Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Bagaimana Perkembangan Kesetaraan Gender dalam Film Superhero Wanita? Simak Pembahasannya Di Sini

Setelah akhirnya film Black Widow tayang di bioskop, Bazaar mengeksplorasi lebih jauh pentingnya pahlawan wanita di jagat film blockbuster.

Bagaimana Perkembangan Kesetaraan Gender dalam Film Superhero Wanita? Simak Pembahasannya Di Sini

Sebuah pesawat menabrak Blue Aegean, seorang pahlawan super yang cepat tentu pasti akan datang untuk menyelamatkan, keluar dari antara tebing dan turun dari langit. Apakah itu seekor burung? atau sebuah peluru? Atau apakah itu aktor pria yang samar-samar terlihat akrab wajahnya yang baru saja dipaksa menghabiskan enam bulan di pusat kebugaran? Tidak, itu adalah sosok Wonder Woman, yang mempertaruhkan segalanya untuk seorang pilot, seorang pria pertama yang pernah dilihatnya sepanjang hidupnya. Saat ia akhirnya menyeretnya ke pinggir pantai, ia langsung terusik oleh sosok "makhluk" yang aneh ini.

Kekuatan peran dari kaum minoritas memang telah membawa hawa baru bagi genre superhero, seperti yang dibuktikan oleh Wonder Woman ketika berhasil menjadi salah satu dari tiga film terlaris tahun 2017, dengan sutradara Patty Jenkins meraih mengakuan terbesar yang pernah ada untuk sutradara wanita. Sekuelnya, yang dirilis awal tahun ini, berlatar di tahun 1984 yang kembali menampilkan aksi aktris Gal Gadot untuk menyelamatkan bumi, yang kali ini berlatar di Oval Office. Lalu jangan lupa juga dengan film Captain Marvel yang rilis tahun 2019 dan dibintangi oleh Brie Larson. Film Marvel Studios pertama yang mengangkat kisah superhero wanita. Film ini berhasil menghasilkan lebih dari 1 miliar dollar di box office, sementara Black Widow, film spin-off yang telah lama ditunggu-tunggu untuk karakter Marvel Scarlett Johansson yang disutradarai oleh Cate Shortland dan juga turut dibintangi oleh Rachel Weisz dan Florence Pugh sebagai sesama agen Black Widows diprediksikan akan sukses ketika tayang di musim panas ini.

Dengan anggaran setidaknya 150 juta dollar, film-film ini berhasil menjadi pusat perhatian. Tidak ada pandangan "perempuan" yang sempit tentang mereka. Karakter yang dibuat untuk semua orang, mereka adalah blockbuster yang lebih berkembang, tanpa gelar yang mungkin sering disematkan pada karakter mereka yaitu hanya seorang "pacar atau pasangan pendukung" dari karakter utama pria. Dalam film Wonder Woman 1984, Gal Gadot terlihat menolak menggunakan pedang pada para staf Gedung Putih, sambil berseru, "Ini bukan salah mereka!" sebelum memamerkan aksi tendangan karatenya sendiri. Demikian pula, tahun lalu, ketika Harley Quinn (Margot Robbie) berpisah dari pacarnya yang tidak baik, Joker dengan film Birds of Prey, sebuah aksi ultra-kekerasan yang dikemas dalam bentuk karnaval: mulai dari menembaki kantor polisi hingga menggunakan asap bom berwarna-warni dan stun gun.

Film-film blockbuster baru berhasil lulus dari ujian Bechdel (Bechdel Test merupakan parameter sederhana untuk mengukur mana film yang berhasil menampilkan tokoh perempuan dengan baik dan layak dalam film): tidak hanya dengan dua karakter wanita berbicara satu sama lain tentang sesuatu selain pria, tetapi hubungan mereka satu sama lain (entah sebagai saudara perempuan atau musuh bebuyutan) yang menjadi pusat cerita. Dalam Wonder Woman 1984, Gal Gadot terliaht memiliki relasi persahabatan dengan karakter Kristen Wiig, seorang arkeolog bernama Barbara Ann Minerva (yang berubah menjadi karakter jahat klasik, Cheetah) sementara di Black Widow, Scarlett Johansson dan Florence Pugh berperan sebagai "saudara perempuan" yang memiliki hubungan renggang. Ya, ini masih memang masih film yang dirancang agar dapat mudah dipahami sambil  memakan popcorn, tetapi setidaknya film ini dibuat oleh sutradara wanita, dan fakta ini mengubah segalanya.

