Tumbuh selama pandemi itu lebih banyak inward
Kilas balik ke empat tahun lalu di mana saya pertama kali bertemu dengan Atiqah Hasiholan di studio Harper’s Bazaar Indonesia. Kala itu, tidak banyak waktu yang saya habiskan dengan salah seorang aktor dan model kebanggaan Tanah Air ini. Jika saya tidak salah ingat hanya 20 menit, itu pun saya banyak dibantu oleh Atiqah yang sudah terbiasa berada di depan kamera. Di waktu yang sama, saya juga sempat bertemu dengan Salma Jihane Putri Dewanto, putri dari Atiqah dan Rio Dewanto.
Lama tidak berjumpa, sejumlah tim Bazaar kembali dipertemukan dengan keluarga kecil ini di Putri Duyung Resort yang terletak di daerah Ancol. Bukan bermalam di sana, melainkan untuk menjalani protokol kesehatan terlebih dahulu sebelum berlayar bersama Augustine Phinisi di Teluk Jakarta.
Sebelum bertolak, tim pinisi melakukan health and safety briefing di bagian belakang kapal. Tidak ada rasa takut yang tersirat di mata Salma saat tiba di pinisi, justru sepertinya penumpang termuda ini yang memiliki kapasitas tenaga paling banyak selama dua hari kedepan. Sontak saya pun ingin tahu dari mana Salma melihat rasa tak gentar ini sehingga ia memiliki rasa percaya diri yang begitu tinggi. Ternyata benar, alam bukan sesuatu yang baru untuk Salma. Hal itu saya simpulkan dari jawaban Atiqah yang lebih memilih pantai dari gunung. “Dari kecil saya selalu dibawa oleh orang tua ke pantai. Saya juga diving dari dulu. Memang dari kecil sudah dekat dengan laut,” jawab Atiqah. Jadi tidak heran, kan?
Tanpa mengulur waktu lebih banyak lagi, sudut meja makan akhirnya disulap oleh Sissy Sosro dan Cosmelynn menjadi makeup and hair station. Sikap profesionalitas Atiqah tak perlu diragukan lagi, tidak ada tawar menawar dari perempuan keturunan Arab dan Batak ini ketika diminta untuk langsung mulai makeup untuk foto dan video cover digital Bazaar. Di sela-sela waktu istirahat akhirnya saya meminta waktu Atiqah untuk mengobrol sejenak.
Mengingat sempat ada jeda sejak kali pertama saya berkenalan dengan Atiqah, karakter dan perubahan adalah dua topik yang menarik untuk membuka percakapan ini menurut saya.
Atiqah Hasiholan (AH): Tumbuh selama pandemi itu lebih banyak inward. Banyak waktu yang memang lebih melihat ke dalam diri, lebih banyak waktu dengan keluarga dan juga semakin menyadari apa yang sebelumnya sering kita hiraukan saat sibuk bekerja.”
AH: Kalau Salma semakin dewasa, semakin besar, semakin banyak hal baru yang saya pelajari menjadi orang tua dan juga menjadi diri sendiri seiring berkembangnya anak saya. Priority in life. Adanya Salma semakin menyadarkan saya kalau karier itu penting, tapi juga merupakan tantangan baru yang berat tapi juga menyenangkan dan berbeda. Saya jadi manusia yang lebih matang ketika menjalani tantangan berperan sebagai orang tua dan pekerja.
AH: Semakin kita menerima kekurangan hidup dengan bijaksana, itu saya anggap berkembang. Dulu sewaktu masih muda, berkembang itu harus digapai dengan sesuatu yang baru. Gol yang baru lagi. Memang itu ada, namun ketika Anda "achieve, achieve, achieve", ada kepuasan yang tidak permanen. Sekarang saya sudah semakin dewasa, saya merasa berkembang itu adalah sebagaimana saya menerima diri sendiri, situasi di sekitar dengan lapang dada, dan menjalankannya dengan ikhlas. Dan, menurut saya, kunci kebahagiaan ya itu tadi.
AH: Itu dia. Mindset saya akan perubahan itu sudah berubah. Bukan checklist seperti bisa apa saja atau achieve apa saja. Perihal karier? Alhamdulillah, ia sukses terus. Kalau menabung untuk keluarga ini juga semuanya terpenuhi, buka usaha juga tergapai. Saya juga melihat bagaimana ia semakin matang. Menjadi seorang bapak, seorang suami, bagaimana ia lead keluarga ini. Kembali lagi ke yang tadi, saya dan Rio itu saling menerima flaws.
Tumbuh selama pandemi itu lebih banyak inward
Bukan hanya satu atau dua kali saya melihat seisi kapal terhibur karena perilaku Salma. Di perjalanan itu, bukan hanya kedua orang tua Salma yang melakukan aktivitas syuting, tapi juga putri semata wayang Atiqah dan Rio ini. Belum begitu tahu banyak, saya pun bertanya kepada Salma apa nama channel YouTube-nya. Suasana masih belum hangat, akhirnya sang ibu yang membantu jawab, "Namanya Salma Jihane, nonton ya!"
Penasaran melanda, akhirnya saya dan Adit, Editor Fashion dari Harper’s Bazaar Indonesia, menonton satu video tentang bahaya kuman. Spontan topik pembicaraan beralih ke media sosial. Asal muasal kanal YouTube Jihane ini jadi pertanyaan saya. Memang Salma yang meminta sendiri, namun sebagai orang tua, Atiqah dan Rio sepakat untuk membuatkan kanal YouTube yang berkonsep. Ada tema sekaligus nilai edukasi, dan pastinya, selalu dalam pengawasan Atiqah dan Rio.
