Di tepi pantai Jimbaran kami melakukan project
yang sangat menyenangkan bersama Marsha Timothy dan Velove Vexia.
Ditemani semilir angin dan suara deburan ombak, sekaligus glam
team yang seru, tak terasa kami
menghabiskan waktu seharian mencari spot
cantik di antara pop-up store
Dioriviera, tepatnya di Sundara, Four Seasons Bali di Jimbaran.
Butik yang dibuka untuk umum sejak 15 Juli-10 September 2023 ini menghadirkan koleksi kapsul Fall 2023 dengan dominasi warna dusty pink. Begitu pun dengan busana serta aksesori yang kenakan Marsha dan Velove selama syuting berlangsung.
Di penghujung hari, kami bertiga pun berbincang dengan rileks di atas tempat tidur, di salah satu vila.
HBI: Harper’s Bazaar Indonesia (HBI): Berkaitan dengan kehadiran kita di Bali sekarang, memori yang paling tidak terlupakan bagi Marsha dan Velove tentang pulau ini adalah...
Marsha Timothy (MT): Saya dari kecil memang sering liburan keluarga ke Bali, jika tahun ini tidak datang, pasti tahun ke depannya akan datang. Setelah melahirkan Jizzy, kami juga masih sering liburan ke bali. Jizzy bahkan selalu mengajak saya dan Vino untuk “pulang kampung ke Bali” walaupun tujuan kami ke sini hanya untuk liburan. Ya, sepertinya masa kecil Jizzy di Bali begitu melekat, sehingga ia menganggap bahwa Bali adalah kampung halamannya.
Velove Vexia (VV): Oh ya? Hahaha... lucu sekali!
MT: Ya... There’s something about Bali yang tidak akan pernah membosankan untuk keluargaku. Waktu selalu terasa tidak pernah cukup. Kalau kamu Ve?
VV: Untuk saya, keluarga memang gemar berlibur ke Bali dari kecil, karena kami memiliki rumah di sini. Tetapi, memori yang paling tak terlupakan adalah waktu saya solo trip ke Ubud di tahun 2018 untuk mengikuti mindfullness workshop. Di situ saya belajar untuk nyaman dengan diri sendiri, belajar untuk fokus dan “be my own friend.” Journey itu membantu saya menemukan diri saya sendiri, maka sangat memorable.
MT: Wow, kalau saya paling tidak suka traveling sendiri. Saya lebih suka ditemani keluarga saat memiliki kesempatan untuk liburan. Kadang suka komentar ke Lala (sang kakak), kalau ia juga suka pergi liburan sendirian. Saya paling tidak bisa, hahaha...
HBI: Bicara tentang destinasi pelesir lainnya, adakah negara atau kota yang wajib kalian kunjungi setiap mendapatkan kesempatan untuk berlibur?
MT: Jepang. Saya suka banget berlibur ke sana. Selain itu, juga Belanja karena nenek tinggal di sana jadi keluarga sering berkumpul ke rumah nenek. Namun, karena ia sudah meninggal, kami sudah jarang ke Belanja. Tapi, kalau harus memikirkan satu tempat lain, ada tempat lain, Roma jawabannya.
VV: Saya itu suka ke tempat-tempat “non-touristy” yang ada banyak coffee shop atau toko buku. Karena sering dapat pekerjaan ke Paris, saya selalu sempatkan diri untuk mengunjungi kota-kota kecil sekitaran Paris, seperti kemarin mampir ke Giverny, tempat inspirasi lukisan-lukisan Claude Monet.
MT: Me too! Saya saat berlibur ke Italia juga paling suka mencari tempat-tempat sepi yang bisa dijelajahi. Dan, saya pasti suka mencari rekomendasi croissant terenak di tempat itu. Ke mana pun saya pergi carinya croissant, tentunya coffee shop juga enggak terlewatkan.
VV: Benar sih kalau lagi liburan, saya itu lebih suka mengeksplor dan belajar tentang heritage daerah itu. Selain saya mengincar bookstore, museum, atau toko lokal.
MT: Dan karena saya sudah punya anak, sekarang saat liburan saya juga lebih memprioritaskan aktivitas dan tempat yang digemari Jizzy seperti amusement parks dibandingkan shopping.
