Jepang menjadi tumpuan kreativitas bagi pasangan desainer Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese untuk koleksi Sebastian Gunawan Signature terbarunya kali ini. Inspirasi datang dari teknik melipat kertas yang disebut Orukami (Oru artinya lipat, Kami artinya kertas) yang dikawinkan dengan Yukata Kimono, pakaian tradisional Jepang, dengan detail bagian drape pada bagian punggung ketika kimono dipakai.
Sebastian dan Cristina menjelaskan bahwa pada dasarnya, formula membuat baju itu sama seperti seni melipat kertas Orukami, yaitu dimulai dengan pembuatan dasar baju atau toile dengan cara melipat-lipat bahan sesuai dengan desain yang diinginkan, lalu hasil lipatan tersebut dipindahkan ke atas kertas untuk dijadikan pola.
Ruang presentasi pun disulap jadi kaya akan lipatan. Juntaian kain velvet warna-warni menyelimuti area ballroom Hotel Mulia malam itu. Sementara bagian alas panggung, dilapisi motif tumpukan garis melengkung yang saling bertabrakan dalam nuansa hitam-putih.
Setelah para tamu memenuhi kursi, lampu mulai digelapkan. Kemudian tampak seorang model berjalan di atas runway dalam balutan dress berefek gelembung yang disempurnakan dengan tatanan rambut yang digelung khas Jepang.
Kemudian terlihat aksen-aksen drape kimono dengan gaun-gaun malam modern, peletakannya bukan saja di sisi punggung, tetapi di sisi depan, hingga menjadi bentuk cocoon dress, dan juga cocoon cape.
Kedua desainer seakan ingin memadukan prespektif desain tradisi Jepang dengan pakaian khas Eropa sesuai dengan latar belakang pendidikan fashion Sebastian dan Cristina di Instituto Marangoni, Milan.
Rok gelembung yang biasanya ditopang dengan konstruksi petticoat di sisi dalam, kali ini berhasil diciptakan hanya dengan teknik lipatan. Sifat gelombang drape yang simetri pada sejumlah rancangan dikontraskan dengan bentuk-bentuk geometri asimetri, seolah hasil bentukan Orukami.
Ragam material hadir sebagai dasar koleksi, seperti crepe, mikado, tule, chiffon silk, damask, lace, tweed, santung, jacquard, hingga leather untuk sarung tangan, dan benang rajut Chenille lembut yang turut dikreasikan sebagai pengganti efek fur.
Sebastian dan Cristina juga mendesain perhiasan penyempurna rancangan berupa anting, kalung, dan bros, dalam bentuk capung, pita, dan modul, yang siluetnya seolah dari proses Orukami. Perhiasan tersebut dibuat oleh Rinaldy A. Yunardi.
Alhasil, rancangan ini tampil berdinamika dan lebih menyegarkan. Pilihan warna juga dimulai dari yang lembut seperti lavender, light blue, light grey, bergerak ke warna-warna bold seperti kuning, turquoise, orange, red orange, dan red coral. Lalu diikuti dengan siluet tuksedo dan suit dalam warna hitam dan putih yang dirancang lebih klasik dengan sentuhan edgy dan dekonstruktif.
“Kami berharap koleksi ini bisa diterima di kalangan yang lebih luas, berjiwa muda, sembari kami meregenerasi minat high fashion ke generasi selanjutnya,” ujar Cristina Panarese.
(Layout: Kania Ivanka Ardania; Foto: Courtesy of Sebastian Gunawan)