You need to be your most authentic self, you have to be yourself - Arawinda Kirana
"Ini pertama kali saya pemotretan berdua dengan Aghniny. It's fun. Kebetulan kami berdua get along really well, ya," ujar Arawinda Kirana saat ia duduk bersama Bazaar sore itu. Pemotretan berlangsung sekitar enam jam lamanya, namun suara ceria Arawinda masih sama seperti saat ia menyapa kami ketika baru sampai di studio di pagi hari untuk kemudian bergabung bersama Aghniny Haque yang sudah datang terlebih dahulu. Keduanya dulu dipertemukan di management yang sama. Seiring berjalannya waktu, mereka menjadi teman yang melengkapi satu sama lain. "Kayak big sister," ucap Arawinda tentang Aghniny. "She is super mature dan kalau saya tanya sama dia, I think she always answers dari segi personal maupun ranah profesional.”
Nama Aghniny dan Arawinda saat ini sedang ramai terdengar di ranah perfilman Indonesia. Aghniny yang sebelumnya merupakan atlet Taekwondo Indonesia memulai kariernya berakting di layar lebar sebagai Rara Murni di Wiro Sableng 212 yang rilis pada 2018. Aktris yang akan berusia 25 tahun pada 8 Maret mendatang ini sudah mencatatkan namanya di sejumlah film seperti Habibi & Ainun 3, Generasi 90an: Melankolia dan mini-series berjudul Sianida. Sekarang ia memiliki tiga film baru yang siap tayang tahun ini yaitu Ben & Jody yang dibintanginya bersama Chicco Jerikho dan Rio Dewanto, KKN di Desa Penari, dan Mencuri Raden Saleh di mana ia berakting dengan Iqbaal Ramadhan. Sementara itu, Arawinda di usianya yang ke-20 tahun telah meraih gelar Snow Leopard Award for Best Actress di Asian World Film Festival 2021, Silver Yusr Award for Best Actress di perhelatan Red Sea International Film Festival 2021, dan Pemeran Utama Perempuan Terbaik di Festival Film Indonesia 2021 berkat perannya sebagai tokoh titular di Yuni. Film pertama Arawinda arahan Kamila Andini tersebut juga menuai hasil positif dengan penghargaan Platform Prize di Toronto International Film Festival.
Bukan semata-mata sebagai layar pencipta kesuksesan, film juga menjadi media bagi keduanya untuk membentuk jati diri. Aghniny mengaku kini ia lebih percaya diri dan memahami bahwa film action adalah sesuatu yang menggambarkan dan mengekspresikan dirinya secara berkesenian dan berseni peran. Bermain film menuntut dua aspek penting dalam hidupnya. "Pertama adalah aspek kesadaran. Tentunya dengan terus belajar self awareness, saya dituntut untuk semakin paham dengan diri saya sendiri, semakin mengerti, dan semakin dewasa," jelas wanita pengagum Christine Hakim tersebut. "Akting juga dituntut untuk mempelajari karakter orang lain. Itu yang membuat saya lebih dewasa karena saya punya banyak referensi tentang memahami manusia lain dan memanusiakan manusia lain," lanjutnya. Sebagai pemain film profesional dengan beragam karakter yang diperankannya, ia juga memiliki kiat khusus agar dapat kembali menjadi diri Aghniny yang seutuhnya. "Saya harus selalu ingat dengan tiga aspek. (Pertama) Aku Diri. ini adalah saya sebagai Aghni dengan segala personalitas saya. Yang kedua adalah Aku Aktor - saya sebagai orang yang sadar menjalani profesi sebagai aktor. Dan yang ketiga Aku Peran. Ini adalah peran yang saya mainkan, jadi saya punya tembok masing-masing dan nggak boleh mengintervensi satu sama lain," jelasnya.
