Cermin Diri Wulan Guritno dan Shalom Razade

Wulan Guritno dan putrinya, Shalom Razade, duduk berjarak namun saling berhadapan saat mengobrol bersama Bazaar usai sesi pemotretan siang itu. "Kak, ayo kita interview," ujar Wulan kepada Shalom. Keduanya baru saja tampil di depan kamera dalam balutan busana Coach Holiday'21 Collections.

Salah satu tema utama yang diangkat oleh Bazaar di bulan penutup tahun ini adalah tentang ibu dan anak. Wulan dan Shalom adalah gambaran nyata tema tersebut, keakraban dua perempuan berbeda generasi ini kerap kali dapat kita lihat dalam media sosial. Apa sebenarnya rahasia di balik ikatan istimewa ini? Apakah zodiak dan karakter mempunyai pengaruh besar dalam hubungan mereka? Kami memutuskan untuk bertanya langsung.

"Jadi aku punya buku, waktu itu belinya di gypsy store di Camden Town, itu bukunya setebal ini (sambil memeragakan dengan tangan) tentang zodiak. Dia bukan cuma per tahun atau per bulan tapi lebih detail. Misalnya, aku kan Aries, tapi dari tanggal berapa, lahirnya pagi, siang, sore, atau malam, itu akan berbeda lagi karakternya. Waktu aku baca tentang diriku, kok benar ya, you know dari kerasnya, how to handle things. Lalu aku baca tentang Shalom, kurang lebih karakter atau sifat dasarnya juga benar," buka Wulan.

Shalom ikut menimpali, "Kadang-kadang aku suka baca memes tentang zodiak yang kocak. Aku Cancer, banyak yang bilang Cancer itu crybaby. Kalau dipikir-pikir iya sih, gampang nangis, tapi dijadiin lucu-lucuan aja."

Wulan mengakui bahwa sifat dasar zodiak memang ada benarnya, namun tidak bisa 100 persen tepat karena banyak faktor lain yang ikut memengaruhi pribadi seseorang, seperti bagaimana seseorang dibesarkan, kemudian lingkungan yang dapat mengubah ketahanan mental. Ada hal-hal buruk yang kemudian membaik berkat cobaan hidup. Shalom menyetujui, "Iya sih, enggak mau percaya-percaya banget juga. Masa sifat kita hanya berdasarkan zodiak? Kan enggak."

Sejauh wawancara ini berjalan, keduanya masih mempunyai pendapat yang sejalan. Menurut zodiak masing-masing, nyatanya Aries dan Cancer mempunyai elemen yang berlawanan. Aries merupakan zodiak berelemen api, sementara Cancer berelemen air. Bagaimana keduanya dalam kehidupan mereka sehari-hari?

"Jadi, menurut Aries, Cancer itu lemot," tutur Wulan.
"Bukan lemot, lebih ke arah hardshell. Soft inside, enggak bisa dikerasin," bantah Shalom.
"Iya, kalau Aries kan orangnya rada keras atau emosian, karena saking kerasnya, apa yang diinginkan itu biasanya didapat atau harus didapat in a positive way. Meskipun kadang-kadang suka diterapkan in a negatif way juga. Namanya juga manusia. Aku mempelajari karena kedua anakku Cancer. London (adik Shalom) juga, sama persis," Wulan melanjutkan.
"Aku lebih go with the flow orangnya, hidup membawanya bagaimana ya dijalani aja. Ok, where life takes me, I will accept," Shalom menjelaskan kepribadiannya.

Betapa pun berbedanya kepribadian mereka, satu hal yang pasti keduanya saling bangga dengan pencapaian masing-masing, apa pun bentuknya. "Aku bangga sama mama karena dia bisa membawa dirinya ke tempat yang sekarang ini. Aku bangga dengan perjalanan hidupnya," tutur Shalom.

"Aku bangga dengan konsistensinya Shalom. Contohnya, dia konsisten mau kelar sekolah dulu baru melanjutkan ke hal lainnya, misalnya tawaran bermain film dan lain sebagainya. Dia bisa tahan, kalau aku belum tentu bisa. Sementara Shalom enggak tergoda dengan hal-hal seperti itu. Kemudian dia supel, enggak membeda-bedakan, dan itu diakui banyak orang. Sampai ada yang bilang, ‘Gimana sih cara ngebesarin anak lo? ’. Aku jadi bangga, padahal terkadang itu bukan aku yang mengajarkan, itu memang diri dia. Sementara kalau aku rada jutek, Alhamdulillah enggak nurun ya, hahaha," cerita Wulan sambil mengingat.

Salah satu tantangan Wulan sebagai ibu dengan anak yang beranjak dewasa adalah memberikan masukan untuk perkembangan jati dirinya, menyeimbangkan peran sebagai orang tua dan teman untuk berbagi, sembari menjalani kehidupan pribadinya. Dalam perjalanan tersebut keduanya saling bercerita, berbagi pendapat, meskipun tentu saja ada hal-hal yang tak dapat dibagikan terhadap satu sama lainnya.

"Aku cerita surface-nya saja, misalnya inti permasalahannya, jadi dia aware kalau ada masalah itu, walaupun tidak tahu begitu dalam. Aku rasa enggak fair untuk menceritakannya sedalam itu, karena dari surface-nya saja kita bisa dapat pendapat kok. Ada hal-hal yang memang ibu tidak bisa bagikan kepada anak, sedekat apapun," jelas Wulan.

"Dan sebaliknya, aku pun bukan orang yang gampang memberi tahu isi hatiku semudah itu ke siapa pun, baik keluarga maupun teman," tambah Shalom.

Obrolan kami bertiga bertambah larut, namun kegiatan ini akan segera kami sudahi untuk appointment Wulan yang selanjutnya. Satu pertanyaan terakhir dari Bazaar untuk mengakhiri sesi hari itu adalah, "Menurut kalian berdua, kalau misalnya kalian berdua satu angkatan di sekolah atau seumur, kalian bakal jadi teman satu geng atau enggak?"

"Mungkin kita akan bisa satu geng tapi mungkin sering berantem, karena aku enggak bisa sama orang-orang yang seperti dia yang...lalalala...," Wulan menjawab.
Hahahaha…," Shalom tertawa.
"Makanya di geng aku kalau kamu lihat isinya wanita-wanita pria, walaupun bintangnya berbeda-beda. Aku juga punya teman Cancer yang sering berantem. I love her, she’s my best friend, walaupun sifat dia dengan aku enggak nyambung," Wulan melanjutkan.
"Aku juga, dengan Valerie, Kafka (teman-teman Shalom) sering berantem, tapi nanti kalau ketemu lalu udah baikan. I’m surrounded by all the bold signs," tambah Shalom.
"Kenapa semua bintang against Aries?" tanya Wulan.
"Enggak Ma, semua bintang against Scorpio, Gemini, Aries, hahaha. Tapi aku sayang tiga-tiganya," Shalom menutup dengan riang.