Selama beberapa waktu, perempuan telah berusaha keras untuk mendapatkan segala yang diinginkan. Sekarang, bisa dibilang kita memiliki lebih banyak pilihan dan kesempatan (meski ada beberapa kemunduran yang jelas).
BACA JUGA:7 Tipe Istirahat untuk Anda Melepas Penat!
Di zaman yang dominasi media sosial sekarang, kita semua menjadi multi-hyphenates dengan karier portofolio dan pekerjaan sampingan sebagai ibu, bos, hingga pebisnis. Perhatian kita semakin besar terhadap nilai-nilai diri kita, baik dalam lingkungan profesional maupun sosial. Meskipun terlihat seolah kita 'memiliki segalanya', tetapi, sepertinya yang kurang adalah istirahat.
Jo Glynn-Smith, seorang pelatih transformasi berpengalaman, setuju bahwa banyak dari kita tidak memberikan prioritas yang seharusnya pada masa istirahat. "Sayangnya, istirahat sering dianggap remeh. Sementara 'sibuk' sepanjang waktu dianggap bagus," ujarnya. "Sepertinya kita merayakan orang yang tidur lebih sedikit dan bekerja lebih keras, padahal hal ini memberikan tekanan berlebihan pada setiap aspek pikiran dan tubuh kita, terlebih lagi pada hubungan kita."
Menurutnya, masalah utamanya adalah bahwa kesibukan terus-menerus tidak dapat dipertahankan. "Ketika Anda sedang berada dalam jalur karier, sulit untuk menghentikan laju; adrenalin membawa Anda maju dan hal itu sangat menggairahkan," terangnya. "Namun, sayangnya, sebagian besar dari kita tidak dapat mempertahankan tekanan yang sangat tinggi untuk jangka waktu yang lama, dan pada akhirnya, akan ada yang menyerah atau tak tahan. Ini umumnya dikenal sebagai burnout dan dapat menjadi kejutan besar bagi para pekerja berkinerja tinggi."
Tekanan produktivitas
Mungkin berkat penggunaan media sosial yang meningkat, "pornografi produktivitas" lebih menonjol daripada sebelumnya, dan ini bisa menjadi sandiwara merugikan.
Kita diarahkan untuk percaya bahwa semua orang menggunakan waktu senggang mereka dengan sesi produktif dan lebih efektif daripada diri kita sendiri. Hanya duduk diam sepertinya bukanlah pilihan dan tentu saja, bukan pilihan tanpa rasa bersalah.
Instagram kini menjadi tempat di mana wanita berbagi bagaimana mereka menjalani hidup (atau bagaimana mereka mau "terlihat" sedang menjalani hidup): seperti ke toko bunga, membaca buku, menikmati kopi, merencanakan minggu ke depan dalam jurnal indah dari rumah yang bersih dan modern di akhir pekan. Sedangkan di hari kerja, mereka bangun jam 5 pagi, melakukan manifestasi, yoga, menetapkan tujuan (dan mencapainya), merekam podcast, menulis buku, bekerja dari jam 9 hingga 5 (setidaknya), minum banyak air, makan makanan bergizi, dan tetap segar, kuat, dan baik sepanjang waktu.
Kuku mereka selalu terawat, kulit mereka bersih dan bersinar (karena kita masih harus memenuhi standar tersebut juga) tetapi bagi wanita profesional yang bekerja penuh waktu, apakah semua ini dapat dicapai? Lebih penting lagi, apakah ini nyata?
"Standar kesuksesan masyarakat pada budaya Barat sering kali diukur dari status pekerjaan yang prestisius, kekayaan, pilihan pakaian, mobil, atau rumah," kata Jo. "Kita melihat banyak status seperti ini digemari di media, dan ini memperkuat ide bahwa kita harus melakukan segalanya agar merasa berharga, dicintai, dan cukup, dan ini memberikan tekanan pada semua orang.
Dan semakin parah, sekarang, Anda tidak hanya perlu memiliki pekerjaan yang dihormati, tetapi Anda juga harus memiliki usaha sampingan, mengumpulkan uang untuk amal, memiliki jumlah followers yang besar di Instagram, atau menulis buku. Ada tekanan yang begitu besar, tidak heran jika kita kesulitan untuk melepaskan diri."
Dorongan kita selama beberapa dekade untuk mencapai kekuasaan, memang, telah melihat lebih banyak wanita memiliki lebih banyak pilihan, tetapi tekanan pada mereka yang tidak memiliki anak cukup menarik: mereka harus selalu produktif 'selagi masih bisa'.
