“...semesta mengirimkan orang-orang yang selalu bisa kasih saya penghiburan, kekuatan, dan itu tidak hanya datang dari family yang related by blood…”
Siang itu ketika waktu tepat menunjukkan pukul 12 siang dengan latar pemandangan pepohonan dan lanskap bangunan yang asri dari Studio TonTon, semesta membawa jalan takdir Bazaar untuk berjumpa kembali dengan sosok aktris, model, dan ibu, Nia Ramadhani Bakrie.
Tak ingin membuang waktu untuk berbasa-basi, Bazaar pun membuka obrolan hari itu dengan bertanya: “Apa yang berbeda dari seorang Nia Ramadhani Bakrie sejak kali terakhir kita bertemu di tahun 2020 yang lalu?”. Ya, dua tahun lalu tepatnya di akhir tahun bulan Desember menjadi pertemuan terakhir sampai akhirnya pandemi melanda.
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan, Nia spontan langsung menguraikan senyum manis yang tampak terselip rasa bangga. “Banyak sekali yang berbeda dan semuanya menjadi lebih baik. And I’m very proud to say bahwa sosok yang sekarang duduk di depan Anda adalah upgraded version of Nia Ramadhani Bakrie,” deklarasi wanita kelahiran tahun 1990 itu.
Menyimak penuturannya, Bazaar pun mencoba untuk benar-benar menilik kembali sosok dari istri Ardi Bakrie ini. Dan nyatanya benar, sepanjang bergulirnya perbincangan kami di sela-sela wajahnya dipulas oleh makeup artist sebelum memulai pemotretan untuk cover digital Harper’s Bazaar Indonesia, memang “aura kalem” yang sepertinya menjadi kata paling sempurna untuk mendeskripsikan sosok diri Nia yang baru ini.
Masih mencoba menelaah kembali figur yang Bazaar jumpai dahulu dengan yang sekarang, membuat Bazaar teringat akan pernyataan yang sempat dilontarkannya mengenai pentingnya arti keluarga dalam hidupnya. Secara spesifik ia menguraikan: “Siapa pun yang bisa memberikan unconditional love serta support terutama saat sedang berada dititik terendah, maka mereka adalah sosok yang layak untuk disebut sebagai family.”
Berangkat dari situlah akhirnya rasa penasaran muncul, mengingat seperti yang kita semua ketahui bahwa ia memang sempat berada di titik terendah kehidupannya. Lantas apakah ia masih percaya dan memegang teguh klaimnya?
“...semesta mengirimkan orang-orang yang selalu bisa kasih saya penghiburan, kekuatan, dan itu tidak hanya datang dari family yang related by blood…”
“Untuk poin yang ini tidak berubah, dan malahan saya literally merasakan kekuatan dari support system pada saat kita sedang berada di titik terbawah kehidupan karena kemarin saya kan memang sempat benar-benar terjatuh dan tidak bisa apa-apa. Tidak memiliki kemampuan apa pun dan hanya bisa berdoa, tapi semesta mengirimkan orang-orang yang selalu bisa kasih saya penghiburan, kekuatan, dan itu tidak hanya datang dari family yang related by blood, tapi banyak orang-orang yang sebenarnya tidak berhubungan darah tapi nyatanya selalu setia mendampingi. Jadi untuk bagian ini sama sekali tidak berubah dan malah saya makin yakin kalau orang-orang yang bisa terima dan tetap positif sama kita saat kita berada di bawah ya we can call them family,” tuturnya.
Ia lantas melanjutkan kisahnya agar menjadi Nia yang kuat, "Pertama kita memang harus mengandalkan diri kita sendiri dulu, tapi support system itu sangat perlu and I’m very a lucky person karena support system yang saya miliki sangat kuat dan juga banyak. Jadi kemarin pada saat kejadian ya memang berat, tapi karena ada mereka jadi lebih bisa cepat dapetin hikmahnya, cepet bisa ke buka lagi matanya, dan tidak berlama-lama di tempat gelap," jelasnya dengan antusias.
“Oh! Selain itu dari kejadian kemarin yang saya alami malah bisa dibilang blessing in disguise ya. Karena banyak hal-hal positif yang saya baru tahu atau lebih tepatnya sadari seperti ternyata keluarga saya segitu sayangnya sama saya, begitu pula dengan keluarga suami saya yang juga sangat sayang sama saya. Jadi banyak sekali hal baik yang saya dapatkan setelah kejadian kemarin,” imbuh Nia.
Jadi memang penting untuk mencari teman, memilih circle yang positif dan bisa saling membangun. Memilih orang yang layak untuk berada di sekitar kita juga harus cermat.