VV: Iya, saya dengar kalau liburan dengan anak itu sama seperti memindahkan kegiatan harian di rumah, tapi dibawa ke kota baru? Apa benar?
MT: Ada benarnya, tapi saya enggak pernah malu atau gengsi untuk mengakui saya juga butuh bantuan tenaga untuk mengurus anak saya selama liburan. Saya selalu membawa pengasuh ketika berlibur, agar saya dan Vino juga bisa menikmati liburan, walau mencuri waktu ketika anak masih istirahat atau tidur di hotel. Sisanya, balik lagi, pasti kami mencari kegiatan yang bisa dilakukan bersama anak-anak.
HBI: Menurut Marsha dan Velove, hal apa yang membuat kalian jatuh cinta dengan rumah mode Dior?
VV: Alasan utama saya adalah karena items yang sangat klasik, signature, dan timeless. Saya sangat senang dengan sentuhan Maria Grazia Chiuri, karena busana-busana Dior jadi sangat beragam dan punya latar belakang yang indah. Contohnya seperti desain busana mereka yang diambil dari banyak budaya, dari Prancis itu sendiri sampai ke Spanyol atau India. There’s a touch of heritage. Koleksi mereka juga sangat playful dan nyaman digunakan.
MT: Betul, menurut saya Dior bukan hanya sekadar “luxury brand” tetapi terdapat soul di dalamnya yang begitu berarti, dan membuatnya lebih ikonis dari merek lainnya.
HBI: Jadi koleksi terfavorit dari Dioriviera tahun ini adalah…
VV: Tidak pernah tidak jatuh cinta dengan siluet tas Lady Dior yang memiliki beragam versi timeless. Favoritku adalah Lady D-Joy, versi horizontal dari tas Lady Dior dengan detail yang cocok untuk tampilan musim panas..
MT: Saya sangat suka dengan tema warna Dioriviera tahun ini yaitu dusty pink. Saya termasuk picky ketika harus memilih warna pink yang pas dan cocok untuk saya, tetapi warna ini terlihat sangat menggemaskan. Saat mengitari pop-up Dioriviera tahun ini, instalasinya juga sangat indah dan hampir semua busana Dior yang ditampilkan membuat saya sangat tertarik, terutama koleksi celana pendek warna biru dan putih dari bahan taffeta dengan motif Toile de Jouy.
HBI: Velove dan Marsha lagi menikmati apa sekarang?
VV: Saya lagi menikmati fase transisi bersama pasangan, dan fase tersebut termasuk belajar menyesuaikan jadwal kerjaan kami masing-masing agar tetap bisa memiliki banyak quality time bersama, dan dengan diriku sendiri.
MT: Passion saya masih sebesar itu untuk akting tetapi di umur ini, saya sudah tidak ada goal spesifik lagi dan lebih fokus untuk menikmati perasaan bahwa saya cinta akting, dan bersyukur untuk masih bisa berkarya dengan baik. Setelah punya anak, Anda harus bisa menyesuaikan waktu agar seimbang, sehingga anak tidak merasa tertinggal.
VV: Apakah Jizzy suka ikut ke acara-acara dari pekerjaan Marsha?
MT: Saya kagum bahwa ternyata Jizzy nyaman ikut saya ke acara-acara yang ramai, atau yang ada banyak kamera. Ternyata ia sudah berani dan pandai menemani ibunya sambil eksplor dunia entertainment atau bahkan menemaniku di set. This is a new world for Jizzy.
HBI: Sebagai seorang aktor, momen apa yang paling mendebarkan dalam proses pembuatan film?
VV: Menurut saya, proses syuting tidak membuat saya begitu deg-degan, tetapi, yang masih membuat saya merasa seperti itu adalah saat film tersebut tayang dan bagaimana masyarakat akan menerima film yang telah rampung.
MT: Sama! Momen premier masih menjadi hal yang membuat berdebar, tetapi pada akhirnya setelah selama ini menjalani karier, saya tahu bahwa setelah bekerja bersama crew dan departemen yang memiliki passion tinggi dalam menghasikan sebuah karya, maka saya sudah tidak begitu fokus memikirkan apa kata orang. Karena saya yakin, karya yang kami bikin ini dibuat dengan proses penuh cinta, sehingga hasilnya pun pasti yang terbaik.
