksi Artycapucines edisi terbatas Louis Vuitton adalah bukti sebuah kolaborasi antara seni dan mode yang mewujudkan esensi keindahan dan inovasi artistik.

Courtesy of Louis Vuitton


Menilik kembali akar sejarahnya, Capucines yang diambil dari nama jalan Rue Neuve-des-Capucines, tempat butik Louis Vuitton pertama didirikan pada tahun 1854, telah menjadi simbol ekspresi artistik dan inovasi sejak dimulainya Koleksi Artycapucines pada tahun 2019. Daya tariknya yang abadi terletak pada kemampuannya untuk menggabungkan bakat menawan para seniman dan imajinasi tak terbatas ditambah dengan keahlian luar biasa rumah mode tersebut.

Melalui edisi kelima dari Koleksi Artycapucines, Louis Vuitton sekali lagi menyuguhkan peran pionirnya dalam hubungan seni dan fashion kelas atas. Pada edisi terbaru ini, tas Capucines menjadi kanvas karya cemerlang lima seniman kontemporer ternama, mereka adalah Billie Zangewa, Ewa Juszkiewicz, Liza Lou, Tursic & Mille, dan Ziping Wang.

Visi mereka yang tak tertandingi telah mengubah karya ini menjadi sebuah karya seni menawan yang mewujudkan esensi keindahan dan inovasi artistik. Mari kita berkenalan dengan mereka

1. Billie Zangewa

Courtesy of Louis Vuitton

Courtesy of Louis Vuitton

Billie Zangewa, seorang seniman Malawi kelahiran Afrika Selatan, dikenal dengan kreasinya yang menggunakan patchwork dari sutra mentah untuk menciptakan pemandangan alam dan potret yang menakjubkan, karyanya mendemonstrasikan dan memperingati tugas-tugas khusus gender dalam kerangka sosial-politik, mengubah rumah tangga menjadi sebuah metodologi untuk memahami identitas, ekspektasi gender, dan diskriminasi rasial.

Karya-karyanya telah mendapatkan pengakuan global dan ditampilkan dalam berbagai koleksi publik dan pribadi, termasuk Centre Pompidou di Paris, Museum Nasional Seni Afrika di Washington, DC, Tate Modern di London, Norval Foundation di Cape Town, dan Museum Stedelijk Amsterdam.

Salah satu karyanya yang bertajuk "The Swimming Lesson" yang menampilkan putranya dalam karya tersebut, dilibatkan dalam Koleksi Artycapucines edisi kelima. Mahakarya ini menggabungkan perpaduan pencetakan trompe-l’oeil definisi tinggi, sulaman rumit, dan jahitan panel yang visibel.


2. Ewa Juszkiewicz

Courtesy of Louis Vuitton

Courtesy of Louis Vuitton

Ewa Juszkiewicz, seniman berasal dari Polandia telah membuat lukisan cat minyak yang dipengaruhi oleh tradisi seni klasik Eropa, mulai dari zaman Renaisans hingga abad ke-19. Dalam pengaruh-pengaruh ini, ia melibatkan unsur-unsur surealis yang menakjubkan. Karakter gabungannya menyelidiki hal-hal menakutkan dan bereksperimen dengan divergensi, paradoks, dan asosiasi. Mahakaryanya bisa ditemukan di koleksi publik seperti Musee d'Art Moderne, Paris; ICA Miami, Florida; Museum of Modern Art, Warsaw.

Ewa merefleksikan karyanya yang bertajuk "Ginger Locks" ke dalam desain tas Capucines, mengaplikasikan cetakan kualitas tinggi dan menghiasnya dengan untaian mutiara emas yang mewah, menjadikannya tas yang mempertemukan elemen modern dan klasik yang penuh elegansi.

3. Liza Lou

Courtesy of Louis Vuitton

Courtesy of Louis Vuitton

Selama lebih dari tiga dekade, Liza Lou telah mendalami bidang seni buatan tangan, esensi material, dan kesadaran masyarakat melalui patung, lukisan, dan instalasinya. Lahir pada tahun 1969 di New York, Liza telah dianugerahi MacArthur Foundation Fellowship dan Anonymous Was A Woman Award. Kreasinya ditampilkan di berbagai koleksi terkemuka, termasuk Museum Whitney di New York.

Karya seni Liza Lou yang dikenal dengan penggunaan beads pada mahakaryanya, kini diimplementasikan kepada Koleksi teranyar Artycapucines. Manik-manik rumit terjalin dengan sempurna ke dalam kulit lentur tas Capucines, menghasilkan mahakarya tekstur menarik yang dicetak lembut dalam warna pastel.

4. Tursic & Mille

Courtesy of Louis Vuitton
Courtesy of Louis Vuitton


Ida Tursic, lahir di Beograd, Serbia, pada tahun 1974, dan Wilfried Mille, lahir di Boulogne sur Mer, Prancis, berbagi ciri khas artistik keduanya sejak awal tahun 2000-an. Karya mereka berpusat pada teknik melukis diatas lukisan yang ikonis, sebuah proses yang telah mereka asah selama lebih dari dua dekade.

Menggabungkan elemen konseptual dengan aspek nyata lukisan dan gambar dari berbagai akar ikonografi, duo ini menerima penghargaan Ricard Foundation pada tahun 2009, menjadi nominasi Marcel Duchamp Prize pada tahun 2019, dan mengamankan Simone dan Cino Del Duca Foundation Artistic Grand Prix pada tahun 2020.

Seniman duo ini berhasil menata ulang Capucines dengan bordiran bingkai berbentuk bunga yang eksklusif, memberikan kesan distingtif untuk lukisannya yang bertajuk "Tenderness", disulam dengan penuh kemewahan dan dilengkapi handle terbuat dari charred cedarwood dan logo LV yang khas, mencerminkan eksplorasi sang duo terhadap gambaran lebih luas dan rekontekstualisasi dalam masyarakat kontemporer.

5. Ziping Wang

Courtesy of Louis Vuitton

Courtesy of Louis Vuitton

Ziping Wang, lahir pada tahun 1995 di Shenyang, Tiongkok, menggunakan gaya iklan dan ilustrasi untuk membuat lukisan dan gambar. Mahakaryanya dipengaruhi oleh paparan yang dinamis terhadap berbagai efek digital seperti pop-up, spanduk, notifikasi, dan inovasi terus-menerus tanpa akhir.

Sang seniman mempersembahkan tas Artycapucines berukuran paling kecil dalam rangkaian produk koleksi Artycapucines saat ini, menampilkan perpaduan menawan antara patchwork kulit dan marquetry dalam warna-warna cerah serta pola bertema candy-sweet motifs, menjadikannya tas yang penuh pernyataan.

Seluruh rangkaian tas dari Artycapucines Collection 2023 akan hadir dalam kotak yang dirancang khusus dan akan dirilis dalam jumlah terbatas sebanyak 200 buah.

(Penulis: Naura Kamilla, Courtesy of Louis Vuitton)