You need to be your most authentic self, you have to be yourself - Arawinda Kirana
Sementara itu, Arawinda menanggapi bentuk ekspresi diri lewat karakter yang ia perankan. Karya yang dibintanginya seperti Yuni dan seri musikal Nurbaya kebetulan memiliki tema selaras dengan jiwa aktivisme yang menggelora dalam dirinya dan kemiripan karakter. "Misalnya Sitti Nurbaya. Dia mirip banget sama saya. Sitti Nurbaya itu kan simbol emansipasi wanita. She is very outspoken. Dia suka baca dan beneran seperti I do my activism. Kami punya mimpi-mimpi yang absurd, suara yang besar, dan suka bertanya. She is very curious," jelasnya. "Lalu saya punya platform TikTok itu karena Yuni. Saya membuat akun TikTok untuk pendalaman karakternya dan kebawa sampai sekarang." Namun bukan berarti ia tidak bisa memisahkan dirinya dari karakter yang ia perankan. "Saya masih ngobrol sama pacar saya dan masih kuliah. Itu, sih, yang membuat saya ingat banget sama Arawinda. Karena saya kuliah sambil syuting," ungkap wanita yang bercita-cita ingin meneruskan kuliah ke luar negeri 2022 ini.
Arawinda juga giat beraktivitas dalam kegiatan sosial dan menginspirasi banyak orang. Salah satunya adalah tren #BerkainBersama yang ia inisiasi bersama organisasi Arise Arouse. "Saya sudah berkain dari kecil karena saya, kan, penari Bali sejak umur enam tahun dan sudah regularly pakai kain. Namun saya belum memikirkan untuk menjadikannya sebagai konten media sosial. When I did apparently people liked it dan tren #BerkainBersama itu cukup marak pada 2020-2021 di TikTok dan Instagram. Ternyata itu yang orang cari dan sukai. Our uniqueness. Sejak saat itu saya sadar ternyata my uniqueness dan my originality is my point of advantage. Dan saya selalu katakan ke orang-orang, 'You need to be your most authentic self, you have to be yourself' karena Anda nggak tahu kapan titik di mana itu tiba-tiba bisa turn your whole life around," ceritanya.
Jika Arawinda menggambarkan gaya fashionnya sebagai versatile dan forward dengan wastra Nusantara, Aghniny ternyata juga menyukai fashion dengan unsur kedaerahan dan tak kalah akrab dengan berkain. Eklektik adalah kata yang Aghniny gunakan untuk menggambarkan gaya berbusananya. "Saya suka bereksperimen, tidak hanya mengikuti tren yang ada tetapi juga yang menunjukkan kepribadian saya. Biasanya saya suka mengenakan denim, lalu saya padukan dengan unsur etnik atau kedaerahan seperti kebaya kutu baru atau kemben. Saya suka berkain juga. Saya suka batik tulis dan batik cap. Mungkin karena saya dari daerah Jawa yang sangat kental dengan kainnya, jadi dari kecil saya dikenalkan dengan batik oleh ibu saya," ungkap Aghniny.
Memadukan busana kedaerahan dan denim pun tak hanya dilakukan oleh Aghniny. Arawinda menambahkan, "I love denim. Denim sangat melengkapi kain. Maksudnya, saya nggak hanya pakai sehelai kain, tetapi saya juga pakai outer atau ada inner-nya. I like to use jeans jacket. Atau mungkin saya pakai kainnya sebagai atasan lalu memakai a pair of jeans." Padu padan denim memang menjadi hal yang lumrah. Busana populer dan timeless yang satu ini memang selalu cocok dikenakan dengan apa pun untuk menunjang penampilan. "Denim itu nggak pernah salah," ucap Aghniny.
Berbicara mengenai denim, salah satu brand yang sudah tak asing lagi di telinga kita adalah Levi’s®. Sejak memperkenalkan blue jeans, Levi’s® terus berinovasi tak hanya dalam menciptakan pakaian namun juga banyak gerakan sosial. Salah satunya adalah kampanye yang sedang gencar dilakukan yakni Buy Better, Wear Longer untuk mengangkat kesadaran akan dampak industri mode terhadap lingkungan hidup. Contoh bentuk nyatanya adalah lewat produk barunya yang bersifat renewable yakni 501®Original. Mereka berkolaborasi dengan perusahaan asal Swedia untuk membuat denim berbahan katun yang dirancang agar dapat didaur ulang seperti Circulose dan katun organik tersertifikasi demi mewujudkan komitmen untuk membuat lebih banyak produk yang sifatnya sirkular.
