Saya selalu mencoba untuk hadir di setiap momen yang bukan hanya untuk kami berdua tetapi juga momen istri saya dalam pencapaiannya.
Karakter Deva Mahenra saat berjumpa dan berbincang dengan Bazaar serasi dengan pergerakan ikan-ikan yang meliuk di Jakarta Aquarium pagi itu. Tenang, seimbang, dan penuh warna.
Meski tak jarang ia melontarkan candaan yang mencairkan suasana. Topik pertamanya pagi itu ketika tiba di lokasi adalah ia baru saja kembali dari Garut untuk syuting film religi terbarunya. Sebelum akhirnya pembicaraan kami mengalir.
Deva tampaknya mampu tetap adem menyeimbangkan resolusi dan menghadapi kejutan dalam hidupnya. Ia mungkin sama seperti kita yang tak selalu bisa memenuhi semua resolusi yang diangankan, namun aktor berusia 33 tahun ini terarah. Ia punya caranya sendiri, sederhana namun dapat dicontoh. Ia meyakini bahwa penting untuk siapa pun mencatat apa saja tujuan hidupnya, dengan harapan secara tidak langsung kita membentuk jalur untuk menggapainya.
Bukan berarti selalu saklek, Deva menuturkan, "Saya itu tipe orang yang selalu bersiap-siap. Sering dan senang melakukan persiapan, tetapi juga embrace spontanity. Jadi di pertengahan jalan ketika dihadapkan dengan masalah, kita dibuat lupa dengan resolusi. Sebenarnya harusnya tidak seperti itu. (Masalah) itu membuat kita punya waktu untuk jeda, tarik napas sebentar sebelum melanjutkan lagi dengan tenaga yang baru."
Saya selalu mencoba untuk hadir di setiap momen yang bukan hanya untuk kami berdua tetapi juga momen istri saya dalam pencapaiannya.
Lantas, apa resolusinya tahun ini? "To be honest, saya tidak melanjutkan resolusi saya dari tahun-tahun sebelumnya," katanya. Saat ini fokusnya adalah, "Bagaimana menjalani tahun-tahun kritis di pernikahan. Orang bilang, kan baru memulai (pernikahan) itu tahun-tahun kritis. Bagaimana memulai tahun-tahun kritis ini dengan sebaik mungkin? Maka dari itu saya selalu mencoba untuk hadir di setiap momen yang bukan hanya untuk kami berdua tetapi juga momen istri saya dalam pencapaiannya. Saya selalu mencoba untuk membuat diri saya hadir di momen itu."
Deva baru saja merayakan satu tahun ulang tahun pernikahannya dengan Mikha Tambayong akhir Januari lalu. Sebagai bentuk selebrasi honeymoon bersama sang istri, tahun ini ia mengenangnya dengan turut mengajak ayah Mikha (salah satu sosok pasangan idamannya) menyaksikan konser Coldplay yang tengah tur Music of the Spheres di Asia Tenggara. "Sebisa mungkin saya ingin melibatkan dia (ayah Mikha) dalam kebahagiaan kami juga. Dan seru banget," kenangnya sebagai bentuk hormat.
Pernikahan membawa perubahan signifikan dalam hidupnya, for good, termasuk jika berbicara soal resolusi. Yang ia temukan adalah, "Jadi benar kata orang, ya. Bahwa ketika Anda menikah, cara berpikir, perspektif Anda melihat dunia, menata masa depan, dan cara melihat waktu yang akan datang itu berbeda. Pikiran bukan lebih luas tapi lebih sempit, dalam arti itu lebih fokus yang mana saya lebih menikmati sebenarnya. Dulu, tuh, ketika belum nikah pikirannya terlalu luas dan ke mana-mana. Saking luasnya jadi banyak hal-hal yang tidak tercapai tadi, kembali ke resolusi," jelasnya. Oleh karena itu, kehadiran Mikha sangat berarti bagi Deva sebagai supporter untuk tetap fokus menjalani hidupnya.
