Bisa menunjukkan sisi manusia kita.
Tidak hadir bukan berarti tak sayang. Angga Yunanda memang tidak terlihat di malam kemeriahan 23rd BAZtie Anniversary Party beberapa saat lalu. Rupanya, Angga juga sedang merayakan ulang tahunnya, juga ke-23 tahun! Bahkan tidak ada yang sadar akan fakta itu sampai dirinya sendiri yang mengucapkannya.
Mengikuti tema yang diperdanai oleh Angga di Cover Digital kali ini, yakni Bazaar Men, lokasi pemotretan dan syuting hari itu pun diramaikan oleh para laki-laki. Mulai dari Managing Editor, Fashion Stylist Assistant, Fotografer, Videografer, hingga Makeup Artist, dan Hair Stylist.
Di Casa De Mimi, di tengah aktivitas menyiapkan setiap look, Hans dan Adit bertanya apa artinya menjadi seorang laki-laki di zaman seperti ini. “Bisa menunjukkan sisi manusia kita,” tutur Angga. Menurutnya, di zaman sekarang laki-laki lebih nyaman untuk menampilkan sisi emosional dan kerapuhan.
Bisa menunjukkan sisi manusia kita.
Otomatis ucapan selamat ulang tahun jadi kalimat pertama saya padanya. Melanjutkan tema selebrasi, saya ingin tahu bagaimana tradisi perayaan di dalam keluarga laki-laki yang besar di Lombok ini.
Harper’s Bazaar Indonesia (HB): Di media sosial terlihat bagaimana Angga merayakan hari kelahiran dengan kekasih hati, dan teman-teman. Bagaimana dengan keluarga?
Angga Yunanda (AY): Sedikit cerita tentang keluargaku. Saya tumbuh di keluarga yang sederhana. Papa dan Mama itu guru dua-duanya. Perayaan dilakukan secara sederhana. Mungkin sudah mendarah daging sehingga kita masih melakukan hal yang sama. Sederhana sekali. Biasanya kita menyempatkan satu hari penuh untuk keluarga. Mungkin kalau dulu karena keterbatasan biaya, jadi tidak ada perayaan yang spektakuler untuk saya dan kakak. Sudah terbiasa untuk intimate juga. Saya pun merasa perayaan terbaik itu justru kita bisa merayakan dengan orang-orang terdekat.
HB: Apa pencapaian terbesar Angga saat ini?
AY:
Dalam hidup, saya bersyukur sudah berpenghasilan bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk kedua orang tua. Saya ingat sekali
struggle-nya menjadi anak seorang guru. Meskipun sebenarnya guru adalah pekerjaan yang begitu berjasa untuk masa depan bangsa. Dari orang tua saya belajar bahwa hidup bukan hanya tentang materi. Tapi bisa memberi arti dan manfaat adalah salah satu hal yang paling berharga. Saya bersyukur bisa mendapat pelajaran hidup yang tak ternilai harganya dari kedua orang tua saya.
Angga juga berbagi kalau keputusan yang ia buat di tahun 2015 adalah keputusan yang tepat. Apa itu? Saat ia memantapkan dirinya untuk bekerja di industri hiburan. Tentu ia bangga pada setiap karya yang menjadi portofolionya. Namun ekspresi Angga menunjukkan kalau ia begitu bersyukur terhadap orang-orang di sekitarnya yang memberikan dukungan tiada henti.
Rasa cemas dan khawatir tak luput dari raut Angga. Apalagi saat ia berpose bersama Botti, si kucing Sphynx, yang tak kalah mencuri perhatian siang hari itu. Sebagai pemilik kucing, Erica Arifianda, dan juga selaku Digital Managing Editor Bazaar Indonesia, ia terus membuat Angga merasa nyaman untuk difoto bersama anabul miliknya. Sama seperti perjalanan karier Angga di industri perfilman. Meski ia sedang merasa saat ini adalah titik peak kariernya, ia juga masih dipenuhi dengan rasa cemas dan deg-degan.
HB: Selain karena Botti, apa yang Angga cemaskan sekarang ini?
AY:
Saya sangat bersyukur tapi juga cemas. Pertama, karena film Catatan Si Boy adalah IP (intellectual property) yang sangat besar. Tidak ada yang tidak tahu si Boy itu siapa. Sudah lekat sekali. Cukup sulit untukku agar tidak merasa terkekang oleh itu. Susah untuk melewatinya. Semoga saja nanti saat nonton tidak mengecewakan. Mungkin saya akan lebih plong saat sudah bisa ditonton untuk umum.
HB: Beralih dari cemas. Bagaimana kalau momen “down” Angga?