Bagi Patty Jenkins, perubahan dimulai dengan cara menghadirkan staf set film dengan cara yang lebih adil dan inklusif. "Pendekatan saya bersifat kekeluargaan dan beradab, tetapi pada saat yang sama juga ketat. Saya tidak mentolerir jika adanya perilaku buruk," ungkap Patty. "Tetapi jika Anda memiliki keluarga muda, kami akan mengakomodasi kebutuhan Anda." Hal ini terjadi sendiri pada sosok karakter utama, Gal Gadot saat syuting sedang berada di masa awal kehamilan ketika mengandung putri keduanya Maya. Bahkan ada satu adegan di mana ia harus syuting ulang saat ia sudah hamil lima bulan, akhirnya penyesuaian di hadirkan pada kostumnya yang harus dibiarkan terbuka dan perutnya ditutupi kain yang dicat hijau untuk membantu pasca-produksi menggunakan teknologi airbrushing. "Untungnya untuk film kedua, tidak ada yang sedang hamil, terima kasih Tuhan!" ungkap Patty. "Tapi ada banyak anak kecil yang berlarian."

Patty sendiri melahirkan putranya segera setelah menyelesaikan film pertamanya, Monster pada tahun 2003, yang berhasil membawa Charlize Theron meraih penghargaan Oscar untuk kategori Aktris Terbaik. "Membuat film tidaklah muda terutama ketika Anda memiliki anak kecil," bagi Patty saat itu. Sebagai gantinya, ia banyak melakukan banyak proyek lain mulai dari mengarahkan episode serial seperti Arrested Development dan menciptakan cerita pilot untuk The Killing yang berhasil memenagnkan Emmy, hingga menyelamatkan beberapa proyek yang "bermasalah", ia pun sadar bahwa sutradara film wanita tidak dapat melakukan kesalahan fatal. Hingga akhirnya ia kembali ke layar lebar dengan proyek Wonder Woman, belasan tahun kemudian. "Itu adalah perjalanan yang panjang untuk sampai ke sana," katanya.

Hari ini, Patty tidak merekrut stafnya dengan mempertimbangkan kuota kesetaraan. "Saya selalu mempekerjakan banyak wanita, saya bahkan tidak terlalu memikirkannya, tetapi saya juga memiliki banyak hubungan kreatif jangka panjang dengan kaum pria," katanya. "Saya merasa saya melakukan begitu banyak representasi [di layar] ... Saya pikir penting untuk menyadari dan tetap berusaha, saya akan mengundang keragaman ke set saya, tetapi bagi saya yang terbesar dan yang paling penting adalah kesuksesan film saya. Saya selalu ingin membuat karya yang keren, sukses, dan tulus."

Ketulusan adalah bagian dari apa yang membuat Wonder Woman begitu menyegarkan. Gal Gadot memancarkan kebenaran dan kebajikan – kualitas yang tidak peranh ketinggalan zaman terutama di era pasca-modern kita, tetapi kita juga harus memposisikannya dengan cermat sebagai salah satu "warisan" dari Superman. Namun anehnya, pembalikan gender seringkali memungkinkan film-film ini lebih berkesinambungan dengan masa lampau; seperti kebanyakan pahlawan klasik, Wonder Woman pada awalnya enggan untuk bergabung. "Ia akan bertarung jika ia harus bertarung," ujar Patty Jenkins. Perasaan tidak bersalah tentang franchise Wonder Woman bahkan meluas ke periode yang dibangkitkan oleh Patty dengan penuh kasih. "Kami merekam Wonder Woman 1984 bukan sebagai pastiche dari Eighties, tetapi seolah-olah kami benar-benar membuatnya pada tahun 1984," katanya. "Saya suka musik, mode, gaya, dan rasa perubahan sosial di era itu." Era yang ia gambarkan bukanlah Orwellian; bukan, "itu puncak tahun delapan puluhan, sebelum pasar saham jatuh".

