Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Brand dari Desainer Muda Internasional yang Perlu Diketahui

Karya-karya mereka terbukti menunjukkan energi kreatif distingtif yang memberi angin segar di industri mode internasional.

Brand dari Desainer Muda Internasional yang Perlu Diketahui
Courtesy of Instagram.com/@harris_reed, @yuhanwangyuhan, @miss_sohee

Mungkin Anda sudah mengetahui banyak rumah mode dan brand desainer tersohor, namun apakah Anda sudah mengetahui desainer-desainer muda atau label pakaian high fashion yang masih terbilang baru dengan desain-desain segar dan distingtif?

Di era di mana industri mode semakin luas ditambah dukungan platform media sosial sebagai medium tempat para desainer dan label desainer muda memamerkan karya mereka, Bazaar menemukan beberapa desainer muda yang menarik atensi kami dikarenakan mahakarya mereka yang menawan.

Para desainer muda ini tak hanya mengerahkan kreativitas untuk menciptakan busana yang wearable namun turut menerjemahkan kreativitas seni tanpa batasan untuk kemudian diaplikasikan di pakaian yang biasa kita lihat di atas panggung runway banyak rumah mode.

Beberapa lini desainer muda yang dapat menambah pengetahuan Anda akan insan kreatif baru termasuk brand Yuhan Wang, Miss Sohee, Cha Myung, Harris Reed, Eudon Choi, Chopova Lowena,  yang semuanya berbasis di London, Cecilie Bahnsen yang berbasis di Kopenhagen, hingga label Marine Serre dan Kimhekim dari Prancis.

Berikut informasi lengkap para desainer muda tersebut yang dapat Anda ketahui.


Yuhan Wang 

Desainer Yuhan Wang lahir di Weihai, China lalu mendapatkan gelar master di jurusan desain busana khusus wanita melalui Central Saint Martins, London. Sebelumnya, Yuhan pernah melalui masa magang di label JW Anderson dan Oscar De La Renta. Hingga akhirnya ia mendirikan label eponimnya dan mulai berpartisipasi di pekan mode London dan menjadi junior designer untuk label Marni.

Di label eponimnya, Yuhan mengusung pendekatan yang mengeksplorasi budaya tradisional khas Asia, yang didominasi oleh unsur feminin yang kental dan tradisional untuk kemudian ia leburkan dengan konsep berbusana dan kecantikan khas Barat. Melalui sebuah pernyataan, Yuhan pernah mendeskripsikan imaji wanita yang terkandung di dalam karya-karyanya, "Wanita saya adalah wanita yang dikelilingi oleh keindahan tetapi ada sesuatu yang tak bisa ditebak dan disentuh dari dalam dirinya," ungkapnya.



Karya Yuhan banyak menggunakan eksplorasi teknik draping, permainan lapisan tekstil, hingga kombinasi tekstil yang menyatu untuk kemudian dibentuk menjadi sekelompok busana wanita yang eksperimental. Renda, bordir, satin, hingga jacquard adalah unsur-unsur busana yang dapat ditemukan di dalam koleksi-koleksinya.



Yuhan Wang - Farfetch.com / IDR 6,909,000


Miss Sohee 

Ketika mengunjungi akun Instagram @miss_sohee seketika nuansa glamorama dan kilas balik ke era busana couture dan mode era tahun 2000-an yang teatrikal dan penuh drama.

Di dalam fantasi Miss Sohee, gradasi warna serta volume memainkan peranan penting untuk menciptakan sosok wanita yang ideal untuknya. Miss Sohee yang merupakan seorang ilustrator mode sekaligus desainer busana wanita, menempuh pendidikan di London dan kerap terinspirasi dengan karya-karya seniman. Ia pun juga kerap berkolaborasi dengan beragam seniman ketika mendirikan sebuah koleksinya, sehingga dipastikan fine art merupakan sumber inspirasinya dalam berkarya.



Setiap gaun yang dirancangnya, ia realisasikan dengan teknologi sekaligus teknik menggunakan tangan. Beberapa aspek di gaunnya rata-rata tetap dibentuk dengan bantuan bordir atau sematan embellishment yang seluruhnya dilakukan dengan tangan. Walau begitu, ia juga kerap menggunakan teknologi printing untuk menciptakan motif warna gradasi yang diinginkannya agar tampak lebih dramatis.


