Cindy Ho dan Yasuo Umetada: Sisi Lain Persepsi Mode

Yasuo Umetada


Menggeluti dunia fashion tak hanya sekedar mencari ide dan mengolah konsep busana. Masih banyak tahap-tahap lain yang harus dilakukan, seperti memperkenalkannya ke publik, atau bahkan lebih jauh lagi, ke dunia internasional. Tentu saja, tak mudah untuk melakukannya seorang diri. Bahkan perancang busana terbaik pun tidak akan sanggup untuk merangkap semua pekerjaan ini, sehingga dibutuhkanlah profesi-profesi lain yang mendukung labelnya untuk dapat lebih berkembang. Profesi-profesi yang tidak dapat disepelekan dan turut berkecimpung di industri fashion ini adalah Managing Director, Fashion Business Consultant, Fashion & Merchandising Director yang ditekuni oleh Cindy Ho dan Yasuo Umetada.

Pria berdarah Jepang ini telah menjajaki bisnis retail sejak tahun 1976, dimulai di Takashimaya Prancis sebagai Sales Manager. Tahun 1984 menjadi salah satu momen terbaik dalam hidupnya dengan bergabung ke tim Yohji Yamamoto, rumah mode asal Jepang yang kini sukses berdiri di panggung mode internasional. Tentu saja ada cerita menarik di balik keterlibatannya terhadap label ini. Sebab ketika ia bergabung, itulah saat Yohji memutuskan untuk membawa koleksinya ke Paris dan memulai labelnya berkembang di pasar internasional. “Paris merupakan kota mode dan sangat keras kepala (untuk menerima pendatang baru), dan Yohji telah menempuh cara untuk memasuki sistem fashion tersebut.

Tidak hanya berkutat di satu label, Yasuo juga pernah menjabat posisi Managing Director untuk Rue du Mail by Martine Sitbon dan juga menjadi konsultan fashion sejak tahun 2011 hingga sekarang untuk salah satu maestro busana Tanah Air, Biyan Wanaatmadja. Pengalaman yang diperolehnya ini membuatnya semakin matang menjelajahi sisi-sisi di ruang mode, hingga membuat Harper's Bazaar Indonesia merasakan betapa penting eksistensinya untuk hadir di seminar yang akan berlangsung di pergelaran Bazaar Fashion Festival. Salah satu pesan relevan Yasuo adalah: “Para perancang busana harus menjaga orisinalitas akan kreasinya, tetapi di saat bersamaan juga harus peka terhadap segala sesuatu yang terjadi di industri ini, termasuk realitanya.”

Harper's Bazaar Indonesia juga mencoba menggali persepsi Cindy Ho. Ia pernah bergabung di Yohji Yamamoto selama kurang lebih dua dekade sebagai General Manager, International Sales Division. Kemudian ia juga berinteraksi dengan dunia bisnis fashion retail di Indonesia, yaitu sebagai Head of Merchandising Papilion Duo dan Consultant for International Development rumah mode Biyan. Cindy juga lekat dengan generasi muda khususnya para desainer muda. Bersama pemerintah Jepang, ia bekerja untuk mempromosikan para desainer muda asal Jepang ini. “Saya memberikan saran bagaimana untuk membawa koleksi mereka ke Eropa, seperti apa situasi yang dihadapi industri mode saat ini, bagaimana sebaiknya mereka mempersiapkan pengembangan karyanya. Sangat menyenangkan rasanya bekerja dengan kaum muda karena mereka memiliki hasrat besar di bidang ini,” ungkapnya. Oleh sebab itu presentasi yang akan disajikan Cindy di pergelaran Bazaar Fashion Festival akan sangat berguna bagi industri mode Tanah Air, terlebih para desainer muda. Melalui topik Path for Fashion, ia akan mengetengahkan sudut pandang seorang fashion buyer, apa yang mereka cari. Sehingga akan menjadi pengetahuan baru yang menarik bagi para praktisi mode dan desainer busana Indonesia.

(Gusti Aditya. Foto: dok. Bazaar)