I'm a mother first.
Sosoknya tentu sudah tak asing lagi di mata kita semua, telah konsisten hilir mudik menghiasi layar kaca sejak usia belia, semua tentu setuju bahwa Nikita Purnama Willy adalah pribadi yang multitalenta.
Bagaimana tidak, bukan hanya menjadi seorang aktris, penyanyi, dan pengusaha, kini ibu satu anak ini nyatanya juga aktif memberdayakan perempuan terutama para ibu muda lewat podcast bertema marriage and parenting bertajuk Mom's Corner. "Awalnya saya membuat Mom's Corner karena merasa ternyata menjadi orang tua baru itu tidak mudah ya. Sama seperti kalian, saya juga clueless saat menjalani peran baru ini. But, I got so lucky karena tinggal di Jakarta yang mungkin notabene bisa mendapat akses informasi yang lebih mudah dan valid. Tapi kan masih banyak ibu-ibu di luar sana yang tidak terlengkapi kebutuhannya. Informasi saja masih yang banyak yang belum tentu benar, dan itu bisa bikin kita overwhelmed. Jadi saya membuat Mom's Corner simply dengan tujuan sebagai ruang untuk moms support moms karena saya ingin bisa mendukung mereka dengan menyuguhkan informasi yang valid dari narasumber yang memang ahli di bidangnya," cerita Nikita saat membuka perbincangan hari itu dengan saya di sela-sela persiapan dirinya untuk pemotretan cover digital Harper's Bazaar Indonesia bersama Fauré Le Page.
I'm a mother first.
Harper's Bazaar Indonesia (HBI): As a mother, wife, public figure and entrepreneur,
bagaimana cara seorang Nikita Willy menyeimbangkan seluruh peran
Anda?
NIkita Willy (NW): Bagi saya, punya rutinitas yang konsisten itu
penting sekali. Jadi once saya sudah menjalankan segala
rutinitas dan kewajiban di rumah dan keluarga, setelah itu saya baru
akan mengerjakan segala pekerjaan hingga menikmati waktu me
time, sebab saya sadar betul bahwa di atas segalanya,
I'm a mother first.
HBI: Tadi "keyword"
yang Bazaar tangkap
adalah konsisten. So,
consistent is the key.
Tapi terkadang kita hidup juga ada fase naik-turunnya. Lantas,
bagaimana cara Anda untuk me-recharged
diri ketika mungkin sedang merasa down?
NW: Me time. Dan semenjak jadi seorang ibu, me time saya itu bisa dibilang
benar-benar sederhana. As simple as ketika anak saya, Issa, sudah tidur atau suami saya lagi di rumah. Kami menikmati waktu santai di sofa lalu nonton Netflix saja sudah bisa membuat saya happy banget. Terus, sebelum tidur saya juga pasti mandi dan skincare hingga hair care. Menurut saya kita harus menyempatkan satu momen di keseharian untuk diri kita sendiri. Do your me time, mungkin dengan olah raga, skincare, watch your favorite movies. Pokoknya anything. You choose.
HBI: Bazaar perhatikan gaya parenting Anda cukup strict ke Isa. Apakah ini memang sebuah didikan yang Anda wariskan dari orang tua?
NW: I don't call it strict actually. Karena saya percaya setiap rumah tangga itu pasti ada
basic rules-nya masing-masing. Memang mungkin kebetulan peraturan
yang saya terapkan di keluarga sudah terekspos di media
sosial. So, people know our rules. Tapi menurut saya tidak tergolong strict sama sekali. Namun mungkin lebih ke kita selalu konsisten menjalankan
house rules tersebut.
Memang, kala berbincang dengan wanita berdarah Minangkabau ini, satu hal yang dapat saya simpulkan dari dirinya adalah ia merupakan seorang ibu yang tegas namun di saat yang bersamaan juga mendidik dengan penuh cinta kasih. Pertemuan kali ini bukan yang pertama bagi saya dan Nikita. Saya pernah menyaksikan sendiri bagaimana interaksinya dengan sang buah hati, Issa Xander Djokosoetono atau yang lebih akrab disapa Baby Izz. Tampak kehangatan menyelimuti interaksi antara ibu dan anak ini.
Saya beruntung banget memiliki support system yang benar-benar sayang dan genuine dengan saya.
HBI: What has been the hardest period of motherhood for you and how did you deal with it?