Sustainability itu tidak bisa dihindari - Aghniny Haque
Dukungan terhadap konsep sustainability tersebut diapresiasi oleh Aghniny dan Arawinda. Keduanya memang menaruh perhatian yang besar terhadap isu lingkungan tak terkecuali dari segi fashion. "Menurut saya, perkembangan fast fashion saat ini perlu diimbangi dengan pendekatan slow fashion," kata Aghniny juga gemar melakukan recycle denim menjadi piece yang baru. Arawinda yang memiliki thrift store @bumiwinda menambahkan, "One of the biggest polluters in the world is actually fast fashion. ...Maka dari itu saya sendiri juga really conscious about shopping. Kalau pun shopping, saya beli baju atau barang yang saya benar-benar perlu dan dapat dipakai dalam waktu lama. Kalau saya mau buang baju, saya harus cari foundation atau perusahaan yang menerima sampah baju untuk kemudian bisa di recycle atau upcycle. I really like looking at these initiatives. Daripada memperbanyak polusi dunia, justru mentransformasi menjadi sesuatu yang bisa dipakai lagi akan mengurangi dampak buruk ke bumi.”
Arawinda yang senang berorganisasi memiliki platform untuk menyuarakan gagasannya, salah satunya adalah Arise Arouse di mana ia menjadi co-founder. Menurutnya, "The biggest point of sustainability is quality over quantity, baik perihal kita membeli barang maupun merawat barang. ...Jadi dengan sustainability kita juga belajar jadi manusia yang lebih baik dan tahu cara merawat barang yang kita punya dengan uang yang sulit kita dapatkan." Dalam kehidupan sehari-hari, "I try my best untuk tidak menggunakan plastik sekali pakai. Jadi ke mana-mana saya pasti selalu bawa water bottle, sedotan, cutleries, dan foldable cup. Saya juga bawa reusable shopping bag," jelas Arawinda. Lebih lanjut, ia juga membahas tentang conscious consumption sebagai langkah lain yang bisa diterapkan bersama. "I always make sure to shop consciously to the best of my abilities. This means picking products that I believe is versatile dan “berumur panjang.” Selain itu saya akan mengusahakan untuk merawatnya sebaik mungkin karena memang the core value of sustainability is “BUY LESS = VALUE MORE” dan “quality over quantity.” Misalnya seperti Levi’s® and 501 Icon ini. I did my research as well dan mengetahui bahwa Levi’s® memiliki track record dalam hal sustainability – yang berkomitmen untuk memastikan proses produksinya dan menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan dan Water<Less®. Mereka mengimplementasikan kampanye "Buy Better, Wear Longer” di setiap prosesnya." Berbicara mengenai teknologi Water<Less®, memang benar bahwa Levi’s® telah berupaya untuk menghemat penggunaan air hingga 96 persen dalam proses finishing dan pencucian denimnya. Selain mendukung gerakan menjaga lingkungan, tekniknya membuat tampilan jeans tampak lebih awet.
Bagaimana dengan Aghniny? "Sustainability itu tidak bisa dihindari," tegasnya. Baginya semua perubahan dimulai dari diri sendiri. Ia pun tak segan mengutip lirik lagu Michael Jackson yang berbunyi, "I'm starting with the man in the mirror." Aghniny mengaku lebih memilih menggunakan kendaraan umum untuk bepergian. Selain itu, ia memiliki kebiasaan sama dengan Arawinda yang suka membawa peralatannya sendiri ke mana pun ia pergi. Harapannya, ia dapat memerangi sampah plastik. "Saya sebenarnya concern banget sama sampah plastik. Mungkin ke depannya saya bisa mengembangkan isu itu untuk menyebarkan kalau ini adalah concern kita bersama," tuturnya. Apakah akan bergabung bersama Arawinda di Arise Arose? "Kalau diperbolehkan," katanya sambil tertawa.