Pagi yang tidak biasa, saya sedang menunggu kedatangan salah satu diva Indonesia. Salah satu penyanyi yang lagu-lagunya menemani masa remaja saya, dan terus saya dengar sampai sekarang. Ialah, Rossa.
Belum terlihat fisiknya tapi saya sudah mendengar derai tawanya yang khas dari kejauhan. “Selamat pagi…,” sapanya. Hari itu ia mengenakan busana bernuansa cokelat, dengan atasan nude, rok midi lipit bermotif, dan sepatu slip on. Begitu duduk sambil dirias, saya menanyakan tentang ritual pagi seorang Rossa. “Pagi saya itu ada dua kali. Pertama jam lima pagi untuk salat subuh, kemudian saya tidur lagi, ha.. ha.. ha… (tertawa). Bangun yang kedua tak menentu, biasanya jam delapan pagi, tapi itu juga leyeh-leyeh dulu. Sudah pasti pegang handphone untuk balas-balas pesan, lalu menyalakan TV. Sarapan juga dilihat waktunya, kalau masih terbilang pagi saya membuat omelette dan roti toast. Kalau sudah masuk brunch, saya sekalian makan besar,” bebernya. Ketika ditanya aktivitas mengolah tubuhnya, penyanyi yang sebentar lagi berusia 43 tahun itu mengaku rutin berenang dan melakukan treadmill.
Lantas apa kegiatan Rossa di masa pandemi, dan apalagi ketika disarankan untuk lebih banyak berdiam di rumah saja? Ia dengan cepat menjawab, “BANYAK. Justru saya membuat diri produktif di rumah. Ada beberapa program yang saya miliki, misalnya melakukan Instagram join live untuk Langit Musik. Saya juga punya perusahaan Inspire Production yang perlu terus dipantau. Semua kegiataan dilakukan via Zoom meeting, hampir jarang ke kantor. Kami sedang memproduksi Komax (Komedi Maximal), sitkom yang dibintangi para influencer. Lalu juga Nelusur, program cari hantu bersama Sara Wijayanto. Kami sudah ada 8 episode lho, mencari hantu keliling Pulau Jawa. Rencananya kalau pandemi mulai menurun dan membaik, pada akhir tahun akan ke Eropa atau Inggris. Lalu awal tahun kalau bisa ke Amerika,” ia melanjutkan lagi sambil tertawa terbahak-bahak, “Ngapain ke luar negeri? Cari hantu! Kocak ya.”
Kesibukan di atas belum termasuk mengawasi label Rossa Beauty, dan review drama-drama Korea sebagai bentuk kerja sama dengan salah satu layanan OTT. Jadi Rossa juga terkena demam Korea? “Iya! Saya menjadi penonton drama Korea sejak 2017. Pertamanya disuplai terus sama Ryan (Ogilvy) nih, drama pertama saya adalah Oh My Ghost. Sampai akhirnya saya ke Korea untuk melihat langsung tempat syuting Kim Soo Hyun,” ceritanya. Dengan ketertarikannya itu, membawa Rossa menjadi bagian dari SM Entertainment, salah satu agency terbesar di Korea Selatan.
Ia cerita sedikit tentang awal mulanya perkenalannya, “Nah, waktu saya ke Korea pertama itu, tidak tahu dengar dari mana, SM Entertainment mengajak saya bertemu. Waktu itu saya disambut oleh CEO dan segenap Board of Directors-nya. Seharian. Saya sempat tidak percaya diri ketika diajak bergabung, sebab waktu itu saya sama sekali tidak bisa Bahasa Korea. Tapi akhirnya ada pembicaraan ini: ‘Jadi habis ini rencana kamu mau apa?’ Saya dengan cepat jawab: ‘Ketemu Kim Soo Hyun.’ Saya diiming-imingi akan dipertemukan dengan Kim Soo Hyun, apalagi waktu itu agency dia dan SM sedang diakuisisi. Saya langsung mau! Bukannya negosiasi harga atau apa yang serius, malah membahas Kim Soo Hyun.” Jadi sudah berhasil bertemu? “Belum! Hingga kini, ya kalau jodoh enggak kemana… ha..ha..ha…,” ungkap Rossa sambil tertawa.
