Tumbuh besar dikelilingi oleh seni, ibunya, Kartini Basuki adalah seorang pelukis, ayahnya memiliki galeri dan merupakan seorang kolektor seni, Widi Wardhana juga jatuh cinta kepada seni. Namun baru sampai saat mulai membangun huniannya inilah, ia dan suami mulai hunting dan mengoleksi karya seni. “Mayoritas adalah penemuan kami di galeri-galeri langganan kami, saat sedang traveling, di auction, di art fair, atau memesan artwork tertentu dari art dealer atau konsultan seni untuk dicarikan, dan ada juga yang pesan khusus kepada seniman lokal,” terangnya menjelaskan asal koleksinya ini. Widi sendiri mengaku kurang setuju jika karya seni diperlakukan seperti komoditas. “Seni itu adalah sesuatu untuk dinikmati, dihargai, dan disimpan sepanjang masa,” tegasnya. Itulah sebabnya ketika melihat sebuah karya seni, ia akan menilai lewat karyanya dulu baru mencari tahu nama senimannya, dan tidak pernah sebaliknya. Ia juga membatasi koleksinya hanya kepada karya yang disukai oleh dia dan suaminya, dan sesuai dengan dekorasi dan interior huniannya.
Gaya desain keseluruhan huniannya ia akui banyak mengambil inspirasi dari Prancis. Unsur-unsur langgam klasik, khususnya art deco yang simple, terlihat banyak diterapkan di rumahnya. “Saya menyukai eksterior yang klasik tapi interior yang ada sentuhan unsur modern yang sederhana, namun long lasting,” ujarnya menjelaskan. Pilihan yang sama ia terapkan dalam berbusana. Ia justru melihat pakaian sebagai sebuah investasi jangka panjang. “Saya menyukai baju yang simple, long lasting, dan versatile sehingga bisa dipakai terus kemana-mana,” terang penyuka karya desainer Didit Hediprasetyo, Priyo Oktaviano, dan Ari Seputra ini.
Simak cerita lengkap hasrat Widi Wardhana tentang mengoleksi seni di Harper's Bazaar Indonesia edisi Oktober 2013. Sebagai pelengkap, kami hadirkan seni berbusana dari wanita inspiratif satu ini yang selalu memesonal dengan pilihan personalnya untuk penampilan di berbagai kesempatan.
(Teks : Stella Mailoa ; Foto: Hadi Cahyono dan Evan Praditya )