Ada banyak versi Ariel yang saya tidak suka.
Adaptif. Satu kata tepat untuk menggambarkan mereka yang disebut introvert. Kaum yang pandai menyesuaikan diri, namun juga paham itu semua ada batasnya. Sama seperti saat saya pertama kali dipertemukan dengan Ariel Tatum. Dengan besar hati, perempuan yang merayakan ulang tahunnya di bulan November ini memberi dukungan moral agar saya percaya diri untuk muncul di depan kamera. Rupanya, belakangan baru saya tahu kalau ia juga seorang introvert. Hari ini, kembali kami bertemu untuk pemotretan cover digital edisi November. Tiba dengan go-to look andalannya, tank-top dan bawahan kain, Ariel datang menyapa semua yang hadir di studio pagi itu.
Di pertemuan terakhir bersama Bulgari, Ariel sempat berkata kalau ia “cemburu” melihat online presence seorang perempuan. Ada quality pada sosok tersebut yang tidak ia miliki. Beberapa bulan berlalu, saya tanyakan kembali kecemburuan itu.
Harper’s Bazaar (HB): What was the quality, and
have you got it now?
Ariel Tatum (AT): Yang saya cemburu darinya adalah ia
begitu social dan fun to be around with. Ia memiliki
banyak teman di setiap event. Saya melihat keseruan hidupnya.
She’s living her life to the fullest. Saya juga mau hal yang
sama! Empat bulan hati saya tidak tenang setiap melihat
story-nya. Setelah menyadari itu, saya bertanya pada diri
sendiri lagi, apakah saya benar ingin memiliki hidup seperti itu.
Nyatanya, tidak.
HB: Itu dia. Bukan Anda.
AT: Saya mencoba memberikan kesempatan pada diri
sendiri untuk go out, attend more events. Tapi
ternyata kapasitas diri dan energi saya memang mentok di sana. Akhirnya
saya mengikhlaskan kalau ia memang mampu melakukan itu, sedangkan saya
tidak akan pernah.
Kesadaran seperti itu perlu proses. Banyak hal dari dalam diri yang harus Anda pahami. Lalu kemudian berdamai. Proses perdamaian itu juga bukan perjalanan yang menyenangkan. Namun yang paling penting adalah apa yang Anda dapat dari satu cycle itu. Saya penasaran, di umurnya yang baru ini, sudah berapa banyak versi Ariel yang ia tinggalkan.
HB: Which Ariel have you left and shed
away?
AT: I got chills! Sempat membicarakan ini
dengan terapis saya. Ada banyak versi Ariel yang saya tidak suka. Yang
kurang menguntungkan, dan enggak jarang juga menjerumuskan diri sendiri.
I used to have such a struggle to let her go. Kemudian saya
paham kalau sebaiknya jangan “membuang” mereka sepenuhnya. Justru saya
perlu berdamai dengan mereka. Versi Ariel yang saya suka dan juga tidak.
Jadi, tidak meninggalkan, namun saya mencoba untuk embrace dan
cherish setiap versi diri saya.
Ada banyak versi Ariel yang saya tidak suka.
Mengikuti koleksi Serpenti dari lini perhiasan Bulgari yang tengah merayakan pencapaian baru, Ariel pun demikian. Bulan ini adalah momen di mana ia menambahkan satu tahun pada umurnya. Ariel berbagi kalau nilai dari koleksi Sepenti ini menggemakan value yang sama dalam hidup perempuan kelahiran tahun 1996 ini, yaitu manusia harus selalu berubah. Menurutnya perubahan adalah sesuatu yang positif. "It’s a sign of growth," tuturnya. Koleksi Serpenti dilambangkan oleh ular. Hewan yang kerap berganti kulit. Ariel percaya kalau pergantian itu juga terjadi pada manusia. Selain regenerasi kulit, manusia juga harus berkembang sebagai pribadi.
HB: Tahun ini jadi perayaan koleksi Serpenti yang ke-75. Mari
berandai-andai, seperti apa Ariel di umur 75 tahun nanti?
AT: Saya berharap diri ini penuh dengan kebijakan
dan pengalaman. Semoga saya tidak menyesali apa pun yang terjadi dalam
hidup. Saya percaya segala sesuatu yang tidak membahagiakan itu
memberikan pembelajaran serta mendewasakan kita.
HB: Apa rencana Anda untuk ulang tahun kali
ini?
AT: November ini saya memberanikan diri untuk akhirnya
pergi ke India. Melakukan treatment holistik, jauh di atas
perbukitan, jauh dari perkotaan. It’s very exciting!
