Andien Merayakan Hidup, Cinta, dan Karya

Sang Penyanyi berkilas balik tentang perjalanan karier dan hidupnya


2025 menjadi tahun penuh selebrasi bagi Andien. Sebuah periode yang menandai 25 tahun berkarya, sepuluh tahun pernikahan, dan usia ke-40 yang membuka lembaran baru dalam hidupnya. Di tengah kesibukan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, Andien Aisyah, yang lebih dikenal sebagai Andien, berbincang dengan Bazaar tentang jejak eksplorasi yang telah ia lalui sepanjang hidup dan kariernya yang kini memasuki lebih dari dua dekade. Dalam percakapan ini, Andien menyelami kembali perjalanannya sebagai musisi, sejak masa remaja di bangku sekolah hingga kini, sebagai sosok yang terus tumbuh bersama karya dan waktu.


Dress, tas, bag charm, Fendi


Perbincangan hangat dimulai dengan sebuah pertanyaan reflektif yakni apa yang ia telah dipelajari atau disadari setelah berkarya di dunia musik selama ini. 25 tahun tentu bukan waktu yang singkat. Dalam rentang tersebut, Andien telah melalui berbagai fase kehidupan yang secara signifikan membentuk perjalanan kreativitas dan profesionalnya. Sepanjang perjalanannya Andien mengaku bahwa dulu mengambil keputusan bukanlah hal yang mudah baginya. Seiring waktu, ia belajar untuk lebih tegas dan percaya pada setiap langkah yang dipilihnya. “Saya pernah merasa takut salah. Ada banyak ketakutan seperti itu yang muncul. Tapi setelah 25 tahun berada di industri musik, saya belajar bahwa sebenarnya tidak ada keputusan yang benar-benar salah. Setiap pilihan hanya menuntun kita ke jalan yang berbeda,” ungkap musisi sekaligus founder Andien Aisyah Foundation ini.

Menurut Andien, manusia tidak hanya memiliki satu karakter dan tidak bisa didefinisikan hanya dalam satu bagian. Ia melihat dirinya sebagai sosok yang eksploratif, sehingga semangat untuk bereksplorasi juga tercermin dalam karyanya. Andien mengawali karier dengan lagu-lagu jazz, kemudian memperluas jelajah musikalnya melalui genre seperti RnB dan drum and bass di album keduanya, serta terus melanjutkannya pada rilisan berikutnya. “Saya menyebut diri saya sebagai bunglon. Saya merasa bahwa benang merahnya adalah diri saya sendiri,” jelasnya. Ia menambahkan, “Saya merasa suara saya dapat membawa benang merah tersebut ke dalam setiap musik yang saya jalani.”

Andien

Kemeja, Ganni; Jaket dan rok, Self-Portrait, all available at Jade Jakarta. Objek dekor, Shokoo Greenthings.



Cari apa yang orang lain tidak punya, dan itu menjadi niche Anda.


Kesadaran Andien bahwa suaranya menjadi benang merah dalam setiap karyanya tidak tumbuh begitu saja. Meski telah mulai bernyanyi profesional sejak masih duduk di bangku SMP, ia baru memahami bahwa suaranya adalah benang merah dari seluruh karya yang ia ciptakan ketika mengerjakan album keempat hingga keenam. “Ternyata memang iya juga. Musik yang saya kerjakan cukup beragam, bahkan ada yang bilang beberapa album terdengar seperti gado-gado, tapi tetap terdengar menyatu,” tutur Andien. “Di titik itulah saya menyadari bahwa benang merahnya sebenarnya adalah suara saya sendiri,” tambahnya.

Andien

T-Shirt, Human Made; Rok dan scarf, Space&, all available at Fruition

Sebagai wujud selebrasi atas jejak berkarya selama seperempat abad, Andien menyelenggarakan Konser Suarasmara, sebuah gabungan kata antara "suara" dan "asmara" yang dikreasikan oleh dirinya sendiri. Bagi Andien, kata "suara" dan "asmara" mencerminkan bahwa setiap lagu karyanya dibuat dari hati. “Setiap lagu adalah doa. Dari album pertama hingga album sekarang, saya selalu menulis seperti lantunan doa untuk diri saya sendiri, atau curahan hati yang kemudian dibungkus dengan doa,” jelasnya.