AY:
Sebenarnya dua tahun lalu saya sempat berada di fase mencari dan bertanya-tanya apakah ini kehidupan yang cocok untuk saya atau tidak. Setelah kita sudah bisa beraktivitas lagi sejak pandemi, saya down banget. Lalu bertanya-tanya apakah saya pantas berada di sini. Karena entah mengapa, saya selalu merasa perjalanan karier saya selalu dimudahkan oleh sang Pencipta. Dari awal sampai sekarang. Saya sangat bersyukur akan hal itu, tapi saya merasa apakah ini hanya faktor keberuntungan, kerja keras saya, atau justru yang lain. Karena ternyata jalan yang mulus juga bukan berarti membuat saya nyaman. Justru bertanya-tanya. Itu adalah satu hal yang saya pikirkan terus-menerus. Saya akan menerima dengan lapang dada kalau saya sudah tidak “di atas” lagi seperti sekarang. Atau berpikir ini momen untuk saya berhenti saja. Itu sempat tercetus tahun-tahun kemarin. Sekarang saya sudah merasa lebih baik. Mulai percaya diri lagi, sejak syuting Mencuri Raden Saleh.
Karena ternyata jalan yang mulus juga bukan berarti membuat saya nyaman.
HB: Apa dari syuting film itu yang membuat Angga “bangkit” lagi?
AY: Setelah bertemu dengan Iqbaal, Umay, Ari, Aghniny, dan Manda, saya mulai bisa percaya diri lagi ke saya dan
karya saya. Mungkin karena secara tidak sadar berkaca ke mereka juga. Mereka jauh lebih awal memulai semua ini, dan sampai sekarang masih tetap ada. Di sana, saya bersikeras untuk tidak menyerah di titik yang masih awal sekali dalam karier. Jadi untuk sekarang saya fokus dengan diri dan tidak terlalu memikirkan hal yang “tidak enak” di luar sana.
HB: Selain menghasilkan kesuksesan, apa lagi yang Angga bawa pulang dari proses itu?
AY:
Dari enam bulan syuting, ternyata saya recharge lagi. Ternyata itu yang saya butuhkan, keluar dari zona nyaman. Ketemu orang-orang baru juga pastinya. Selain itu saya juga merasa sudah jodoh dan takdir. Saya bersyukur sekali bisa berada di sana, dan membuat saya teguh untuk tetap ada di sini. Kalau kemarin saya tidak ada di sana, saya tidak tahu apakah masih di sini atau tidak. Karena saya benar-benar cukup goyah di dua tahun sebelum ini.
Ternyata itu yang saya butuhkan, keluar dari zona nyaman.
Peran fans juga tidak kalah besar perannya di hidup Angga. Sebelum migrasi ke layar lebar, waktunya berinteraksi bersama para penggemar itu sering ia lakukan di sela-sela stripping episode sinetron. Nah, ini semua berubah di perfilman. Banyak yang confidential. Namun sebisa mungkin laki-laki berbintang Taurus ini meluangkan waktu untuk setiap penggemarnya.
HB: Masih seputar selebrasi, apa yang pernah Angga rayakan dengan fans?
AY: Yang baru-baru ini itu bukber. Tidak banyak, hanya sekitar 30-40 orang, tapi memang tujuanku yang intimate saja. saya bersyukur sekali kebanyakan dari mereka sudah menemani saya sedari dulu. Ada Tante Siti (Sitiriyani) dan Quinsha. Dia dari masih TK, sekarang sudah SMP atau SMA. Jadi saya pun mengikuti perkembangannya. Saya merasa sangat bersyukur akan hal itu. Kemarin mereka juga kasih saya surprise waktu ulang tahun. Itu pertama kali saya merayakan ulang tahun sama mereka. Pengalaman yang luar biasa.
HB: Menurut Angga, hal apa yang patut dirayakan dalam hidup?
AY:
Sekecil apa pun hal itu, patut banget untuk diberi rasa syukur. saya tidak tahu ini kecil atau besar, tapi saya kasih contoh. Kemarin di Labuan Bajo bareng Shenina, kak Reza, dan Prilly. Itu salah satu momen pertama untuk saya berani mencoba freedive ke kedalaman lebih dari 7-10 meter. Karena saya memiliki phobia, dulu waktu kecil pernah tenggelam. Kita tidak harus punya perubahan yang besar dan signifikan untuk dalam hidup. Step by step saja. Pelan-pelan. saya pun merasa kalau kita mengikuti alurnya, kita bisa berdamai dengan diri sendiri. Itu lebih lega di hati. Jadi, saya sangat bersyukur dengan hal sekecil apa pun, atau upgrade apa pun dalam hidupku.
Kita tidak harus punya perubahan yang besar dan signifikan untuk dalam hidup.
Saya pun setuju dengan pernyataan Angga. Karena yang dilawan dalam freedive bukan hal atau orang lain, melainkan diri sendiri. Setelah mendengar cerita Angga tentang apa yang terjadi pada dirinya dua tahun silam, saya mulai melihat benang merahnya.