Atiqah mengakui memang YouTube termasuk salah satu platform yang jarang ia telusuri, sampai akhirnya tercetus permintaan channel untuk Jihane. Dari sana Atiqah juga akhirnya tahu bahwa di luar negeri, seperti Amerika Serikat, para content creator tidak boleh lagi menggunakan konten anak-anak untuk diuangkan, atau bahasa sehari-harinya adalah monetize. Ia pun sadar bahwa anak umur empat tahun bisa menjadi pintu belajar siapapun, asal mereka mau.
Banyak sekali aksi dari Salma selama perjalanan. Mulai dari karaoke untuk semua penumpang dan awak kapal, main air di Pulau Gosong Patrick dengan Bapak dan Ibu, hingga duduk di kursi makeup untuk berdandan. Ada kegirangan begitu polos yang saya lihat dari Salma. Awalnya saat Salma melihat lumba-lumba untuk pertama kalinya, lalu kemudian whale shark dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Sayangnya hari sudah terlalu sore untuk Salma ikut turun ke sekoci kuning milik Augustine Phinisi dan mendekat ke tiga ekor hiu paus tadi. Tidak kecewa, Bapak yang ikut turun ke kapal kecil bersama saya dan Adit membawakan "oleh-oleh" digital untuk Salma dan Atiqah.
AH: Melihat keluarga saya dan orang-orang terdekat saya senang, lalu saya pun bahagia.
AH: Banyak yang berubah. Mungkin saya makin tua? Makin wise nih kayaknya. Saya mungkin sudah di usia yang ketika kilas balik banyak hal bagus yang saya hargai saat muda dulu. Tapi ada juga masa saya terlalu repot dengan urusan-urusan tidak penting.
AH: Ketika kita bersama. Saya paham Rio pasti tidak bisa menemani anak sebanyak saya. Namun sejak Salma lahir, ia punya objektif akan bapak seperti apa yang ia mau untuk Salma. Ia ingin jadi bapak yang waktu berkumpul itu 100%, bapak yang mendengarkan, dan masih banyak lagi. Menurut saya, sejauh ini ia berhasil. Jadi ketika bersama-sama itu bagi saya adalah quality time.
Penghujung tahun sering menjadi "tanda" lama dan baru. Old and new kalau kata orang zaman dulu. Bagi saya pribadi, momen ini selalu saya jadikan kesempatan saya, abang, dan kedua orang tua untuk berlibur. Karena tidak hanya merayakan pergantian tahun, kebetulan hari pertama di tahun yang baru juga menjadi hari lahirnya abang saya. Tidak jauh berbeda, Atiqah pun memiliki cerita yang serupa. Rasanya tidak pas menutup cerita Bazaar yang pergi berpelesir bersama Atiqah Hasiholan jika tidak menyinggung tentang selebrasi.
AH: Belum terpikir, sih. Bahkan saya baru sadar kalau ini sudah mau tahun baru lagi! Oh no! Pencapaian yang diinginkan ada, tapi saya bukan orang yang selalu membuat resolusi di tahun baru. Biasanya lebih go along, tapi tetap punya gol. Untuk sekarang, saya mau membuka usaha di bidang food & beverages, yang akan segera buka. Jadi salah satu resolusi saya adalah berhasil di bidang itu. Jadi ada skill baru di dunia ini. Kalau kemarin sebagai seorang aktris, sekarang sebagai entrepreneur.
AH: Semakin tua semakin tidak ada artinya. Saya dan Rio juga tidak pernah membesar-besarkannya. Kita bukan pasangan yang seperti itu.
AH: Ada! Trip yang tidak jadi gara-gara pandemi! Kita sudah beli tiket pesawat. Kita mau ke Jepang. Lalu akhirnya tidak jadi. Itu sih memorable! Kenapa saya pilih itu, karena saat itu Salma masih dua tahun, jadi kita memang belum ada trip yang benar-benar bertiga.
Ada satu lagi. Kita bertiga ke Thailand, dan Salma masih ingat hal ini, padahal usianya Salma baru sekitar satu tahun saat itu. Di Thailand, kita ke elephant sanctuary, lalu memandikan gajah bertiga. Kebanyakan gajah yang ada di sini adalah gajah yang tadinya tersiksa kerja paksa. Mereka (gajah) ditempatkan dalam satu tempat yang memperbolehkan turis untuk datang dan kasih makan.
Saya dan Rio itu selalu ingin trip untuk Salma itu sesuatu yang ada manfaatnya. Ada pendekatan budaya dan juga mendapatkan memori yang kuat.
Menurut saya, sejauh ini ia berhasil
- Rio Dewanto dari mata Atiqah Hasiholan
Akhirnya Ancol kembali menjadi tempat Augustine Pinisi bersandar untuk menyudahi perjalanan dengan Harper’s Bazaar Indonesia dan Atiqah Hasiholan, Rio Dewanto, serta Salma Jihane. Begitu banyak gelak tawa yang pecah selama bermalam di pinisi, mulai dari aksi Salma yang tak kenal lelah, saling berbagi pengalaman, hingga cerita haru berujung guyonan.
Seluruh aktivitas ini dijalankan sesuai dengan protokol kesehatan dan sudah dilakukan swab antigen kepada seluruh tim Bazaar, keluarga bintang tamu, dan awak kapal dengan hasil semua negatif.