Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Sultan Agung, Sekelumit Sejarah dalam Film Layar Lebar

Satu lagi film kolosal Indonesia yang mengupas sejarah pahlawan nasional.

Sultan Agung, Sekelumit Sejarah dalam Film Layar Lebar

Tidak berlebihan rasanya untuk optimis mengatakan bahwa industri perfilman Tanah Air tengah bangkit. Tahun 2018 ini, pencinta sinema Tanah Air kembali dimanjakan dengan kehadiran sebuah film kolosal yang mengangkat tentang kisah perjuangan salah satu pahlawan nasional yakni Sultan Agung.

Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini merupakan debut pengusaha sekaligus mantan politikus senior, Mooryati Soedibyo, sebagai produser yang menggawangi Mooryati Soedibyo Cinema.

Mooryati Soedibyo yang telah menginjak usia 90 tahun memilih untuk memfilmkan sosok Sultan Agung dengan tujuan menciptakan karya seni yang membawa pesan amanah pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, salah satunya adalah Sultan Agung, seorang Raja Mataram di abad ke-17 yang menghabiskan sebagian besar hidupnya melindungi rakyat di negerinya dari penjajahan pedagang-pedagang asing dari VOC.


Mengangkat kisah sejarah dan mengemasnya dalam bentuk film dengan durasi kurang dari dua jam tentu memiliki tantangannya sendiri. Namun tantangan yang dihadapi dalam proses pembuatan film ini tak hanya sampai di situ saja.

Terbatasnya informasi valid tentang kisah Sultan Agung membuat Hanung Bramantyo beserta tim dari Mooryati Soedibyo Cinema melakukan riset yang panjang sebelum menuangkannya ke dalam bentuk cerita.

“Film ini menceritakan perjuangan Sultan Agung memerintah Mataram sesuai dengan cita-citanya, dan upayanya mengatasi rintangan-rintangan serta konflik yang timbul dalam kerajaannya. Film ini juga mengangkat jiwa dan semangat juang Sultan Agung yang tidak mau berkompromi dengan penjajah. Sikap tulah yang saya berusaha hadirkan, dan sampai kini masih saya junjung tinggi,” jelas Hanung Bramantyo memberikan sedikit bocoran.

Kehadiran film yang mengangkat tema-tema sejarah seperti ini seyogyanya dapat disaksikan oleh seluruh masyarakat Indonesia dan dapat menjadi sumber pengetahuan serta pendidikan generasi muda.

Selain itu Mooryati Soedibyo juga berharap agar film sejarah mampu menjadi motivasi bagi para produser dan pekerja-pekerja film lainnya untuk memproduksi film yang mengedepankan kepentingan bangsa Indonesia.

“Dengan berkarya melalui tema-tema yang memiliki semangat nasionalisme, film Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, serta menjadi tamu kehormatan di mancanegara,” tutur Mooryati Soedibyo optimis.

Keseriusan Mooryati Soedibyo dalam membuat film berlatar masa lampau patut diacungi jempol. Ia membangun set film Sultan Agung yang berlokasi di Desa Gamplong, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, kemudian menghibahkannya kepada
masyarakat Indonesia setelah proses shooting usai.

Prakarsa tersebut merupakan upaya Ibu Mooryati Soedibyo untuk menyampaikan amanah pahlawan-pahlawan nasional kepada
masyarakat Indonesia serta membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Gamplong.

Bangunan set ini terdiri dari Pendopo Keraton Mataram, Songgo Mataram, Benteng VOC, Jembatan Ungkit, Kampung Mataram, dan Kampung Pecinan tersebut mulai dibangun pada tahun 2017, dan menjadi lokasi pengambilan gambar untuk film bertajuk ‘Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta’ tersebut.


Film sejarah ini telah diputar untuk pertama kalinya di Bioskop Epicentrum XXI, Jakarta Selatan pada tanggal 12 Agustus lalu, didukung oleh sejumlah aktor ternama Indonesia, antara lain Ario  Bayu, Adinia Wirasti, Marthino Lio, Putri Marino, hingga sederet aktor-aktor senior seperti Lukman Sardi dan Christine Hakim.

Bagi para pencinta film layar lebar, film ini dijadwalkan tayang di bioskop-bioskop terkemuka di Indonesia pada tanggal 23 Agustus 2018. Bersiaplah untuk menikmati kisah sejarah lewat medium populer yang lebih mengasyikan.


(Foto: courtesy of Mooryati Soedibyo Cinema)