Cha Myung 

Label Cha Myung didirikan desainer Myung Eun Cha yang lahir di Korea dan memiliki masa kecil yang kerap terekspos dengan berbagai hal di dunia arsitektur, dikarenakan sang ayah yang berprofesi sebagai arsitek.

Pada usia 18 tahun, ia mulai mengenal dunia mode dan memutuskan untuk menempuh studi mode di Parsons School of Design, New York. Konsep dekonstruksi modern menjadi narasi utama di setiap karyanya, akibat dirinya yang telah mengenal dunia arsitek sedari kecil dan menjadikan arsitektur sebagai inspirasi utama.

Inkorporasi volume, siluet berstruktur, lekukan linear, potongan asimetris, hingga tumpukan ia injeksikan ke dalam desainnya layaknya membangun sebuah arsitektur bangunan. Ia juga kerap menggunakan teknologi 3 dimensi sebagai penunjang desain-desainnya yang terkadang mengambil inspirasi dari tempat didekatnya, seperti kamar tidurnya sendiri yang kemudian ia salurkan lewat koleksi musim gugur/dingin 2017 miliknya.


Harris Reed 


Ketidakterbatasan gender saat berpakaian menjadi fokus utama desainer Harris Reed, Harris percaya bahwa apa yang kita kenakan dapat menjadikan kita sosok yang baru. Bahwa pakaian adalah alat transformasi diri, ia juga beranggapan bahwa pemilihan pakaian memiliki korelasi yang kuat dengan karakter diri dan persona yang ingin diciptakan.

Karena itu, ia pun kemudian memilih untuk menjadikan busana beraliran romantisme yang biasanya hanya diciptakan untuk wanita, dapat dikenakan oleh pria secara bersamaan. Berangkat dari prinsip gender non-binary yang ia usung, ia pun kemudian mengadopsi isu-isu yang sedang berlangsung di dunia ke dalam desain miliknya.


Konsep maksimalis yang ia tempuh menjadi faktor pembeda antara dirinya dengan banyak desainer lainnya, sosok penyanyi rock seperti David Bowie atau Mick Jagger yang terkenal kerap mengenakan busana gender fluid menjadi sumber utamanya ketika berkarya. Tak heran, Harris pun juga dikenal memiliki relasi dengan rumah mode Gucci yang dikepalai oleh Alessandro Michele dan dikenal memiliki pendekatan mode maksimalis.


Marine Serre 

Mungkin beberapa dari Anda sudah mendengar label Marine Serre, label asal Prancis yang kemunculannya langsung menggaet penggemar setia yang antusias dengan karya-karyanya ini termasuk sebagai label desainer muda yang sedang banyak dibicarakan. Marine Serre awalnya memamerkan koleksinya untuk prosesi kelulusannya dari L'École nationale supérieure des arts visuels de La Cambre dan langsung menarik perhatian butik retail Dover Street Market.

Setelah lulus dari studinya, Marine kemudian melakukan magang di bawah direktur kreatif label Alexander McQueen yaitu Sarah Burton, lalu di Maison Margiela, dan Dior. Ia pun kemudian memulai presentasi debutnya di Paris pada tahun 2018.

Bagi Marine Serre, mode yang radikal menciptakan pesona tersendiri. Radikalisme yang ia injeksikan ke dalam desainnya merupakan gabungan dari aliran desain sportswear, bentuk busana adibusana khas Prancis yang klasik, dan visi yang distingtif lewat penggunaan material active wear di dalam desainnyam yang jika dijabarkan begitu saja mungkin akan membuat siapapun yang mendengarnya tak dapat membayangkannya. Namun, Marine berhasil melahirkan desain ouf of the box yang tak terduga.



Energi maskulin, edgy, dan sporty seluruhnya terkandung di dalam karya-karya label Marine Serre yang kerap mengundang kejutan dan membawa angin segar di tengah pekan mode. Saat ini Marine Serre sudah memiliki empat lini, yakni The Borderline untuk koleksi pakaian dalam, White Line untuk koleksi klasik label Marine Serre, Gold Line untuk koleksi musiman yang eksperimental, dan Red Line untuk koleksi busana karpet merah dan made to order.