Menurut saya pencapaian paling tinggi adalah bisa tetap bertahan selama 33 tahun ini menjadi diri sendiri dan tetap waras, tetap mencintai dan dicintai orang-orang terdekat.
Dari perbincangan pagi itu, tersirat harapan Deva selanjutnya ada di dunia akting. Salah satu cita-citanya adalah ingin kembali berada di satu layar dengan aktor senior Indonesia, Christine Hakim. Sebelumnya keduanya pernah bermain bersama, salah satunya di film Dancing In The Rain (2018). "Saya pengin syuting lagi sama Bu Christine. Sudah pernah, sudah beberapa kali dan dekat banget sama Ibu, cuma pengin dipertemukan lagi di satu proyek yang sama dengan Ibu Christine," ungkapnya. Ia juga ingin suatu saat berkesempatan kembali bekerja bersama sang istri.
Berakting menjadi ranah di mana Deva memulai kariernya dan kini menjadi passion yang sejati. Setelah mencoba banyak hal di dunia entertainment, dengan mantap ia menyebut bahwa acting is a way of life. Deva menegaskan, "Ngomongin soal passion, saya punya prinsip bahwa bagaimana cara tahu bahwa Anda menemukan passion yang benar yaitu karena Anda melakukan banyak passion yang keliru. Jadi, lakukan banyak hal. Dari sekian banyak hal itu ambillah satu hal yang 'Ini gue'. Dan dari sekian banyak hal yang saya lakukan di dunia entertainment seperti siaran radio, menyanyi, DJ juga pernah, dan nge-band juga, akting bikin saya bisa bilang bahwa this is me." Nama Deva hingga saat ini konsisten muncul baik di layar lebar maupun serial televisi. Yang terbaru, ia berperan sebagai Aris di film drama Ipar Adalah Mautarahan Hanung Bramantyo. Sebelumnya Deva juga pernah bermain di banyak genre, beberapa di antaranya seperti Guru Bangsa Tjokroaminoto (2015), Sabtu Bersama Bapak (2016), Belok Kanan Barcelona (2018), serial televisi komedi Tetangga Masa Gitu (2014-2015), dan film horror seperti Kisah Tanah Jawa.
Lalu, adakah hal lain yang ingin ia coba selagi masih muda? Deva mendeskripskikan dirinya sebagai seorang actorpreneur yang tidak ragu untuk keluar dari zona nyaman (persis sama seperti yang bisa Anda baca di short bio Instagram-nya). Mungkin passion sejatinya memang di dunia main peran, namun ia tak menutup pintu untuk terus mendalami hal yang kini sudah dijalaninya, yakni berwirausaha. "Saya belum bisa bilang juga berbisnis adalah one of my passions," katanya, menjelaskan bahwa ia masih memantapkan hatinya dan mempelajari pattern berwirausaha. "Mungkin sekarang selain akting, berwirausaha masih dalam proses belajar apakah itu passion atau bukan," ujarnya.
Karier yang terus berkembang di usia yang masih tergolong muda menjadi sebuah pencapaian masif bagi seseorang. Namun sepertinya Deva memiliki jawabannya sendiri yang simpel namun mengena ketika ia ditanya soal pencapaian tertinggi dalam hidupnya. "Masih tetap menjadi diri sendiri dan masih waras-waras saja. Iya, karena kalau saya ngomongin pencapaian itu selalu tidak nyambung sama teman-teman. Karena ketika ngomong soal pencapaian, teman-teman suka bicara soal seberapa jauh kerjanya, seberapa jauh jabatannya. Sementara saya selalu berbicara soal menikmati hari ini. Jadi selalu tidak ketemu. Menurut saya pencapaian paling tinggi adalah bisa tetap bertahan selama 33 tahun ini menjadi diri sendiri dan tetap waras, tetap mencintai dan dicintai orang-orang terdekat. Sudah." Well, namun berarti ini akhir dari segalanya, bukan? Mari kita nantikan penampilan Deva Mahenra di film barunya yang tengah ia garap hingga ke Garut.