Shandy Aulia Menjaga Harmoni Hidup

Menepi dari dunia akting, Shandy Aulia fokus menyeimbangkan perannya sebagai ibu dan business woman sambil menjaga jiwa dan raga.
Oleh: Erlissa Florencia

Nama Shandy Aulia sudah akrab kita lihat menghiasi layar sinema Indonesia. Wajahnya, hingga saat ini, masih identik dengan karakter ikonis Tita, di Eiffel I’m In Love (2003), film pertama yang ia bintangi saat usianya baru 15 tahun. Dua dekade berlalu, wanita kelahiran 23 Juni ini sekarang sudah menginjak usia 38 tahun. Jarang terlihat bermain flm, ia ternyata tengah menikmati dan memprioritaskan peran lain di layar, yakni sebagai sosok ibu bagi Claire Herbowo, putrinya yang berusia lima tahun. “Anak saya sedang di masa golden age. Saya benar-benar tidak ingin melewatkan momen tumbuh kembangnya,” ujar Shandy di sela pemotretan.


Shandy Aulia

Atasan dan rok, Givenchy

Sambil mendampingi perkembangan si kecil, Shandy mengimbanginya dengan memainkan peran lainnya. Ia kembali menekuni berbisnis, passion lama yang sampai sekarang terus ia kembangkan. Passion-nya di dunia bisnis bukan hal yang datang secara tiba-tiba. Sejak duduk di bangku sekolah menengah atas, Shandy sudah tertarik pada dunia entrepreneur dan mulai merintis bisnis konveksi di tahun 2006. Dari memproduksi pakaian untuk butik dan instansi, usahanya berkembang hingga membuat lini pakaian sendiri. Langkahnya tidak berhenti sampai di situ, wanita berdarah Palembang dan Manado ini terus berproses serta mengeksplorasi bidang lainnya. Hingga akhirnya ia memperluas jangkauannya ke dunia wellness dengan menghadirkan dua bisnis terbarunya, Shalia Pilates yang ia dirikan pada akhir 2024 dan Shalia The Contour Club yang ia resmikan pada Juli 2025.


Shandy Aulia

Dress, Stella Rissa

Dari kacamata bisnis, Shandy menunjukkan kepekaan dalam membaca momentum. Wellness saat ini memang sedang naik daun dan menjadi bagian dari gaya hidup modern kaum urban, bahkan terintegrasi dengan banyak bidang. Tanpa ragu ia menyambut positif euforia wellness, terutama karena mudahnya akses informasi melalui media sosial. “It is okay buat saya. Mungkin yang awalnya dari gaya-gaya saja, akhirnya betul-betul jatuh cinta dengan olah raga dan mulai serius melakukannya. Menurut saya it is a good start,” terangnya. Namun bukan tren yang menjadi amunisi utamanya untuk mendirikan bisnis wellness. Di balik kata tren, ia paham dan menyadari betul pentingnya kesehatan sebagai investasi jangka panjang yang harus dilakukan secara berkelanjutan. “Tubuh kita membutuhkan perawatan, tidak hanya soal penampilan fisik atau makeup, tetapi juga perlu dilatih dan perlu upaya penyembuhan diri,” tegasnya. Keyakinan ini adalah salah satu dari sekian alasan ia mendirikan Shalia Pilates Studio dan Shalia The Contour Club, tempat yang sekaligus lahir sebagai refleksi atas pengalaman pribadinya di masa lalu.


Shandy Aulia

Dress, Stella Rissa

Shandy telah mengenal pilates kurang lebih sejak delapan tahun silam ketika ia mengalami masalah back pain sekaligus untuk memperbaiki postur tubuhnya. Sementara gangguan perut yang bloated dua tahun lalu membawanya pada perawatan limfatik. Ketertarikannya pada dunia wellness sejak dulu membuatnya mencoba beragam perawatan hingga ke beberapa negara. Sampai akhirnya ia jatuh cinta dengan The Contour Club di London dan berkeinginan untuk menghadirkan tempat yang benar-benar menyempurnakan gaya hidup sehat di Jakarta. Visinya lebih dari sekadar menyediakan layanan, tetapi juga membangun pengalaman dengan menghadirkan tenaga ahli tersertifikasi secara professional yang tidak hanya terampil tetapi juga siap memberikan pemahaman menyeluruh mengenai pentingnya perawatan tubuh.


Dress, Loewe

Lewat kedua wellness center ini, Shandy ingin berbagi manfaat kesehatan yang ia rasakan sendiri. Hal ini selaras dengan filosofi Shandy sebagai entrepreneur. “Semua yang kita lakukan harus memberikan impact ke semua orang. Itu yang penting. Kalau dalam berbisnis, saya senang bisa berbagi dengan orang, termasuk dengan membuka lapangan pekerjaan. Saya lebih merasa sebagai manusia bisa berguna untuk banyak orang,” terang Shandy. Harapannya di luar pencapaian finansial adalah, “Keuntungan juga bisa menjadi blessing untuk banyak orang. Kita bisa menyejahterakan orang lain lewat bisnis kita. Kalau sekadar memikirkan diri sendiri sepertinya tidak ada sesuatu yang valuable,” lanjutnya menekankan intensinya.


Shandy Aulia

Jaket, rok, dan sepatu, Dior

Dengan fokus yang kini terbagi sebagai ibu dan pebisnis, lantas apakah Shandy masih berkeinginan melanjutkan bermain film? “Prioritas saya masih pada anak saya yang berusia lima tahun, sehingga saya lebih concern ke bisnis. Fokus ke seni peran membutuhkan waktu di luar yang cukup lama. Itu yang membuat saya berat hati. Bukan berarti saya meninggalkan seni peran. Saya tidak pernah mengatakan saya akan meninggalkan seni peran, tapi mungkin untuk saat ini prioritas saya sebagai ibu dan fokus pada bisnis,” jelasnya. Jika berkesempatan bermain film lagi, penggemar Cameron Diaz ini tak ragu untuk mengeksplorasi genre yang berbeda. Ia mengatakan, “Mungkin saya termasuk orang yang bisa enjoy dengan karakter apa pun. Mungkin saya ingin bermain di film dengan genre yang lebih action, sesuatu lebih menantang ya,” ucapnya bersemangat.


Portofolio ini:
Fotografer: Prabowo Prajogio
Videografer: Rudy Ferdianrus
Editor Fashion: Yudith Kindangen
Interview: Erlissa Florencia
Tim Digital: Anya Azalia
Makeup: Talia Subandrio
Hair: Lorenz
Asst. Stylist: Amadea Saskia Putri
Asst. Fotografer: Steven Haryono & Kaisarea Mareliz
Retoucher: Christine Siregar
Gaffer: Achmad Rozak
Cover Layout: Adzkia Asakiinah



© 2025 Harper's BAZAAR Indonesia.