Slow fashion menjadi salah satu argumen untuk presentasi Indonesian Fashion Chamber (IFC) di kota Paris. Presentasi yang bertajuk Front Row ini berlangsung selama dua hari di dua tempat yang berbeda. Presentasi pertama berlangsung di sebuah kapal yang berlayar mengarungi sungai Seine, bagian atas deck diubah menjadi sebuah panggung catwalk.
Berlatar romantis kota Paris, presentasi hari pertama ini untuk memperkenalkan para designer dan kreasi yang mereka bawa. Ada 17 designer yang hadir di antaranya Ali Charisma, Deden Siswanto, Lisa Fitria, Lenny Agustin, NY by Novita Yunus, Rose.Ma.Lina x Sofie, Phillip Iswadono, Roemah Kebaya Vielga, LAELYIND, Putri Anjani by Pranaliving, BBPPMV BISPAR x SMKN 3 Malang, Nura Boutique by Oewi Wahyono, Nina Nugroho, Mida Gita Fitria, Hikmat Fashion, ISWI Fashion Academy, dan Tenun Gaya by Wignyo.
Di hari Kedua, lokasi yang diambil adalah Galerie Boubon, sebuah gedung abad 18 bergaya Parisien dengan pilar-pilar berukir emas dan lampu kristal yang mewah.
Show ini seolah dibuat lebih lengkap di mana setiap perancang busana mempersembahkan sedikitnya 5 hingga 6 busana. Dalam pergelaran ini IFC bekerja sama dengan Viva Cosmetics sebagai official makeup dan hairdo. Acara ini turut didukung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia, dan juga Kementerian Koperasi dan usaha kecil menengah, Bapak Duta Besar Mohamad Oemar dan istri, juga Ibu Mufidah Kalla sebagai tamu kehormatan.
Tema peduli lingkungan memang sudah menjadi tren global, sehingga tumbuhnya kesadaran untuk mencintai alam sudah harus diterapkan diberbagai bidang tidak terkecuali industri fashion.
Tersirat dalam karya Deden Siswanto, sebuah alunan harmoni alam dengan koleksi bertajuk Resembling Plants, ia menggunakan bahan dari eco print seolah menyiratkan rangkaian siluet yang loose.
Sedangkan karya dari NY by Novita Yunus yang hadir dengan koleksi resort memakai bahan eco print yang dipadukan bersama tenun Garut.
Ali Charisma yang juga mengetengahkan koleksi resort berkonsep mode eco friendly dengan penggunaan material natural dan bahan viscose buatan Indonesia, tetap tidak menyebabkan limbah terbuang sia-sia.
Kerja sama dengan para pengrajin lokal dihadirkan dengan persembahan beragam gaya menggunakan kain wastra. Kain yang memiliki ciri khasnya daerah di Indonesia seperti tenun kalimantan Ulap Doyo, tenun Sumba sampai batik Cirebon.
Menurut press realease IFC, Front Row ini mempunyai tujuan untuk memperkenalkan potensi desainer Indonesia, dan diharapkan agar media dan buyer bisa membuka peluang bisnis di masa depan.
Amal Sultan yang bekerja dalam bidang fashion sebagai Head of Sales dari L’adresse Paris agency mempunyai apresiasi tersendiri setelah mengikuti secara rutin dua hari show ini.
Ia tertarik dengan kreasi sederet desainer fashion Indonesia yang dinamis, dan favoritnya adalah penggunaan bahan eco printing unik yang dipadukan dalam sebuah gaya kontemporer.
Menurutnya, untuk menembus market internasional, sebaiknya setiap perancang busana terutama emerging brand harus mempunyai identitas tersendiri, jangan terlalu terinspirasi oleh brand yang populer sehingga mengenyampingkan DNA-nya sendiri, kemudian buatlah branding dan marketing secara terorganisir.
(Foto: Rizal Lim & Courtesy of IFC)