VV: Iya! Balik lagi saya selalu mengingatkan diriku bahwa saya sebagai aktor harus lebih fokus ke fakta: bahwa ini proses berkarya untuk meningkatkan pengalaman dan eksplor talentaku sendiri. Pressure dari faktor eksternal pastinya akan selalu ada.
MT: Betul, terkadang kami harus mengingatkan diri sendiri dan sekitar kami bahwa karya seperti film merupakan hasil dari teamwork, bukan hanya dari satu orang. Ini yang membuat saya sedikit lebih lega, karena saya jadi lebih sadar atas kapabilitas dan kontrol yang saya miliki saat proses pembuatan film.
HBI: Mau bahas hal yang (mungkin) lucu bagi kalian, tentang mengidolakan seseorang…
VV: Wah! Setiap saya ditanya pertanyaan ini, saya bingung, karena saya tipe orang yang mengambil inspirasi dari semua hal di sekitar saya, dan tidak hanya dari satu orang. Kalau dulu di awal karier saya ditanya: “Siapa aktor idola Velove?” Jujur, saya bingung, saya waktu itu lagi suka dengan akting Leonardo DiCaprio di Romeo and Juliet, jadi saya jawab saja saya suka Leo. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya saya menyukai perannya sebagai Romeo. Karena setelah itu saya ternyata tidak mengidolainya secara personal. Sekarang, jika harus memilih, saya lagi kagum dengan Cillian Murphy karena baru saja melihat akting luar biasanya di Peaky Blinders. Dan, kalian tahu apa? Saya tidak sengaja ketemu Cillian di Paris kemarin di sebuah restoran!
MT: OMG Ve!
VV: Iya, tapi balik lagi, saya suka Cillian karena aktingnya, jadi kalau saya ditanya origin Cillian dari mana, tanggal lahir, dan lain-lain. Saya tidak mencari tahu. Hahaha… jadi idolizing buat saya seperti… ya… tidak ada.
MT: Nah kalau saya ceritanya berbeda, Jizzy mulai gemar K-pop, dan saya sering terpaksa ikut menonton dan melihat tampilan grup seperti BTS manggung di acara-acara musik. Dan lama-lama, saya menyadari bahwa untuk perform di panggung seperti itu dan sangat sinkron, harus ada latihan dan kerja keras berat yang terjadi di belakang kamera. Their performance is so theatrical.
VV: Saya setuju! Menurut saya dunia dan tim management di dunia K-pop sangat hebat untuk mengumpulkan fanbase yang sudah go-international.
MT: Right! Saya juga suka BTS karena kebanyakan dari lagu mereka cocok untuk berbagai umur hingga saya bisa menikmatinya bersama Jizzy. Sebagai orang tua kan saya harus tahu arti dan makna tiap lirik yang dibawakan mereka ya.
HBI: Pertanyaan penutup, pembelajaran apa yang kalian dapat setelah melewati “hidup baru”, yaitu saat pandemi kemarin yang berjalan hampir tiga tahun?
VV: Yang saya sadari adalah, banyak orang sekarang lebih menghargai quality time setelah menyadari bahwa siapa pun bisa pergi dengan begitu cepat. Banyak dari kita yang juga menjadi lebih perhatian dengan kesehatan mental dan fisik, dan lebih fokus untuk meluangkan waktu sebanyak mungkin untuk keluarga. Saya, dan banyak orang lain juga jadi lebih tertarik untuk mencari dan menjalani hobi kami masing-masing, atau cabang olahraga baru yang kini semakin fasih diperdalam.
MT: Bagi saya, dan juga Vino, kami sangat bersyukur karena tetap bisa menjaga keharmonisan rumah tangga saat pandemi berlangsung, di mana kami cuma bisa berinteraksi dengan hanya beberapa orang di rumah selama nyaris empat bulan. Dan ketika itu, kita semua tidak pernah tahu kepastian kapan pandemi ini akan usai. Gladly, dengan banyak cerita yang saya dengar mengenai kehidupan pernikahan selama pandemi, saya tidak mengalami konflik berat atau perasaan stres karena hubungan rumah tangga.