Jatuh dan terlarut dalam kegagalan yang menerpa hidup memang nyatanya hal yang mudah untuk dilakukan, tapi Nia yang mengaku sebagai sosok yang tak pernah bosan untuk selalu belajar hal baru walaupun kerap kali di cap sebagai sosok yang happy go lucky ini mencoba untuk segera bangkit dari keterpurukannya.
“Setelah selesai case kemarin, saya memutuskan untuk pack-in schedule dengan sesuatu yang positif karena kalau kita semakin menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas, waktu untuk merenungi atau mengingat-ingat kejadian yang lampau itu lebih sedikit. Untungnya saya bisa melakukan banyak olahraga bersama teman-teman yang juga bisa saling memotivasi. Jadi memang penting untuk mencari teman, memilih circle yang positif dan bisa saling membangun. Memilih orang yang layak untuk berada di sekitar kita juga harus cermat.”
Selama perbincangan, Bazaar terus tak bisa berhenti memperhatikan outfit yang dipilih Nia untuk dikenakan ke lokasi pemotretan. Tiba mengenakan oversized jaket berwarna abu-abu muda yang kemudian dipadu dengan tanktop, dan sweatpants berwarna senada, tampak nuansa edgy dan kasual tapi di sisi lain tetap modis, membuat Bazaar bertanya-tanya bagaimana sebetulnya cara ia membangun citra modenya. “Personal style saya sebenarnya lebih ke tergantung mood. Jadi kadang-kadang saya ingin tampil manis, feminin pakai rok, tapi kadang-kadang juga ingin tomboy dan cuek. Tapi yang pasti ketika keluar atau ke acara harus ada statement piece yang melekat di badan saya. Jadi misalnya either kalung atau outfit-nya biasa aja tapi tasnya misalnya ada sentuhan blink-blink-nya. Pokoknya harus ada satu elemen yang eksentrik,” ucapnya sambil tertawa.
So confidence is a key. Ketika sudah dipakai, kita pribadi harus percaya dulu kalau yang kita kenakan itu sudah keren, jadi saat keluar rumah ya sudah tidak ada lagi tuh yang namanya tidak pede (percaya diri)
Mendengar paparannya kemudian membuat Bazaar teringat akan sebuah kalimat yang pernah dikatakan oleh seorang ikon mode, Yves Saint Laurent yang berbunyi: “Good clothing is a passport to happiness”, lantas bagaimana tanggapan Nia terhadap pernyataan tersebut? “Totally agree! Karena kalau kita penampilannya sudah keren walaupun misalnya di perjalanan ada sesuatu hal terjadi yang tidak sesuai dengan ekspektasi, percaya aja semua pasti bisa dijalankan tetap asik karena kita sadar dan tahu bahwa we’re good looking. So confidence is a key. Ketika sudah dipakai, kita pribadi harus percaya dulu kalau yang kita kenakan itu sudah keren, jadi saat keluar rumah ya sudah tidak ada lagi tuh yang namanya tidak pede (percaya diri),” jelasnya.
Sebelum mengakhiri perbincangan, Bazaar pun mengajak Nia untuk merefleksikan kembali perjalanan kehidupannya sekaligus memanjatkan harapan bagi masa depannya. “Mari berandai-andai, if you have a time machine dan Anda bisa bertemu dengan versi diri Anda yang dari 10 tahun yang lalu & 10 tahun yang akan datang, apa pesan yang mungkin ingin Anda sampaikan kepada mereka?” tanya Bazaar
“Hmm…10 tahun yang lalu ya, sekarang saya umur 33 tahun berarti 10 tahun yang lalu saya umur 22 tahun, itu saya baru mau punya anak pertama. Pesan saya buat Nia yang dari masa lalu adalah harusnya kamu tidak usah merasa baby blues, tidak usah merasa takut kehilangan perhatian dari orang-orang sekitar karena waktu dulu semua orang memusatkan perhatian kepada anak saya dan saya merasakan baby blues dan bahkan sampai sempat benci dengan anak saya sendiri yang pertama, padahal harusnya saya tidak usah seperti itu. Harusnya I just keep move on karena ternyata perhatian itu tidak berkurang kok, itu hanya merupakan feeling yang tidak benar dan sesaat saja,” ucapnya.
“Sedangkan untuk versi diri Nia yang 10 tahun ke depan mungkin pesan yang bisa saya berikan adalah look what you have become, tidak menyangka bisa melewati banyak masalah dan tetap bisa berdiri dan melangkah lagi. Artinya untuk tahun-tahun kedepannya saya sudah memiliki bekal pembelajaran yang banyak sekali untuk bisa kuat menghadapi masa depan,” tutup ibu bagi ketiga anaknya.