Imbasnya adalah bahwa mereka dianggap menyia-nyiakan semua waktu luang yang tidak didedikasikan untuk merawat anak. Ini bukan berarti wanita profesional dengan momongan memiliki kehidupan yang lebih mudah, tugas mereka melibatkan semua hal di atas ditambah menjadi 'ibu yang baik'.
Menurut ahli pencegahan burnout, Cara de Lange, sebagian besar tekanan produktivitas ini berasal dari ketidakinginan "untuk ketinggalan peluang". Ia menjelaskan: "Wanita, khususnya, bisa keras pada diri mereka sendiri, dan ketika sindrom "penipu" (imposter syndrome) muncul, kita cenderung berlebihan.
"Tetapi bayangkan dengan cara ini; jika semua hal yang berlebihan Anda tanggung sendiri sehingga akhirnya "mengisi gelas Anda secara berlebihan", dan itu menyebabkan burnout serta gejala fisik yang memerlukan bertahun-tahun untuk pulih, apakah itu benar-benar sepadan?"
Apakah kita berada dalam keadaan stres yang permanen?
Di tengah jalan menuju kesuksesan, apakah kita kehilangan kesanggupan untuk menjadi manusia? Di antara daftar tugas kehidupan profesional, sosial, dan pribadi, di mana Anda letak ruang untuk pemulihan? Kita dibombardir gambaran hidup yang tidak memerlukan istirahat. Tetapi kenyataan dari kinerja tinggi adalah bahwa istirahat diperlukan agar kita semua dapat mencapai potensi penuh kita.
"Kita sekarang hidup dalam dunia yang mana kesuksesan sering diukur dari jumlah uang dan investasi," kata Cara. "Dengan teknologi dan kecepatan hidup yang tinggi, kita terjebak dalam budaya "selalu aktif", yang mana kita diharapkan terus beraksi tanpa henti. Kita lupa betapa pentingnya memasuki keadaan "sekarang", yang melibatkan berbagai jenis istirahat."
Dampaknya, banyak orang sekarang mengalami jenis burnout baru. "Dalam penelitian terbaru kami, kami melihat munculnya kelelahan yang terkait dengan trauma, yang melibatkan stres moral," tambahnya. "Ada ketidaksesuaian antara nilai dan keyakinan kita dengan cara kita bekerja. Kadang kita tidak menyadari bahwa kita tidak selaras secara moral dan terlalu sering berada dalam mode aktif. Untuk mengubahnya, kita perlu kembali ke mode 'present'."
Bagian dari "memiliki segalanya" bisa diartikan sebagai memiliki akses yang cukup besar terhadap peluang (namun perlu diingat: tidak apa-apa untuk mengatakan tidak), serta memiliki akses ke hal-hal dan benda, tetapi di mana kita menarik batasnya? Akses terhadap berbagai konten dan wawasan ke dalam kehidupan orang lain telah menjadi cara kita melepaskan diri setelah hari atau minggu yang melelahkan, tetapi dampaknya bisa merugikan.
Banyak orang menghabiskan waktu pertama dan terakhir mereka di hari dengan asyik menggulir TikTok atau Instagram tanpa tujuan yang jelas, yang terbukti berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan memunculkan perbandingan negatif yang konstan. Ini mengurangi dampak positif dari apa yang kita lakukan, hingga pada suatu titik terasa kurang memadai.
Bagaimana cara benar-benar bersantai
Ada argumen yang bisa diajukan bahwa self-care bisa menjadi hal yang sulit. Bahwa itu tidak selalu berendam di bak mandi (sebanyak saya menyukai mandi di bathtub): itu juga tentang menetapkan batas, mengatakan 'tidak', meminta bantuan, pergi ke dokter gigi.
Memang sulit untuk membangun kebiasaan berkelanjutan untuk mereka yang sangat sibuk. Padahal sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan kembali di momen yang ada di depan mata. Berikut Bazaar berikan beberapa cara untuk Anda terapkan:
1) Persiapan
Jika kita akan mencoba untuk memiliki segalanya, kita perlu bersiap-siap.
Dengan daftar tugas yang begitu panjang, penting untuk tahu apa yang benar-benar diperlukan. Fokus pada apa yang paling penting bagi Anda: apa yang Anda butuhkan, bukan apa yang seharusnya Anda inginkan.
