Hari Sabtu mendatang, ada agenda seru yang membuat Anda semakin wajib menghadiri Art Jakarta 2017 di Grand Ballroom The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place. Selain pertunjukan seni Wayang Potehi bertema Sun Go Kong yang diperuntukkan bagi anak-anak, di malam hari tepatnya pukul 19.30 juga akan ada sebuah art performance yang tak biasa.
Art Jakarta akan memperkenalkan salah satu komunitas yang masih bisa disebut muda, KitaPoleng. Di tahun 2005, kedua pendirinya yakni Dibal Ranuh dan Jasmine Okubo yang berprofesi sebagai direktur artistik dan koreografer membangun komunitas ini di atas filosofi Bali, Rua Bhinneda. Artinya adalah perbedaan yang menciptakan keseimbangan semesta.
Dalam kata lain, berlainan namun tak saling menghancurkan.
Baca juga: Pesta Seni Rupa di Art Jakarta 2017
Seperti terjadinya siang dan malam, hitam dan putih, serta hidup dan mati. Filosofi inilah yang akhirnya dituangkan dalam bentuk pertunjukan. Tak ada batasan seni yang bisa bergabung di dalamnya, KitaPoleng terbuka bagi semua disiplin kreativitas.
Sebuah inkubator yang mengembangkan bidang entertainment, desain kostum, seni visual, seni tari, dan seni murni.
Bahkan, keduanya juga sering kali mengajak anak-anak dari komunitas tunarungu untuk ikut bergabung membuat karya pementasan. Selain membuat karya baru, Jasmine menuturkan pada Bazaar jika KitaPoleng juga ingin berbagi indahnya seni dengan cara mengajarkan pada generasi muda. Siapapun dengan visi dan misi serupa, baik tua maupun muda bisa mempelajari seni.
Baca juga: 4 Agenda Seru Samsung di Art Jakarta 2017
Sedangkan di Art Jakarta 2017, KitaPoleng bersama Djarum Bakti Budaya Foundation akan mengusung tema Kukusan Peken. Di ambil dari kata 'kukusan' yang berarti anyaman berbentuk kerucut untuk membuat nasi (biasa disebut bakul), dan kata 'peken' yang berarti dapur.
Kukusan dianggap istimewa karena dahulu menjadi sumber penciptaan nasi untuk kehidupan keluarga. Bentuknya segitiga terbalik, menyerupai rahim wanita yang menjadi sumber terciptanya manusia. Ini adalah kisah tentang kesuksesan perempuan, diadaptasi dari cerita kehidupan Ibu Made sang pemilik Made's Warung.
Ia berhasil membuat warung dengan masakan khas tak tergantikan yang mengundang para pengunjung dari berbagai belahan dunia bersedia singgah, bersantap, lalu menyebarkan pengalaman mereka kepada lingkungannya. Hingga tak heran warung ini bisa terus bertahan dari tahun 1969 hingga kini, meski kompetisi restoran di Bali sangat ketat.
Kisah ini seperti dokumentasi kegiatan Ibu Made yang berangkat dari pasar menuju dapur untuk meluapkan kreativitasnya dalam hal memasak. Terlihat juga adegan membuat nasi dan meracik bumbu yang ditampilkan dengan cara unik.
Selama sekitar 20 menit, Jasmine Okubo akan menjadi penampil solo dengan bantuan sekitar delapan orang kru yang mengatur tampilan visual, musik, dan panggung agar tercipta penampilan yang sempurna. Walau berupa seni teater kontemporer, KitaPoleng tak akan melupakan tradisi.
Kisah ini menggunakan latar waktu di zaman Majapahit yang didukung dengan kostum dan tampilan visual mencuri perhatian. Sebuah luapan emosi yang mampu memberi inspirasi pada anak muda akan berharganya wanita Indonesia.
Selamat menyaksikan!
Baca juga:
Karya Instalasi Indieguerillas di Pacific Place Jakarta
Seniman di Balik Ladang Immortelle di Art Jakarta 2017
Foto: Courtesy of Putri Soesilo, KitaPoleng.