Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Mengenal Desainer Indonesia: Sally Koeswanto

Menjadi desainer wanita tidak membuat Sally Koeswanto takut untuk menunjukkan kesan seksi dan provokatif di karya-karyanya.

Mengenal Desainer Indonesia: Sally Koeswanto
Dok. Harper's Bazaar Indonesia

Ketika melihat seorang Sally Koeswanto, sosok wanita sophisticated dan penuh percaya diri akan langsung terpancar. Gaya personalnya yang modern, stylish dengan sentuhan provokatif yang pas membuat siapapun yang melihatnya terkagum-kagum.

Karakter berani dan kepercayaan diri yang kuat di dalam dirinya tentu merupakan hasil talentanya di dunia fashion yang sudah ia selami sejak dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar.

“Saya memiliki tiga passion dalam hidup; yaitu fashion, memasak, dan desain interior. Namun yang paling memberi saya kepuasan adalah fashion.” ungkap Sally Koeswanto melalui sebuah wawancara dengan Bazaar.



Cikal bakal kecintaan Sally Koeswanto terhadap fashion awalnya bermula ketika ia masih berusia sembilan tahun. Menghabiskan masa kecil di kota Surabaya dan memiliki hobi mendandani dirinya sendiri membuatnya kerap mengunjungi berbagai toko kain di kota kelahirannya. Setelah berbelanja kain, ia kemudian gemar membawa hasil belanjanya ke penjahit langganan. 

Ide-ide yang datang dari dirinya dan inspirasi yang ia ambil dari berbagai majalah di masa itu ia berikan kepada sang penjahit untuk direalisasikan. Sayangnya, ia lebih sering merasa kecewa terhadap hasil akhir yang tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Meski menyukai mode, tidak berarti Sally langsung memutuskan untuk masuk sekolah mode. Ia justru lebih dahulu mempelajari manajemen perhotelan di kota Sydney. Di kota itu, ia mulai berteman dengan desainer Tri Handoko yang kala itu masih menjadi seorang fashion student dan semakin tertarik untuk menuntut ilmu mode.

“Setiap melihat Tri mengerjakan tugas dari sekolahnya, saya merasa sedih. Seperti seseorang yang patah hati kehilangan kekasih, saya selalu bertanya-tanya mengapa saya sampai kehilangan kesempatan untuk mendalami fashion?” pikirnya.

Kecintaannya terhadap mode tidak dapat ia pungkiri hingga ia memutuskan untuk pindah ke White House School of Design, Sydney. Ia pun merasakan passion-nya selama ini tersalurkan dan kerap mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dari pagi hingga malam tanpa jeda.

Setelah kembali ke Indonesia tepatnya Surabaya, Sally pun langsung meniti karier dengan menjadi seorang desainer custom made selama tiga tahun lamanya. Keinginan untuk keluar dari zona nyaman membuatnya memberanikan diri untuk pindah ke kota Jakarta bersama para penjahit dan pembuat pola yang setia bekerja untuknya.

Demi menjadi seorang desainer dan memiliki sebuah label, dibutuhkan DNA sebagai identitas label itu sendiri. Sally pun mengadopsi gaya ala rock star dan menjadikan gaya tersebut sebagai signature style-nya. Ia memilih gaya tersebut karena dianggap memiliki karakter yang bebas dan ekspresif. 

Esensi gaya rock star yang bebas dan ekspresif sering ia tuangkan melalui pemilihan material kulit dan bulu di karya-karyanya. Energi rock star yang provokatif, tough, dan maskulin ia gabungkan dengan nuansa elegan sebagai penyeimbang. 


Selain busana, Sally juga mahir dalam membuat ragam aksesori seperti perhiasan, headpiece, sarung tangan, hingga sepatu. Baginya, aksesori dapat melengkapi sebuah ansambel dan menyempurnakannya. Terutama aksesori headpiece atau sarung tangan untuk menambah aksen dramatis.

Meski begitu, dirinya tetap berpegang teguh untuk menghasilkan busana dengan garis potongan yang clean. Menurut Sally, penambahan aksesori yang berlebihan juga berpotensi untuk merusak busana itu sendiri.


Konsistensi Sally dalam melahirkan karya berpotongan clean yang unik sekaligus sensual dan tidak mengikuti tren menjadikan dirinya sebagai salah satu desainer terbaik di Indonesia.

“Sejak masih belasan tahun saya sudah jatuh cinta dengan material leather. Karena itu saya setia dengan karakter desain saya.” ujar Sally.

“Wanita yang akan mengenakan busana saya adalah mereka yang percaya diri dengan bentuk tubuh serta gaya personalnya. Mereka juga menyukai sentuhan maskulin pada gaun seksi. Singkatnya, mereka bukan barbie girl.” lanjut Sally.


(FOTO: Courtesy of Instagram/@sallykoeswanto)