Draped Chiton Dress - Gold Line / IDR 21,849,000



Cecilie Bahnsen 

Bagi Cecilia Bahnsen, kemewahan tak selalu harus diupayakan dengan busana berwujud megah dan dipenuhi penunjang yang kompleks. Setelah menempuh pendidikan di Royal College of Arts, London pada tahun 2015, Cecilie yang berasal dari Kopenhagen kemudian mendirikan label eponimnya.

Visi labelnya sendiri adalah untuk menciptakan busana rileks yang tak lekang waktu dan dapat menemani para wanita yang ingin tampil mewah tanpa terlihat berlebihan. Volume arsitektural, struktur tegas, serta berbagai tekstil dan craftmanship yang mumpuni menjadi ciri khas di dalam desainnya.

Bagi Cecilie menjadi feminin tak berarti harus mengadopsi unsur glamorama, ia justru menerjemahkan keinginannya untuk menciptakan busana agar para wanita tampil effortless dengan menerapkan konsep aliran kontemporer yang clean dan membungkus lekuk tubuh dengan sempurna. Permainan tekstil yang lembut, ethereal, dan romantis akan selalu ditemukan di dalam koleksinya. Motif flora yang feminin serta rajutan yang halus juga menjadi daya tarik dari label Cecilie Bahnsen.


Maya cutout tie-back cloqué midi dress - Matches.com / IDR 16,162,000


Eudon Choi 

Lahir di Korea, Eudon Choi mengembangkan bakatnya dalam menjahit busana tailored di Seoul, Korea sebelum ia pindah ke London untuk memulai kariernya di industri mode sebagai desainer.

Berangkat dari inspirasinya dari dunia seni dan aristektur, desainnya mengusung siluet clean dan berstruktur untuk didedikasikan kepada para wanita yang ingin tampil elegan dan feminin dalam balutan busana tailored.

Bagi para wanita yang ingin tampak mengombinasikan sisi maskulin dan feminin mereka dan bergaya secara intelektual, Eudon Choi adalah label yang dapat menjadi alternatif.




Double breasted button down coat - Farfetch.com / IDR 14,451,000


Chopova Lowena 

Dikepalai oleh Emma Chopova dan Laura Lowena, label Chopova Lowena adalah label yang menggunakan konsep recycle dengan menggunakan kain tekstil sisa sebagai bahan utama di dalam karya-karyanya.

Keduanya menggunakan konsep avant garde untuk kemudian dijahitkan dengan metode tradisional. Yang membuat keduanya distingtif datang dari ide mereka yang mengawinkan elemen rock and roll era '80-an dengan tradisi Bulgaria.

Tak heran, setiap busana yang mereka rancang mengandung nuansa folklore yang konservatif namun secara bersamaan memiliki imbuhan penuh pernyataan dalam bentuk rantai, logam, hingga studs.

Bahkan, keduanya kerap menggunakan pengait kertas di desain-desainnya untuk dijadikan alat penyatu antar pola busana yang ia rancang. Lewat koleksi mereka, Anda akan menemukan busana dengan potongan volume, motif tartan, tambahan ikat pinggang, potongan jukstaposisi, dan teknik patchwork yang eksperimental.


Studded recycled linen and cotton-blend dress - Matches.com / IDR 15,189,000


Kimhekim 

Kimhekim adalah brand yang dikepalai dan didirikan Kiminte Kimhekim yang lulus dari Studio Bercot pada tahun 2009. Ia memulai debut koleksinya pada tahun 2014 dengan bergabung di pekan mode Paris bahkan ia menjadi member termuda di La Federation de Haute Couture et de la Mode (FHCM).

Ungkapan busana yang elegan dengan desain yang simpel mendominasi karya-karyanya yang sangat wearable dan mudah dipadukan oleh berbagai potongan busana lainnya.

Imbuhan-imbuhan mengejutkan tak luput dari perhatian Kimhekim untuk diinjeksikan ke dalam desain-desainnya namun tetap berjalan selaras dengan DNA dirinya yang berfokus di busana minimal.

Siluet proporsional dengan struktur jelas, kerap ia kemas menjadi sesuatu dengan sentuhan dramatis yang halus dan menciptakan keunikan tersendiri sekaligus mengkomplementasi bentuk tubuh sang pemakai.

Charlotte Trench Coat - Moreislove.com / IDR 5,820,000


(FOTO: Courtesy of Yuhan Wang, Miss Sohee, Cha Myung, Harris Reed, Marine Serre, Cecilie Bahnsen, Eudon Choi, Chopova Lowena, Kimhekim)