Saya menyadari untuk tidak terlalu memaksakan diri dan mempertimbangkan kenyamanan diri sendiri dalam melakukan suatu pekerjaan. Juga, waktu setiap orang itu berbeda-beda. Saya harus tetap melaju dan bekerja dengan pace saya sendiri.
"Ternyata waktu berjalan begitu cepat," ujar Yasmin Napper saat ditanya mengenai persepsinya soal waktu. "Tidak terasa ini adalah tahun ketujuh saya terjun di dunia entertainment. Rasanya seperti baru dua tahun yang lalu saya memulainya." Artinya, aktris kelahiran 22 November 2003 ini telah memulai perjalanan kariernya kurang lebih ketika berusia 14 tahun. Kilas balik, kali pertama pintu dunia ini terbuka baginya adalah ketika ia sedang melakukan pemotretan bersama rekan ibunya untuk sebuah jenama gaun pernikahan. Ia kemudian bertemu dengan sebuah agency yang fokus pada aktor dan aktris. Selanjutnya, di sinilah Yasmin berada dengan daftar portofolio sejumlah film baik serial maupun layar lebar seperti Imperfect, Cinta Pertama Ayah, dan yang terbaru adalah Bila Esok Ibu Tiada yang mempertemukannya dengan Christine Hakim dalam satu layar.
Namun sebenarnya tak pernah terbesit dalam benaknya ia akan bertumbuh dalam dunia modelling dan industri perfilman. "It all comes in a sudden. Waktu masuk ke dunia ini saya lebih ingin berkarier di-modelling daripada berakting, tetapi karena saya suka tantangan dan hal yang baru, saya rasa ini adalah kesempatan yang bagus untuk melakukan keduanya bersamaan dan untuk lebih menggali yang mana yang saya sukai. Sejauh ini saya masih menikmati melakukan keduanya," ungkap Yasmin yang saat kecil bercita-cita sebagai dokter hewan karena kecintaannya pada fauna. Ia mungkin belum berkesempatan untuk menggapainya, tetapi Yasmin tak goyah dengan apa yang ia kerjakan saat ini. "Waktu saya duduk di bangku SMP dan SMA, pelajaran yang saya ambil menyesuaikan dengan syuting saya. Sebenarnya ingin, tetapi honestly, God lead me in this path and I enjoy it so much."
Lantas, tantangan seperti apa yang Yasmin maksud? Sebagai muse dan aktris, atas satu kesamaan yang mana ia harus bisa mengangkat diversitas karakter di kesempatan yang berbeda-beda. "Kalau untuk film, tantangannya adalah putting your self in somebody's shoes all the time. Saya sudah berperan sebagai karakter yang berhijab sekitar empat sampai lima kali, sehingga bagaimana caranya saya membuat setiap karakter yang penampilannya terlihat sama itu berbeda. That is a great challenge," tuturnya. Demi menaklukkannya, Yasmin terus belajar lewat membaca serta berdiskusi dengan sutradara dan penulis film untuk menyamakan visi. "Dan saya memastikan untuk melakukan background check supaya saya bisa mempelajari latar belakang tiap karakter yang berbeda agar dapat menampilkannya dengan distingtif," ia melengkapi.
Seiring Yasmin bertumbuh dan menyadari bagaimana waktu terus berlari tanpa menunggu, ia pun memahami akan pentingnya keseimbangan antara dunia kerja dan kehidupan pribadi. Work-life-balance, impian yang selalu digaungkan setiap insan lintas generasi, turut ia upayakan. Yasmin mengaku saat ini ia cenderung bekerja slowly but sure dan tidak terlalu keras memforsiri diri demi penampilan yang maksimal. "Dulu saya adalah tipe orang yang mengambil semua penawaran. Saya tak punya banyak pengalaman, sehingga saya belajar dari sebanyak-banyaknya pekerjaan yang saya dapatkan. Namun saya menyadari bahwa jika saya mengambil terlalu banyak, saya tidak akan fokus ke masing-masing pekerjaan itu," ia bercerita. "Saya menyadari untuk tidak terlalu memaksakan diri dan mempertimbangkan kenyamanan diri sendiri dalam melakukan suatu pekerjaan. Juga, waktu setiap orang itu berbeda-beda. Saya harus tetap melaju dan bekerja dengan pace saya sendiri."
