LVMH Prize 2025 kembali digelar sebagai salah satu ajang mode paling prestisius di dunia, yang ditujukan untuk menemukan dan mendukung desainer muda paling menjanjikan dari seluruh penjuru dunia. Sejak diluncurkan pada tahun 2014 oleh grup mewah asal Prancis, LVMH, penghargaan ini telah menjadi batu loncatan penting bagi banyak nama besar baru di industri fashion global. Tahun ini, kompetisi memasuki edisi ke-12, dan seperti biasa, proses seleksi berlangsung ketat. Lebih dari 2.500 kandidat dari berbagai negara mengirimkan portofolio mereka, sebelum akhirnya delapan finalis terpilih untuk tampil dalam babak final pada 3 September 2025 di Fondation Louis Vuitton, Paris.
Yang menarik dari edisi tahun ini adalah keberagaman pendekatan dan latar belakang budaya dari para finalis. Masing-masing membawa perspektif unik yang mencerminkan identitas, sejarah, dan eksperimen kreatif mereka. Di antaranya, Soshi Otsuki dari Jepang tampil menonjol dengan pendekatan yang memadukan teknik busana tradisional dengan potongan modern, menciptakan karya-karya yang tenang namun sarat makna. Ada pula Steve O Smith dari Inggris yang membuat koleksi berdasarkan sketsa tangan, menghasilkan desain yang seolah hidup dan tak terduga. Dari Nigeria dan Inggris, Tolu Coker menyuarakan inklusivitas dan keberlanjutan melalui kain daur ulang dan narasi budaya.
Finalis lainnya seperti Torishéju, desainer dengan akar Nigeria, Brasil, dan Inggris, menampilkan koleksi yang sangat ekspresif dan penuh elemen spiritual. Sementara itu, Zomer dari Belanda memamerkan busana yang berani dalam warna dan bentuk, mencerminkan pengaruh seni kontemporer dan pengalamannya di Louis Vuitton bersama Pharrell Williams. Kolektif ALL‑IN dari Amerika dan Norwegia menawarkan perspektif teatrikal terhadap mode, dan ALAINPAUL dari Prancis mengeksplorasi gerak tari dalam desainnya. Terakhir, Francesco Murano dari Italia menunjukkan siluet klasik yang mewah, terinspirasi dari seni dan arsitektur Eropa.
BACA JUGA: Gigi Hadid Akan Bergabung dengan Panel Juri Kompetisi LVMH
Yang menjadi daya tarik tersendiri dari LVMH Prize adalah kualitas juri yang terlibat. Tahun ini, para finalis dinilai oleh para desainer ternama seperti Nicolas Ghesquière dan Pharrell Williams dari Louis Vuitton, Stella McCartney, Jonathan Anderson dari Dior, Sarah Burton dari Givenchy, dan Phoebe Philo, serta para eksekutif LVMH seperti Delphine Arnault dan Sidney Toledano. Para juri ini tidak hanya menilai koleksi secara teknis, tetapi juga memberi perhatian pada narasi, proses kreatif, dan relevansi sosial dari setiap karya. Kehadiran juri yang merupakan pelaku utama industri membuat ajang ini terasa sangat nyata dan berharga bagi perkembangan karier para finalis.
Dari delapan finalis, Soshi Otsuki akhirnya diumumkan sebagai pemenang utama LVMH Prize 2025. Karyanya yang tenang, filosofis, dan elegan mendapat pujian luas dari juri dan kritikus. Hadiah ini tak hanya berupa dana untuk mendukung pengembangan brand, tetapi juga pendampingan langsung dari para profesional LVMH. Sementara itu, Steve O Smith dianugerahi Karl Lagerfeld Prize atas pendekatannya yang artistik dan inovatif, dan Torishéju menerima Craft Prize atas kualitas pengerjaan dan narasi budaya yang kuat dalam koleksinya.
BACA JUGA: 5 Alumni Kontes LVMH Prize yang Mendulang Sukses
Yang membuat LVMH Prize tahun ini terasa semakin istimewa adalah format presentasi para finalis. Selain menampilkan koleksi mereka secara langsung, setiap desainer juga menyuguhkan film pendek yang menggambarkan ide dan konsep di balik rancangan mereka. Ini memberi dimensi baru pada presentasi mode, bahwa busana bukan sekadar barang pakai, melainkan karya seni yang bisa menyampaikan pesan, emosi, dan bahkan aktivisme.
Secara keseluruhan, LVMH Prize 2025 menjadi cerminan perubahan wajah industri mode global. Jika dulu industri ini terkesan elitis dan eksklusif, kini semakin terbuka bagi suara-suara baru yang berani tampil beda dan menyuarakan isu-isu penting. Desainer-desainer muda yang masuk final bukan hanya punya selera estetika yang kuat, tetapi juga membawa semangat keberlanjutan, keberagaman, dan kesadaran sosial dalam karya mereka.
Ajang ini bukan hanya tentang siapa yang menang, tetapi juga tentang bagaimana para peserta menginspirasi dunia. LVMH Prize membuktikan bahwa masa depan mode ada di tangan generasi muda yang punya keberanian, kecerdasan, dan integritas. Untuk para desainer muda di seluruh dunia, termasuk Indonesia, ajang ini bisa menjadi pemacu semangat bahwa kreativitas dan suara autentik punya tempat di panggung dunia.