Selalu riang, itu yang saya tangkap sepanjang perbincangan. Di sela cerita pasti ada canda tawa, mungkin itu salah satu resep Rossa selalu tampak awet muda. “Selalu tertawa? Iya ya, saya itu dari kecil mudah sekali tertawa. Gampang menangis, lagi menangis juga bisa tertawa. Ha..ha..ha… Padahal sekarang saya kalau ketawa sambil berkaca malah merasa kok jadi banyak kerutan di wajah. Pernah mencoba sekali diinjeksi botoks di area smile line. Kapok! Malah tidak bisa tertawa puas. Kayak ada yang menahan. Kalau ada teman yang melucu, tanggapan saya seolah datar, dimarahi deh: ‘Ih! Kenapa sih gue enggak lucu ya?!’ Saya enggak (belum) cocok tindakan aesthetic ini, mungkin nanti,” katanya.
Kembali ke masa kecil, Rossa mengungkapkan rasa terima kasih tak terhingga kepada orang tuanya, terutama ibu. Bagaimana sang ibu begitu mendorong serta memacu Rossa untuk fokus mengasah talentanya, “Mama saya itu sangat disiplin. Ada masanya anak-anak mudah bosan, malas mengasah bakat, tapi mama terus mendampingi saya. Bangunin saya subuh untuk salat, lalu habis itu olahraga. Mungkin ini juga yang bikin shape saya enggak banyak berubah. Saya harus latihan pernapasan satu jam, sore setelah pulang sekolah dilanjutkan latihan nyanyi lagi. Itu yang membuat kualitas nyanyi saya seperti sekarang, karena ibu. Peran ayah juga sama besarnya, beliau rela sampai pinjam mobil atasannya untuk mengantar saya bernyanyi ke luar kota, sampai akhirnya mampu beli mobil sendiri. Lucunya, sembari saya mengembangkan karier, begitu juga dengan usaha kontraktor ayah yang maju karena seringnya berkeliling kota. Mereka sungguh meluangkan waktu dan mendukung saya 100%,” kenangnya.
Sembari bernostalgia, Rossa juga teringat dengan titik terendah dalam hidupnya dan begitu membekas, tepatnya di tahun 2015. Ia mengalami depresi dan rendah diri di industri musik, Rossa merasa tidak ada perkembanganan pada dirinya. “Sudah mau dua dekade waktu itu, saya merasa kok gini-gini saja ya. Apa yang harus saya lakukan, di samping banyak penyanyi pendatang baru yang bagus dan keren. Saya sungguh minder. Dan, anehnya perasaan ini muncul saat saya sedang konser di Malaysia. Kala itu saya konser dua hari, tiketnya all sold out, dan belum pernah terjadi buat musisi Indonesia. Tapi, tetap, saya enggak percaya diri. Saya sudah membulatkan tekad, mau pensiun, berhenti menyanyi. Namun ditahan oleh label saya saat itu, Trinity,” kisah Rossa yang waktu itu berusia 37 tahun.
Apa perasaan itu akibat sindrom memasuki usia 40 tahun? Ia melanjutkan, “Iya mungkin saja, usia dan dunia hiburan kan dekat. Semakin berumur, semakin ada tekanan buat kita. Ada saja yang saya pikirkan secara berlebihan: ‘Ih, gw enggak update’. Singkat cerita, hal ini yang akhirnya menyelamatkan saya, yaitu ketika menyanyikan soundtrack film remaja I Love You 38.000 Feet, berjudul Jangan Hilangkan Dia. Semenjak itu banyak anak-anak kecil suka sama saya. Itu titik balik saya! Saya jadi semangat lagi, saya bikin album deh, saya terbang ke Amerika. Terima kasih juga kepada Trinity yang sangat membantu di masa saya sedang down. Akhirnya, saya menemukan passion lagi di dunia musik.”
Bisa bertahan selama 20 tahun di industri musik, bahkan tetap dikenal oleh segala generasi bukan jalan yang mudah buat Rossa. Banyak strategi jitu yang ia terapkan, salah satunya adalah dengan mulai tampil di acara festival atau pentas seni. “Tahun 2017, tampil di festival adalah hal baru buat saya. Awalnya lagi-lagi saya enggak percaya diri, apa mereka (penonton) tahu lagu-lagu saya? Pertama kali tampil di Istora Senayan, sungguh menegangkan dan khawatir, namun menjelang 30 menit saya tampil, tiba-tiba satu stadion penuh. Dan, mereka semua hapal lagu-lagu saya. Saya sampai mengucap: ‘Okay, ternyata festival sangat menyenangkan! Saya akan berikan potongan harga buat acara-acara festival berikutnya.’ Benar saja, semenjak itu tawaran manggung di festival atau pensi berdatangan. Makanya happy banget sekarang anak-anak milenial tahu lagu-lagu saya,” ceritanya semangat.