HB: Di umur yang sebentar lagi menjadi baru, pelajaran
terberat apa yang pernah Anda lalui dalam hidup sejauh ini?
AT: Wah! Saya tidak tahu harus mulai dari
mana. Terberat… To be soft in the middle of a tough world. Dulu
saya mempunyai pemikiran kalau saya harus selalu tangguh untuk bertahan
di dunia yang cruel ini. Saya dipenuhi oleh energi maskulin
untuk melindungi diri. Kemudian saya mengerti kalau kita tidak bisa
menimpali kekerasan dengan kekerasan.
HB: Soft seperti apa yang Anda
maksud?
AT: Untuk selalu penuh dengan cinta, selalu terbuka,
selalu bersikap baik. To be vulnerable. Itu semua dilakukan
tanpa ekspektasi apa pun. Just you being vulnerable and
unapologetically kind.
To be soft in the middle of a tough world.
Sebagai figur publik yang dikagumi banyak orang, Ariel berusaha selalu memberikan yang terbaik. Sekali pun itu memberi “nyawa” pada hal-hal di luar zona nyamannya. Seperti warna baju di rak wardrobe hari ini. Sembari meyakinkan dirinya kalau saya tidak ada andil dalam proses styling, ada satu yang saya tak sabar untuk lihat langsung pada aktris berzodiak Scorpio ini. Yaitu bagaimana ia bermanuver.
HB: Di skenario lain, bagaimana Ariel menghadapi situasi seperti ini?
AT: Sejak umur 25 tahun, saya menghadapi situasi
seperti ini jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Dulu itu saya sangat
amat repot dengan setiap hal yang lewat. Sekarang, kalau di luar
kontrol, dan kalau tidak bikin celaka, saya mencoba tidak stress
over it. Saya mencoba untuk mengikhlaskan diri untuk menikmati
pengalaman hidup.
Saya berpendapat kalau setelah berdamai dengan isu dalam diri sendiri, baru saya bisa membantu orang lain. Itu bentuk empowerment yang, secara tidak langsung, saya lakukan untuk diri sendiri kemudian orang lain. Berbeda dengan Ariel, baginya kedua itu justru jalan berdampingan. Kembali ke pernyataannya di awal, manusia itu berevolusi. “Dalam perjalanan mengenal diri, kita juga mengenal orang lain.” Jadi, ibarat cermin. Perlakuan seseorang terhadap orang lain itu adalah refleksi dari seberapa jauh orang tersebut mengenal dirinya. Intinya, semakin dalam Anda mengenal diri sendiri, semakin besar juga bentuk empowerment yang Anda bisa berikan pada orang lain. Kuncinya terletak pada diri sendiri.
HB: Bicara soal mengenal diri sendiri. Apakah Ariel selalu
menjaga dan “mendengarkan” kebutuhan tubuh seperti sekarang
ini?
AT: No, of course not! It has always been
a struggle. Ketika Anda menggapai sebuah milestone
(seputar kesehatan mental), itu bukan berarti jadi milik kita
selama-lamanya. Itu suatu hal yang menurut saya, seumur hidup harus
diperjuangkan. Harus kita latih, kita ingat, kita terapkan menerus. Sama
halnya seperti rasa sayang terhadap tubuh ini. It’s been such a long
journey of trying to apply self-love on a daily basis. Sulit, tapi
tidak mustahil. Bahkan sekarang saya ada kesadaran saat negative
self-talk mulai muncul. Dari kesadaran itu, saya paham kalau
negative self-talk ini ada, berarti saya sedang tidak menjaga
tubuh ini dengan baik. Dapat dikatakan ini adalah sebuah
reminder yang baik. When I self-criticize myself, it means
I'm neglecting my body. Hence I don't feel good nor am I comfortable in
my skin at the time.
Sulit, tapi tidak mustahil.
Seperti buku bertajuk The Body Keeps the Score, Ariel mengaplikasikan judul tersebut dalam kesehariannya. Tubuh mempunyai memori yang luar biasa sedari dari kita lahir. Selebrasi, pendewasaan diri, hingga pencapaian sudah dijadikan topik. Memenuhi satu cycle, saya bertanya padanya soal legacy.
HB: Di ujung percakapan ini, saya ingin bertanya. What
would you like to be remembered by?
AT: That is such a lovely question. Hmm.. Ini
tidak berlaku pada semua orang. Bukan juga sesuatu yang saya jadikan
ambisi. Namun saya berharap, setidaknya bagi orang-orang yang saya
cintai, mereka mengingat saya sebagai perempuan yang menyayangi dan
peduli dengan mereka.