Warna dan bahan-bahan natural, artisanal, know-how, sustainable, daur ulang sebuah konsep Greens, menjadi bagian dari gaya hidup yang akan terus menerus berkembang. Seperti yang terlihat dari rangkaian produk kreatif buatan Indonesia di butik unik di kota Paris.
Butik yang terletak dalam sebuah distrik yang bobo. Bobo adalah singkatan dalam bahasa Prancis dari kata bohemian dan borjuis. Ini adalah distrik yang ramai dikunjungi anak muda bergaya kekinian hingga modis. Butik ini ramai dengan hidangan kafe, galeri seni, dan juga brand indie.
Butik Merci ini bekerja sama dengan kedutaan besar Indonesia di Prancis untuk mengadakan sebuah pop-up. Berlangsung selama satu bulan, pop-up ini hadir dengan judul Beyond Bali. Fokus utamanya adalah Indonesia yang mampu mengerahkan kemampuan kreativitas terdepan yang terbuat dari bahan lokal dan artisanal Indonesia dengan konsep modern.
Musim panas baru saja dimulai, panasnya mengingatkan akan iklim di Indonesia. Seperti sebuah suasana liburan yang santai. Butik ini dihias beberapa pondok bambu dengan atap jerami dilengkapi foto dinding yang dengan pemandangan eksotis seperti sawah terasering dikala matahari terbit yang menutupi seluruh tembok.
Hari itu, butik yang menempati sebuah bangunan dari abad 19 tersebut diterangi cahaya matahari sore yang menembus lewat kubah kaca yang menaungi ruangan. Puluhan produk dari Indonesia tersebar dan menjadi pusat perhatian berbagai tamu yang datang di hari pembukaan ini.
Tamu yang hadir tetap memakai masker karena meskipun kota Paris sudah melonggarkan peraturan PPKM tetapi beberapa peraturan kesehatan tetap harus dipatuhi seperti pemakaian masker dalam ruang tertutup.
Tidak kurang dari 28 produk yang menghiasi pameran. Terdiri dari 16 brand untuk keperluan rumah dan 12 brand untuk fashion. Blazer dengan alur etnik, baju linen, t-shirt dengan konsep tie and dye, baju sehari-hari dengan motif bunga, dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti cabas, tas kulit, dan berbagai perhiasan seperti kalung hingga gelang. Berbagai keperluan rumah tangga dalam gaya modern dan minimalis seperti peralatan makan dari kayu, keramik, berbagai anyaman dari serat tanaman untuk lampu ataupun keranjang.
Dalam pidato pembukaan, bapak Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Andorra, Monako serta UNESCO yaitu bapak Arrmanatha Christiawan Nasir hadir bersama sang istri, menjelaskan bahwa acara ini seharusnya berlangsung tahun lalu. Namun, karena lockdown yang berkepanjangan baru dapat dilaksanakan tahun ini.
Selain itu bapak Duta besar mengemukakan tentang potensi kreativitas anak bangsa dan juga know-how dari para pengrajin di Indonesia untuk dikenal untuk publik Eropa. Sedangkan Arthur Gerbi, CEO dari butik Merci, berbicara tentang persiapan pameran ini yang memakan waktu sekitar dua tahun. Sebagai seorang pemimpin, ia berterima kasih kepada berbagai pihak untuk mewujudkan acara ini dengan penuh semangat, banyak diskusi yang terjadi lewat video call karena karantina wilayah yang sempat berlangsung.
Ada beberapa produk yang sudah mempunyai reputasi internasional, seperti furnitur dari studio desain Aievl yang dikreasikan oleh Denny R. Priyatna. Sepasang kursi minimalis dengan dudukan bak buku terbuka yang terbuat dari kayu. Di hari pembukaan saja, terlihat bahwa kedua kursi itu sudah diminati oleh banyak pendatang, hingga terjual.
Kreasi dengan gaya natural dapat kita lihat pada keramik Adinegara. Di mana keramik tersebut dibuat dengan teknik artisanal sehingga memiliki aksen warna natural dan tekstur dari tanah liat. Produk sustainable juga terlihat dari asbak yang terbuat dari beton dan limbah puntung rokok yang di produksi oleh Conture, yang merupakan sebuah rumah desain dengan konsep daur ulang.
Beberapa label fashion seperti Canaan dengan t-shirt berbagai warna dengan teknik tie and dye, ataupun Nataoka, brand asli dari Bali. Label ini berkonsonan bahasa Jepang dalam pilihan berbagai kemeja linen ataupun label The Story of dengan gaya bohemian dan corak bunga-bunga dalam warna yang fresh.
Secara umum, Arthur Gerbi menjelaskan bagaimana rangkaian produk yang mendapat tempat dalam butiknya itu harus mempunyai kriteria yang sejalan dengan semangat butik ini. Seperti sesuai dengan selera mereka, untuk pilihan penggunaan material ataupun pilihan warna. Selain itu, dapat dikategorikan sebagai produk utilitas yang timeless dan ramah lingkungan. Sedangkan untuk pilihan tajuk Beyond Bali, ia menjelaskan jika banyak orang Eropa yang hanya mengenal Bali. Padahal banyak sekali pengrajin di luar Bali yang kreatif dengan know-how yang berbeda-beda dan menarik.
Di sudut lain, terpajang berbagai kreasi dari label Claris Virot yang mana designer ini hadir di hari pertama ini. Kemudian dia bertutur tentang labelnya yang sudah berdiri sejak tujuh tahun yang lalu. Seorang wanita Prancis yang mencintai Bali, berkreasi dan bekerja sama dengan pengrajin lokal yang dia kagumi untuk teknik dan know-how. Terlihat berbagai aksesoris dari karyanya, seperti tas multi fungsi dari kulit ular, berbagai warna juga kulit lizzard yang dilapis dalam kain etnik, dan rantai emas yang dibuat di Bali, tas model cabas yang terbuat dari kain endek ataupun scarf dari kain sutera. Kreasi istimewa dibuat untuk butik Merci yaitu rangkaian blazer dalam warna cerah yang terbuat dari kain etnik dari Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang merupakan sebuah koleksi terbatas.
Label made in Indonesia atau made in Bali tercantum pada setiap prduk. Bahkan brand Nataoka membuat label dengan penuh humor, seperti yang ditulis seperti berikut: Made with love in Bali - Indonesia by really pretty Balinese Women. Seperti yang ditegaskan oleh Claris Virot, jika para pelanggannya sama sekali tidak bermasalah apabila karyanya berlabel buatan Bali atau Indonesia.
Berbagai koleksi ramah lingkungan dengan desain yang modern sekaligus know-how Indonesia diharapkan akan menarik pelanggan parisien dan juga pelanggan internasional. Sambil menikmati musim panas di Paris, sebuah kejutan lain akan muncul yaitu model t-shirt spesial Indonesia dari butik Merci yang akan diluncurkan di hari kemerdekaan, tanggal 17 Agustus dalam jumlah yang terbatas.
(Foto: Courtesy of Rizal Lim)