Catat semua yang ada di pikiran Anda saat ini, dan Anda bisa mulai membawanya menjadi lebih teratur. Mulailah dengan yang paling tepat waktu atau mendesak, tetapi juga yang paling berdampak pada Anda dan keadaan pikiran Anda. Merasa kewalahan tidak membantu siapa saja.
2) Menyiapkan jurnal
Dengan banyaknya hal yang terjadi setiap hari, sistem saraf kita bisa menjadi tidak seimbang, menyebabkan beberapa gejala yang tidak menyenangkan terkait stres. Jika Anda memiliki sedikit waktu untuk berpikir selama seharian, biasanya hal ini muncul saat tidur malam, ketika Anda mencoba untuk tidur.
Menulis catatan jurnal singkat sebelum tidur setiap malam membantu membawa lebih banyak kendali pada proses ini dan mendorong tidur yang lebih nyenyak. Pastikan ini melibatkan penggunaan pena dan kertas, bukan mencatat catatan di ponsel Anda, yang hanya akan meningkatkan paparan blue-light sebelum tidur (dan memberikan banyak kesempatan untuk distraksi).
3) Prioritaskan tidur
Tidur berkualitas adalah mekanisme pemulihan yang paling kuat yang kita miliki. Selain menulis pikiran Anda, membuat rutinitas malam yang dapat Anda pertahankan penting untuk istirahat yang nyata dan konsisten.
Temukan apa yang cocok untuk Anda. Bisa mencoba membaca buku sebelum tidur (daripada menggulir media sosial), mandi atau shower hangat, atau nyalakan lilin aromaterapi lavender dan masker wajah untuk mempromosikan relaksasi.
Tentu saja, jika Anda memiliki anak kecil, tidur yang terganggu sering kali tidak bisa dihindari. Tapi tetap coba untuk mencari waktu untuk bersantai dan memiliki rutinitas lain sebanyak mungkin.
4) Jadwalkan waktu istirahat
Saat mengelola jadwal yang padat, waktu yang menyenangkan bagi diri sendiri bisa terlupakan.
Pilih satu hari dari satu bulan. Dedikasikan hari itu untuk melakukan apapun yang Anda ingin. Bukan yang diinginkan oleh pasangan, anak-anak, atau teman-teman Anda. Ini bisa dilakukan sendiri atau dengan orang lain yang menurut Anda lebih santai, dan bisa mencakup apa saja, mulai dari kunjungan ke museum atau hari spa hingga satu jam bermeditasi, maraton menonton Netflix, atau perjalanan ke salon.
Namun, ingatlah, ini adalah waktu untuk bersenang-senang, bukan untuk melakukan "kerjaan".
5) Optimalkan lingkungan Anda
Dan bukan hanya secara fisik, ini mencakup pikiran, tubuh, dan semangat. Memiliki meja dan rumah yang rapi tentu membantu, tetapi demikian juga membersihkan smartphone Anda (aplikasi, kontak, email, foto), dan mengoptimalkan ruang digital Anda.
Pilih dengan bijak apa yang Anda konsumsi: platform media sosial dapat menjadi tempat yang positif dan membantu jika Anda memperhatikan apa yang Anda lihat, dan sebagai manusia kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita ekspos pada diri kita sendiri.
6) Kelola pikiran Anda
Jika Anda hidup dalam keadaan stres secara konsisten (mungkin tanpa menyadarinya), Anda mungkin melihat bahwa pikiran Anda cenderung memikirkan hal-hal yang lebih negatif. Dibandingkan hal-hal yang mampu menyeimbangkannya. Mengenali tanda-tanda ini kelak akan membuahkan hasil mendalam pada pola pikir dan ketahanan emosional Anda. Lakukan dari sekarang sebagai kebiasaan jangka panjang.
Kita benar-benar bisa memiliki segalanya, melakukan segalanya, menjadi segalanya. Itu semua mungkin apabila Anda sehat. Menjadi wanita berkinerja tinggi berarti memiliki ketahanan mental, kegesitan emosional, dan membawa yang terbaik dalam setiap ruangan yang kita masuki. Jangan lupakan itu.
BACA JUGA:
Cara Mendapatkan Karakter Diri, Menurut Seorang Penata Gaya Para Selebriti
Pengalaman Istirahat Sejenak yang Mewah di Louis Vuitton Lounge
(Penulis: Hannah Fox; Artikel ini disadur dari: BAZAAR UK; Alih bahasa: Riza Arya; Foto: Courtesy of BAZAAR UK)