NW: Perjalanan motherhood untuk setiap ibu pasti berbeda-beda. But
for me itu di empat bulan pertama saat punya newborn,
itu adalah masa-masa terberat. Hormon masih berantakan dan belum seimbang. Terus kita belum memiliki rutinitas yang konsisten untuk
anak dan kita juga sebagai orang tua. Jadi, empat bulan awal itu susah sekali. Masa-masa toddler
juga sebenarnya tidak mudah, namun susah, as in, lelah mengejar mereka yang sudah mulai aktif. Tapi kalau berat secara mental itu
ada di empat bulan pertama.
HBI: Lalu, bagaimana cara Anda deal with it?
NW: Dengan adanya support system! Saya beruntung banget memiliki support system yang benar-benar sayang dan genuine
dengan saya. Mulai dari mama dan mertua, suami apalagi yang benar-benar mendukung setiap keputusan yang saya ambil. Jadi,
support system menjadi kunci utama pada saat saya berada di tengah-tengah fase kesulitan menjalani peran
baru saya menjadi seorang ibu di empat bulan pertama itu.
HBI: Apakah Anda punya mantra parenting yang selalu Anda pegang teguh?
NW: Love and consistency. Love dalam arti, kita kasih apa saja yang anak kita butuhkan. Affection, love, sympathy, dan semuanya. Dan
konsisten seperti yang saya bilang di awal, basic rules yang selalu diterapkan.
HBI: Anda sudah berkarya di industri ini sejak usia belia, apakah ada keinginan serupa untuk membawa Issa mengikuti jejak yang sama? Atau kalau kelak mungkin Issa ada ketertarikan untuk terjun di industri hiburan, bagaimana pandangan Anda?
NW: Why not, sih. Kalau misalnya Issa mau terjun di industri ini, it's okay. Issa bisa
menjadi apa saja yang ia mau asalkan harus bertanggung jawab atas pilihannya.
Mau jadi apa pun, mau mencoba apa pun, kita akan support sebagai orang tua.
Tidak hanya berpusat pada bagaimana arah kehidupan terkini yang sedang jalani bersama keluarga kecilnya, Niki (begitu sapaan akrabnya) juga dikenal dengan gaya berbusananya yang selalu berhasil memancarkan keanggunan, bahkan hingga hari ini saat dirinya menjadi salah satu figur publik yang bertekad bulat untuk mengasuh anaknya sendiri tanpa campur tangan babysitter.
HBI: How do you describe your personal style?
NW: Maybe simple, elegant, and chic. Tapi di satu sisi saya juga suka
eksplorasi gaya, saya tidak suka stay on my comfort zone.
HBI: Fauré Le Page punya moto yaitu: "Armed for Seduction", what do you think is your best personality trait?
NW:
Walaupun saya orangnya introvert, tetapi saya senang mendengarkan cerita orang lain. I'm a good listener. Sekali pun misalnya saya sudah mendengar cerita yang sama 200 kali, tetapi saya tetap dengan senang hati mendengar kisah tersebut dan memberikan fokus sepenuhnya. Karena terkadang orang-orang introvert suka dicap tidak bisa open up the conversation, right? Cuma kalau saya senang sekali bila bertemu orang yang mau bercerita banyak hal ke saya. Walau terkadang saya tidak tahu harus jawab apa, but I will listen attentively to your story.
HBI: What do you love the most about Fauré Le Page? Especially the new Fauré Le Page Ladies First 24 collection? Blue, pink, beige or black, which one is your favorite?
NW: Saya sangat mengagumi sejarah yang selalu dilestarikan oleh Fauré Le Page. Bisa tetap eksis hingga hari ini dan menjadi salah satu brand fashion tertua tentu bukan sebuah hal yang mudah. Saya kagum bagaimana label asal Prancis ini tak pernah berhenti mencoba untuk tetap relate dengan perubahan zaman. Kalau disuruh memilih dari ketiga warna yang ada di koleksi terbaru, it's a tough choice! Saya suka dengan semua warnanya tapi kalau harus benar-benar disuruh memilih hanya satu… I think I'll go with the blue one. Karena warna birunya benar-benar bagus sekali, sih. Saya sudah bisa membayangkan bisa dipadupadankan dengan hampir semua baju yang ada di koleksi lemari pakaian, entah untuk agenda kasual maupun yang lebih glam.
HBI: Fauré Le Page juga sudah konsisten menelurkan karya sejak tahun 1717, ada banyak warisan yang terus dijaga selama lebih dari ratusan tahun eksis bahkan hingga tahun 2009 saat diakuisisi, pertanyaannya legacy apa yang ingin kamu wariskan kepada Issa?
NW: Be independent. Because at the end of the day, yang ada buat kita sendiri hanya diri kita seorang. Hence, we must be independent.