Desainer interior sekaligus enviromentalist, Linda Garland menghembuskan nafas terakhirnya setelah berjuang melawan kanker pankreas yang dideritanya.
Linda Garland meninggal pada 3 Januari di Lorne, Victoria Australia pukul 9 pagi waktu setempat.
Kepergian Linda merupakan kehilangan bagi dunia desain, serta bagi industri bambu Indonesia. Pasalnya wanita yang selama dua dekade bermukim di Bali ini sangat aktif memperkenalkan bambu Indonesia sebagai material berkelas.
Sosok Linda Garland adalah salah satu nama yang Bazaar angkat sebagai orang yang telah mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan dan membawa budaya Indonesia ke panggung dunia, dalam hal ini bambu. Kekaguman Bazaar terhadap Linda kami tuangkan dalam artikel The Bamboo of Linda yang diterbitkan dalam Harper's Bazaar Indonesia edisi September 2015 lalu.
Linda pertama kali jatuh cinta dengan kain Indonesia. Namun kemudian ia jatuh hati pada Bali berkat kearifan lokal dan komunitas kreatif yang ditemukannya di sini. Hingga kemudian, Linda membangun 10 pabrik di berbagai tempat d Bali yang memproduksi berbagai benda interior untuk pasar internasional.
Namun suatu hari, Linda mulai mengenal bambu Indonesia. Dari sanalah dimulai kecintaan Linda terhadap bambu dan tekad kuatnya untuk mempelajari tumbuhan ini lebih jauh. Ia juga kemudian membangun industri UKM. Baginya bambu adalah jawaban dari keinginannya untuk menjaga keseimbangan alam.
"Jika saya ingin menggunakan sesuatu sebagai bahan utama karya saya, saya juga harus melakukan sesuatu agar sumber dayanya tidak habis dan dapat dilestarikan. Bambu sangat ideal untuk tujuan itu, karena tanaman ini adalah warrior for nature. Dia sangat kuat dan dapat tumbuh dengan cepat," ujar Linda.
Eksplorasi panjang Linda menghasilkan metode efektif untuk mengefisienkan penggunaan bambu. Kemudian ia mengaplikasikan hasil riset dan kreativitasnya untuk menciptakan berbagai produk seperti sofa bambu ikonis yang menghiasi rumah Mick Jagger, David Bowie, dan Richard Branson.
Linda juga membangun rumah pribadinya yang 80% persen terbuat dari bambu di Nyuh Kuning, bernama Panchoran Retreat. Hunian ini juga terkenal berkat digunakan sebagai lokasi syuting Eat, Pray, Love.
Pada akhirnya Linda memutuskan fokus sepenuhnya pada riset guna membangun industri bambu. Visinya adala membuat strategi nasional untuk tanaman bambu Indonesia. Tahun 1991, Linda mendirikan Enviromental Bamboo Foundation (EBF) dengan dana pribadinya. Linda juga bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dalam memajukan industri bambu nasional.
Linda juga berbagi ilmu yang dimilikinya lewat situsnya, www.bamboocentral.org, serta mengadakan International Bamboo Congress pada 1995. Semua usaha dan kerja kerasnya ini membuatnya dianugerahi Upakarti untuk Jasa Pengabdian. Bentuk penghargaan dari pemerintah kepada perorangan atau lembaga yang secara tulus, aktif, dan berkesinambungan mengembangkan industri kecil dan menengah.
Di akhir hidupnya, Linda memilih pindah ke Rote, guna mendapatkan udara yang lebih kering. Namun ia tidak berhenti bekerja walaupun sakit. Ia tetap aktif mengeksplorasi bambu dan berbagi lewat situsnya. Baginya bambu adalah misinya dan ia terus berkomitmen hingga akhir khayatnya.
Selamat jalan, Linda.
(Foto: Courtesy of Harper's Bazaar Indonesia)