Rona ceria di wajah Chelsea Islan menambah warna di ruang Instagramable tempat pemotretan kami hari itu, Sunday Bowl Cereal Club. Tentu tergelitik kami bertanya, "So, Chelsea, apa yang membuat kamu bahagia?" Dengan mata berbinar dan senyuman merekah, ia menjawab, "Good food, good mood. Makanan mempengaruhi mood terutama yang manis-manis seperti ice cream dan sereal, jadi pas, nih, lokasi syutingnya. Saya suka banget dessert. Semua sweets pasti saya makan," ujar pencinta Tiramisu dan Panna Cotta itu.
Perbincangan ini pun menjadi awal bagi kami untuk lanjut berefleksi tentang hal pemicu kebahagiaan. Bagi Chelsea, bentuk suka cita lainnya adalah ketika ia kembali ke dunia film setelah masa hiatus selama satu tahun pada 2020 lalu. Aktris kelahiran New York tersebut memutuskan break sejenak dengan tujuan untuk reconnecting dengan diri sendiri. Ia belajar tentang pentingnya self care dan bagaimana memprioritaskan kebutuhan jiwa dan raganya. Akhirnya ia terlahir kembali, membawa pelajaran penting yang berdampak padanya. "Menurut saya sangat affecting karena saya jadi merasa tercukupi oleh apa pun yang kita miliki dalam diri sendiri, bukan dalam hal materi atau lainnya tetapi dalam pikiran sendiri," ujar Chelsea yang memfavoritkan buku Ikigai: The Japanese Secret to a Long and Happy Life. "Mungkin seperti dulu yang puzzle-nya berantakan sekarang sudah lengkap lagi," katanya menganalogikan perasaannya.
Kendati sempat hiatus, nama Chelsea Islan tetap tercatat memberikan corak di dunia perfilman Indonesia sejak kemunculannya di film perdananya, Refrain, pada 2013 silam. Kariernya sebagai aktris terus menelurkan film-film dari beragam genre, seperti Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar, Headshot, dan Sebelum Iblis Menjemput. Yang terbaru, ia bergabung di Jagat Sinema Bumilangit dengan perannya sebagai superhero wanita bernama Tira dan akan tayang sebagai serial tahun ini. Baginya, ini merupakan sebuah pengalaman langka yang menantang, bahkan sejauh ini menjadi momen paling bahagia atas keberhasilannya mendapatkan peran Tira.
"Jadi saya ditawari tahun 2019 untuk bermain menjadi Tira dari Bumilangit, yang juga mengeluarkan Gundala, Sri Asih, dan Virgo. Senang banget karena sebenarnya saya tidak percaya diberi peran Tira yang tidak mudah. Sangat kompleks juga karakternya. Satu hal yang bikin susah adalah karena saya tidak punya dasar action dan fighting. Sementara, di sini hampir 80 persen itu action fighting. Waktu itu persiapannya hanya tiga bulan, lalu syutingnya tiga setengah bulan," jelasnya. Karena segala proses yang harus ia lalui itu, serial Tira menjadi salah satu proyek yang paling berkesan baginya.
Chelsea merasakan masa-masa intens berlatih koreografi demi mewujudkan karakter Tira, namun tidak ada sepatah kata pun yang mengindikasikan dirinya menyerah. Masih dengan suara bersemangat dan diselipi tawa, ia melanjutkan, "Menurut saya ini challenge baru dan itu yang membuatnya seru. Martial arts juga belajar dalam tiga bulan. Bisa dikatakan susah tapi menyenangkan, karena kita tidak tahu kapan bisa mendapatkan tawaran seperti ini lagi." Ia pun mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan yang didapatkan untuk memerankan seorang pahlawan super.
Sebelum menjajal film, Chelsea mengungkapkan bahwa ia telah menaruh hati pada dunia teater sejak duduk di kelas satu sekolah dasar. Sembari duduk santai mengenakan busana Coach berlengan puffy, ia bernostalgia ke masa kecilnya. "Kelas satu SD, saya ingat banget. Sudah masuk teater karena di sekolah waktu itu selalu ada pentas setiap tahunnya. Waktu itu Wizard of Oz, saya jadi bunga, menari dan menyanyi mengenakan busana bunga." Momen itulah yang kemudian membuatnya terus jatuh cinta untuk berakting, sampai akhirnya ia sukses bermain di atas panggung bersama Titimangsa Foundation dalam pertunjukan Bunga Penutup Abad dan Perempuan-perempuan Chairil.
Lantas, apa yang membuat teater begitu menarik dalam pandangannya? "Teater itu magical. Kita di atas panggung tidak boleh salah dan the show must go on dari awal sampai akhir. Nah, yang berbeda dari teater, saya merasa lebih menjiwai perannya karena latihannya lebih lama sehingga lebih menghayati. Lebih lama prosesnya karena benar-benar harus olah vokal, tubuh, dan semuanya di atas panggung. Lalu lebih menjadi satu keluarga bersama kru dan cast," jawabnya. Dunia teater pun seakan membawanya ke realita yang berbeda. "Senangnya (bermain teater) karena kita seperti tidak di dunia yang sekarang. Seperti hidup di dunia si karakter saat berada di atas panggung," tegasnya.
Selain film, fashion turut memberikan percikan keceriaan baginya. Padu padan busana dengan tas sebagai pendukung penampilan memberikan keseruan sendiri untuknya. "Yang pasti, sih, ke mana pun harus membawa tas," katanya. Selain berperan penting dalam kesehariannya, mulai dari meeting, menghadiri press conference, hingga tampil di ajang penghargaan, "Yang pasti (tas) brings out the personal style dari seseorang. Saya melihat tabby bag Coach ini minimalis dan elegan," tuturnya.
Lahir pada 2 Juni 1995, perjalanan Chelsea masih terbilang panjang dalam meniti karier. Harapannya, ia ingin tetap berkarya sampai kapan pun, seperti sang idola yang ia kagumi, Christine Hakim. "Beliau panutan saya. Saya bermimpi dan bercita-cita semoga bisa menjadi seperti Christine Hakim di masa depan, membawa nama Indonesia juga sehingga perfilman Indonesia semakin maju," ia menyampaikan. Ia telah membuat daftar impian untuk ia centang dalam mempercantik industri film Tanah Air, beberapa di antaranya adalah dengan membuat studio film yang lebih besar dan melibatkan dukungan pemerintah dalam mempromosikan karya bangsa. "Tetapi dulu sebenarnya mimpinya dari kecil ingin jadi sutradara. Saya masih ingat karena saya menuliskannya dan bukunya masih ada. Saya ingin men-direct. Mudah-mudahan ada kesempatan untuk itu. Jadi walaupun kita di depan layar, tapi bisa juga berkarya di belakang layar," katanya penuh harap.
Di atas awan impian, kita tetap patut melihat dunia secara lebih luas lagi dari berbagai sisi. Di atas banyaknya harapan seorang Chelsea Islan, baginya yang tak kalah penting dalam memberikan arti kebahagiaan dalam hidupnya adalah keberadaan orang-orang terdekat yang menyayanginya dan peran Tuhan. "Cara saya mendefinisikan kebahagiaan itu sebenarnya sederhana, dengan bersyukur dengan apa yang kita punya dan pastinya selalu berdoa kepada Tuhan. Saya senang banget karena dikelilingi oleh orang-orang yang tulus, baik hati, dan selalu memberikan energi positif," tutupnya.