Langkah lain yang membuat Rossa dikenal generasi milenial dan di bawahnya adalah dengan mengikuti perkembangan musik pada masanya. Apalagi lagu-lagu Rossa juga sering didengar lagi di salah satu aplikasi media sosial yang sedang naik daun, TikTok. “Lucu ya, waktu drama Korea A World of Married Couple viral di TikTok, kok yang dipakai backsound lagu Hati Yang Kau Sakiti. Pas banget, saya juga suka dengan drama itu, kenapa enggak saya re-make lagu itu dalam Bahasa Korea. Saya iseng-iseng bikin, direkam, dan diunggah di Instagram. Eh, tanggapannya cukup negatif, karena pelafalan saya terbilang tidak bagus. Saya langsung take down, dan membatin: ‘Oh, saya tidak boleh bikin asal-asalan…,” ujarnya.
“Kemudian saya banyak latihan, saya rekaman yang benar, hasilnya bagus. Reaksi netizen juga positif. Akhirnya saya bikin musik video, dan didukung oleh SM Entertainment. Saya bisa pilih modelnya lagi, saya mau Dong Hae dari Super Junior! Ha..ha..ha…,” tambah penyanyi yang juga membuat ulang lagu Tegar dengan aransemen baru yang lebih menyegarkan.
Bicara tentang lagu barunya yang berjudul Wanita, rupanya ada perbedaan makna ketika Rian Ekky Pradipta (dikenal sebagai Rian d’Masiv) menciptakan lagu ini, dan setelah Rossa menyanyikannya. Bagi Rian, lagu ini dibuat untuk pasangan si wanita itu. Coba baca lirik ini:
“Dengarlah, dengarkan pintaku ini
Jaga hatimu 'tuk wanita itu
Wanita yang tak pernah lelah mengerti
Wanita itu adalah aku…”
Namun bagi Rossa, terasa berbeda… “‘Kuharap engkau tak 'kan bosan. Melihat wajahku setiap hari. Hanyalah denganmu kumerasa tenang.’ Begitu saya menyanyikan lirik tadi, kok rasanya lagu ini seperti saya lagi bicara untuk Rizki (anak semata wayangnya). Wah, ternyata lagu ini bisa untuk seorang ibu kepada anaknya. Kalau buat wanita, lagu ini bisa untuk wanita lainnya: ibunya, kakaknya, adiknya, gurunya, dan lain-lain. Kalau buat laki-laki, lagu ini untuk mengingatkan dia akan sosok wanita kesayangannya, bisa kekasih, pasangan, dan ibunya,” jelas Rossa yang mengaku banyak terinspirasi dengan wanita-wanita hebat dalam penggarapannya.
Memang seperti apa wanita hebat di mata Rossa? Ia menjabarkan, yang pertama adalah sang ibunda tercinta. Terlepas dari profesi yang hanya sekadar menjadi ibu rumah tangga saja, baginya ibu bisa membuat dirinya berguna untuk anak-anaknya, orang tuanya, kakak dan adiknya. “Wanita hebat itu adalah wanita yang bisa menjadi berguna bagi banyak orang dan sekelilingnya,” katanya.
Selain itu Rossa juga senang melihat wanita-wanita hebat di sekitarnya, seperti Ruth Sahanaya, Najwa Shihab, dan Linda Gumelar. “Berkaca dari Mama Uthe, bahwa menjadi idola itu enggak harus glamor. Ia bisa menempatkan diri, ketika manggung ya glamor, namun di kehidupan biasa ia tetap sederhana dan menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya. Kalau Najwa, saya senang banget kalau lihat di layar kaca, di balik mic, begitu powerful seperti harimau, seolah menakuti lawan bicaranya. Tapi di luar itu, Najwa tetap pribadi yang menyenangkan dan bisa santai. Sedangkan Tante Linda, saya kagum ketika diajak mengisi acara untuk Yayasan Kanker Payudara Indonesia. Bagaimana ia menganjurkan wanita lain untuk saling menjaga antar wanita. Women support women,” pungkas Rossa.
