Museum MACAN Bicarakan Tentang NFT Art, Apakah Hal Tersebut Menjadi Salah Satu Programnya?

Dalam rangka merayakan hari jadinya, Museum Macan akan buka kembali pada November 2021 mendatang.

Courtesy of Instagram @museummacan


Hari Kamis kemarin (21/10), Museum MACAN (Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara) baru saja menghelat acara konferensi pers virtual Bersama Museum MACAN. Membicarakan mengenai kabar pembukaan kembalinya museum dalam rangka merayakan hari jadinya yang keempat pada bulan November 2021 yang akan datang. Meliputi pameran, penampilan, diskusi, dan lokakarya, oleh salah satu seniman ternama, Melati Suryodarmo. Sosok pekerja seni yang karyanya telah dipamerkan di museum sejak Februari 2020 bertajuk "Why Let the Chicken Run?".

Hadir bersamaan pada acara tersebut ialah Fenessa Adikoesoemo, selaku ketua Yayasan Museum MACAN; Aaron Seeto, direktur Museum MACAN; Margaretha Untoro, kepala bagian komunikasi Museum MACAN, dan sosok seniman yang telah disebutkan, Melati Suryodarmo.

Selain topik pembukaan kembali merupakan hal yang menarik, perbincangannya mengenai NFT Art juga menjadi sorotan acara virtual tersebut. Tidak dapat dipungkiri, NFT (Non-Fungible Token) merupakan topik yang sangat hangat akhir-akhir ini dalam dunia seni. Namun, apakah Museum MACAN akan ikut serta dengan perkembangan dunia tersebut dengan karya seni yang telah dipamerkan?

Konferensi Pers Virtual Bersama Museum MACAN

Saat dilontarkan pertanyaan mengenai keterlibatan Museum MACAN dengan platform blockchain berupa token itu, Aaron mengatakan, "Selalu ada banyak orang yang menanyakan tentang NFT, dan itu memang telah menjadi topik hangat," ucapnya. Ia melanjutkan, "saya pikir, seni memang selalu berkembang, Anda tahu, itu memang inti dari seni. Tetapi sepertinya kami harus lebih berhati-hati dalam membicarakan NFT, karena kebanyakan perbincangan seputar NFT itu memiliki tujuan untuk menghasilkan uang, yang justru seharusnya untuk menciptakan pengetahuan. Dan itulah yang membuat museum ini berbeda dengan perbincangan di luar sana. Kami merupakan organisasi nirlaba, kami di sini untuk melayani publik dan merangkul mereka semua untuk pengetahuan." jelasnya mengenai NFT Art Museum MACAN.

Courtesy of Instagram @museummacan

Di luar penjelasannya, ia percaya bahwa teknologi blockchain akan bermain dalam hal nirlaba dan edukasi. Tetapi mereka kurang tertarik dengan konsep instan dalam membuat pemasukan dari jual beli NFT. Pernyataan yang disampaikan oleh Aaron juga mendapat dukungan oleh Melati yang mengatakan bahwa dirinya setuju, namun ia tidak keberatan jika seniman lain di luar sana yang ingin sekali masuk dalam dunia digital tersebut untuk kepentingan masing-masing. Ia berpendapat bahwa, "Kita harus selalu ingat bahwa kita hidup di dunia yang bebas, jadi saya tidak ada masalah dengan keputusan para seniman di luar sana yang ikut serta dalam NFT. Tapi saya juga memiliki kebebasan untuk terus menggunakan tubuh saya sebagai media pada karya-karya seni saya. Dan menurut saya platform NFT sedikit lebih challenging untuk saya," katanya.

Courtesy of Instagram @museummacan

Courtesy of Instagram @museummacan

Sebagai bukti dedikasi dan menutup pameran tunggalnya di Museum MACAN, pada bulan November nanti, Melati juga akan mempersembahkan seni pertunjukan Black Ball, Eyes On Eyes, dan yang paling dinantikan, Butter Dance.

(Penulis: Gracia Sharon, Foto: Courtesy of Museum MACAN)