Filosofi di balik nama konser ini berawal dari pengalaman personal Andien saat bermeditasi. “Waktu itu secara visual di kepala saya ada kartu AS hati yang menyimbolkan sebuah harapan baru, sebuah cinta yang baru, sebuah gerbang menuju sesuatu yang baru lagi,” ujarnya. Menariknya, kartu AS hati itu kini menjadi simbol yang ia bawa ke mana-mana, disimpan di belakang ponselnya sebagai pengingat. “Karena selain 25 tahun berkarya, saya tahun ini juga menginjak 40. Jadi banyak yang bilang bahwa ‘life begins at 40.’ Mungkin ini memang menjadi awal baru bagi saya, dalam hidup maupun dalam karier,” ungkapnya. Konser Suarasmara digelar pada 15 November lalu di Istora Senayan, menghadirkan sebuah pertunjukan spektakuler yang menegaskan kembali posisi Andien sebagai salah satu talenta istimewa di industri musik. Mengusung kemegahan layaknya sebuah Broadway show, suguhan visual berpadu harmonis dengan vokal khas Andien, membentuk pengalaman yang imersif dari awal hingga akhir. Pertunjukan ini juga diramaikan oleh kolaborator kreatif yang turut berbagi panggung dengan Andien, mulai dari Tohpati, Vina Panduwinata, hingga Wijaya 80. Di sisi lain, aspek visual dan gaya panggung diperkaya melalui kolaborasinya dengan para desainer ternama seperti Hian Tjen, Eddy Betty, dan Ivan Gunawan. “Untuk para desainer yang ikut berkolaborasi, saya selalu mengajak mereka berdiskusi terlebih dahulu tentang gaya estetika konser. Karena konser dibagi per babak, saya menjelaskan konsep yang sudah ditentukan untuk setiap act, lalu memaparkannya secara lebih detail,” jelasnya.



Setiap lagu adalah doa. Dari album pertama hingga album sekarang, saya selalu menulis seperti lantunan doa untuk diri saya sendiri, atau curahan hati yang kemudian dibungkus dengan doa.


Dengan menginjak usia 40 tahun, banyak hal yang dirasakan dan ingin dicapai bagi sang penyanyi. “Rasanya ada begitu banyak energi yang membuncah untuk dikeluarkan, terutama dalam hal karya,” ia melanjutkan. “Dalam ranah proyek, saya juga banyak hal yang ingin dilakukan. Khususnya, saya ingin berbagi berbagai tips dan hacks untuk perempuan di usia 40-an, seperti bagaimana tetap terinspirasi dan bagaimana tetap fit,” tuturnya.

Saat ini Andien telah dikaruniai dua putra dan berkeluarga sejak tahun 2017. Ia mengungkapkan, “Rasa-rasanya memang agak mustahil untuk melakukan work life balance. Jadi saya selalu percaya yang terpenting adalah skala prioritas. Peran saya kan bermacam-macam setiap hari, jadi yang paling penting bagi saya adalah bagaimana mengatur skala prioritas tersebut.”

Andien juga merayakan 10 tahun pernikahannya dengan mengadakan acara syukuran yang dihadiri keluarga, sebuah perayaan intim yang jarang dilakukan oleh pasangan. Sepanjang perjalanan 10 tahun pernikahan, ia belajar banyak hal. “Saya rasa setiap hari saya belajar dari pasangan saya, karena selalu ada momen-momen kecil yang membuat kami belajar, menjadi lebih kuat, dan ingin memperbaiki diri,” ujarnya.



Andien telah menyaksikan perubahan dinamika industri musik selama 25 tahun. “Sebenarnya saya pernah mengalami masa-masa di mana terasa terlalu berat dan saya merasa tidak bisa lagi melanjutkan. Ada saat-saat di mana saya sempat menyerah dengan industri musik, tapi saya selalu mengingatkan diri sendiri, ‘Ingat, pertama kali Anda bernyanyi itu karena apa? Ya, karena saya suka bernyanyi,’” Andien menambahkan. Ketika memulai kariernya, Andien juga belajar banyak dari musisi senior, dan kini tak segan menimba ilmu dari generasi yang lebih muda. “Justru di usia seperti sekarang saya banyak belajar dari para rising star dan musisi muda, atau komunitas musik."

Di tahun 2024, Andien Aisyah Foundation resmi berdiri, menghadirkan program sekolah gratis untuk anak pemulung yang kini telah ada di empat lokasi. “Sampai hari ini sudah ada empat titik. Semoga dari hasil konser ini bisa menambah titik baru. Saya berharap ke depannya bisa semakin banyak menjangkau wilayah, khususnya Jakarta,” ceritanya.

Andien

Dress, Peggy Hartanto. Objek dekor, Shokoo Greenthings.

Dengan pengalaman yang begitu berwarna, dan melihat semakin banyaknya musisi Indonesia karena aksesibilitas yang meningkat, Andien menutup percakapan hangatnya dengan saran untuk musisi muda. “Makanya saya berpesan, semoga kalian selalu bisa menemukan autentisitas diri sendiri.” Menurutnya, autentisitas adalah hal yang paling berharga. Ia menambahkan, “Cari apa yang orang lain tidak punya, dan itu menjadi niche Anda.”



© 2025 Harper's BAZAAR Indonesia.