Pencinta film Les Miserables ini percaya segala sesuatu akan tiba pada waktu yang tepat bagi setiap orang. "And that is why we don’t compare ourselves to other people. Kita sebagai manusia itu normal ketika ada perasaan untuk membandingkan diri dengan orang lain, tetapi yang saya lakukan adalah terus-menerus mengingatkan diri sendiri bahwa setiap orang memiliki pace dan waktunya sendiri. Pengalaman orang lain tidak bisa disamakan dengan pengalaman kita, jadi saya belajar untuk menerima kekurangan dan kerja keras saya, pastinya tetap melaju dengan pace, waktu, dan kenyamanan sendiri," tutur Yasmin. Meski terkadang tak segalanya berjalan mulus, ia tetap percaya.
Ia pernah menghadapi aral, saat salah satu proyek yang ia kerjakan di awal karier berhenti di tengah jalan usai mengerahkan semua upaya. "Dan setelah itu saya mendapatkan deal baru dengan sebuah brand. Rasanya sangat spesial. Saya dan ibu saya awalnya sangat berharap dengan proyek ini dan kami kecewa karena gagal, tetapi akhirnya saya mendapat big brand deal. Kami sangat bahagia mendapatkannya."
Saya menyadari untuk tidak terlalu memaksakan diri dan mempertimbangkan kenyamanan diri sendiri dalam melakukan suatu pekerjaan. Juga, waktu setiap orang itu berbeda-beda. Saya harus tetap melaju dan bekerja dengan pace saya sendiri.
Di tengah kesibukannya, me time tak luput dari agendanya. "Saya ingin menikmati momen, be present dan menerima apa yang saya miliki. I want to start thing slow. Bekerja sekaligus tak mau kehilangan waktu bersama keluarga dan sahabat. Saya berusaha membagi antara waktu untuk bekerja dan dunia pribadi." Baginya, keluarga dan sahabat adalah bagian penting di perjalanan kariernya. "My biggest supporters are my mom and dad, they watched all of my movies. Mereka mencetak foto-foto saya yang sedang bekerja dan menghubungi saya setiap hari untuk memastikan saya bahagia dengan apa yang saya kerjakan. Other biggest supporters adalah teman-teman saya. Mereka sungguh-sungguh ikut senang saat saya mendapatkan kesempatan baru. Juga, penggemar saya. Saya memiliki grup penggemar bernama Yasminister dan biasanya setahun sekali kami dinner bersama. Mereka berbagi tentang proyek yang mereka sukai, jadi kita mengulas perkembangan saya dari awal berkarier sampai sekarang. Saya menerima kritik dari penggemar tentang akting, tetapi terbatas pada pekerjaan bukan kehidupan pribadi, karena tugas saya adalah untuk menghibur mereka."
Saat ini Yasmin tengah fokus untuk mengerjakan satu serial yang akan tayang di sebuah layanan OTT (Over-The-Top), juga dua film yang akan hadir tahun ini. Di usianya yang masih sangat belia, ia berharap industri film dapat terus menjadi wadahnya berkarya. "I would love to, tetapi saya juga orang yang realistis. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Saya memiliki harapan, tetapi jika itu tidak terjadi pun tidak apa-apa. Saya sudah menerima what God put in my way, I would be there and make sure me and my family are okay. Itu yang terpenting. Yang bisa saya lakukan adalah be the best version of my self, do good, do not hurt people and live in the moment," ucapnya mengakhiri perbincangan kami. Ketenangannya pun terpancar di sepanjang percakapan yang ia tuturkan penuh excitement namun tetap dengan nada yang lembut. Dengan busana Coach pink ia kemudian melangkahkan kaki dengan pasti dan ceria menuju set pemotretan yang telah kami siapkan. Konsep playful berpadu sempurna dengan karakternya saat itu.