Rossa juga sedih dengan keadaan sekarang, ketika wanita kini lebih banyak saling menghujat. Bukan saling mendukung, justru hinaan ke satu wanita, datangnya dari wanita-wanita lain. Ada baiknya wanita itu bersatu untuk saling menjaga, dan berhati-hati dalam mengemukakan pendapat. Yang tak kalah penting, wanita sekarang juga harus menjaga kesehatan mentalnya. Dengan terpaan media sosial yang semakin kencang, membuat kita, para wanita, kerap membandingkan diri kita dengan orang lain. Mendengar pendapat orang yang tidak dikenal, yang suka menghakimi, tanpa sadar itu membebani pikiran. “Bikin privasi itu penting, mencari lingkungan pertemanan yang baik juga penting. Dan yang tak kalah penting adalah mempunyai kepercayaan atau agama. Apa pun kepercayaannya, setidaknya kita punya pegangan yang bisa membuat kita nyaman dan tenang. Setidaknya kalau kita putus asa, ada Tuhan yang selalu siap membantu,” ujar Rossa.
Ia juga menambahkan jika wanita sangat perlu menjaga dan merawat fisiknya, “Bohong kalau penampilan tidak penting. Impresi pertama seseorang dilihat dari fisiknya juga lho. Bukan berarti kita harus dandan menor, setidaknya merawat diri juga wajib. Kalau kita concern terhadap kesehatan, kan jadinya juga bagus, jadi percaya diri. Apalagi sekarang definisi cantik tidak ada aturan, zaman dulu harus putih, tinggi, langsing. Kini semua bisa cantik asal bersih, tidak jorok. Looking good, bukan good looking. Pakaian yang rapi disetrika, lebih baik dibanding baju kemarin yang sudah kusut.”
Kembali menyoal musik, Rossa merasa jika industri musik di Indonesia jauh lebih maju dari negara-negara lainnya di Asia Tenggara. Masa depan musik di Asia, terutama di negara Indonesia sangat menjanjikan, terlebih jika ada kemauan berkolaborasi. “Saya teringat dengan obrolan dengan Kim Young Min saat ia masih menjadi CEO di SM Entertainment, bahwa kita sebagai sesama orang Asia harus bekerja sama, harus kolaborasi, dengan begitu kita bisa besar. Sekarang juga banyak musisi yang mulai berkolaborasi, dan lucunya lewat media sosial. Saya pun yang juga sering menjadi juri di ajang pencarian bakat, melihat banyak potensi walau usianya masih belasan tahun. Mungkin kita belum banyak memiliki management yang baik dan punya koneksi ke dunia internasional. Tapi dengan adanya pandemi sekarang, justru teknologi digitalnya maju kan? Seperti mixing lagu Wanita yang dibuat dari Amerika, kami hanya berbekal mengirimkan materinya lewat internet saja,” ujar Rossa dengan mantap.
Jelang perayaan kemerdayaan 17 Agustus nanti, Rossa juga memberi motivasi dan semangat buat kita semua, “Perjuangan pahlawan kita dulu memang sampai berdarah-darah secara harfiah, tapi kalau kita sekarang harus berjuang bagaimana caranya agar Indonesia kembali sehat dan bangkit dari pandemi ini. Kita bisa kok bikin sesuatu buat bangsa, dengan membantu orang yang sedang terpapar Covid-19, sedang isoman. Atau sekadar ikuti anjuran pemerintah dengan tidak ke luar rumah, tidak jalan-jalan, tidak berkumpul, itulah perjuangan dan pengorbanan kita saat ini.”
Ya, saya menghabiskan waktu cukup lama bersama Rossa hari itu. Bagaimana saya benar-benar melihat sosok wanita hebat di dalam dirinya. Ia sukses mempertahankan karier menyanyinya di industri musik ini selama 20 tahun (dan tentu akan terus berlanjut), ia berhasil menjaga eksistensinya sehingga dikenal lintas generasi, ia gigih menjalankan bisnis-bisnisnya, dan yang paling penting, ia masih tetap menjadi ibu yang baik untuk putra semata wayangnya, Rizki Langit Ramadhan. Di sela pemotretan ini, Rossa sempat meluangkan waktu untuk menghadiri pertemuan virtual sekolah Rizki yang kini sudah berusia 14 tahun.
Saya bangga menjadi salah satu penggemarnya. Bagaimana ia terinspirasi dengan Ruth Sahanaya yang sederhana dan punya pembawaan santai, benar adanya. Apa yang Anda lihat dari Rossa di layar kaca, sama dengan Rossa di kehidupan nyata. Di depan kami, di belakang kamera, ia pribadi yang ramah, sopan, santai, ceriwis, dan apa adanya.
Sebelum pertemuan berakhir, saya tanya sekali lagi kepada Rossa: Jadi siapa “wanita” di lagu itu? “AKU. Saya, kita semua, wanita. Apresiasi buat diri kita sendiri, yang berani mengakui, berani minta, dan berani mengapresiasi wanita lain,” tutupnya.