Uang, tentu saja, adalah kekuatan: ketika wanita bertanggung jawab, dan membawa banyak uang ke studio, mereka dapat menarik peringkat dan mempromosikan keyakinan atau ide mereka untuk perubahan. Seperti Black Widow garapan Scarlett Johansson telah menjadikannya aktris berpenghasilan tertinggi sepanjang masa, menghasilkan sekitar 3,3 miliar dollar, jadi tidak heran ia mendapat film mandirinya sendiri, yang juga ia produksi sendiri. Setelah Suicide Squad yang rilis tahun 2016 keluar, Margot Robbie bersikeras ia tidak akan berpartisipasi dalam film spin-off untuk karakternya Harley Quinn kecuali ada sutradara wanita, dan akhirnya Cathy Yan mendapatkan posisi itu. Margot juga menolak untuk melakukan pemotretan majalah solo tanpa lawan main wanitanya, dengan alasan "kita semua harus melakukan bersama dalam upaya menyamakan statistik ini".

Jika Anda sadar, alur cerita juga berubah. Rumah produksi Amazon saat ini sedang membuat seri novel karya Naomi Alderman dengan judul The Power, yang menggunakan kiasan superhero untuk memamerkan sisi feminis, menunjukkan kepada kita sebuah dunia di mana wanita muda memiliki kekuatan untuk memberikan kejutan listrik sesuka hati. Pada gilirannya, sutradaranya Reed Morano menggunakannya kekuatannya dengan memutuskan untuk menarik diri dari produksi film besar di negara bagian Georgia, Amerika tahun lalu, setelah gubernurnya menandatangani undang-undang yang secara efektif melarang aborsi setelah usia kandungan mengijak enam minggu.

Sama seperti sutradara wanita yang semakin diberdayakan terliaht sukses, demikian juga para pahlawan layar lebar diberi kesempatan lebih besar untuk berkembang, tidak lagi dibatasi karena keberanian mereka atau dikorbankan demi kebaikan yang lebih besar. Sebelum kredit penutup dari film Birds of Prey, Harley Quinn terlihat berjalan pergi sambil bersiul, sementara pada akhir cuplikan film pertamanya, Wonder Woman terlihat telah jatuh cinta dan berhasil menghentikan Perang Dunia I. Studio film menyukai film-film sukses untuk memiliki sekuel sehingga kelangsungan hidup superheroine semakin terjamin.

Tapi di tengah kebebasan dan pengakuan yang telah berhasil dicapai, masih ada pertarungan lain yang akan datang, terutama dengan para kritikus yang sejauh ini dikenal "tanpa ampun". Kevin Maher di The Times memberi Birds of Prey satu bintang dengan  menyebutnya "scrappy" dan "screechy", kemudian ada juga Anthony Lane dari The New Yorker yang melihat Harley Quinn sebagai "membubuhi kami dengan obrolan tanpa henti, seolah-olah kata-kata adalah buckshot". Maafkan kami, tapi kami  semua ingin dunia yang tak pandang gender, tetapi saya tidak dapat menahan diri untuk tidak memperhatikan bahwa ini adalah sebuah penghinaan klasik yang seksis. Film yang menampilkan banyak wanita sepertinya sedikit lebih sulit untuk dinikmati pria.

Pembalikan peran menghidupkan kembali kiasan lama dari genre film superhero.


Dalam Wonder Woman 1984, Robin Wright terlihat memimpin triathlon wanita yang kuat di kerajaan wanita mitos Themyscira, di stadion yang penuh dengan para kaum Amazon yang bersorak. Namun Patty tidak pernah mengatakan ini adalah film untuk wanita. "Saya selalu ingin menjadi feminisme gelombang terakhir, di mana jika Anda sangat feminis, Anda tidak akan memikirkannya sama sekali. Anda akan seperti, "Tentu saja pahlawan super ini adalah pahlawan super terhebat sepanjang masa. Oh, ia seorang wanita? Saya bahkan tidak memikirkan itu!'" Perubahan ada di sini; semua yang sekarang dibutuhkan adalah "ketidakpedulian".

Black Widow akan tayang di bioskop dalam waktu dekat, sedangkan Wonder Woman 1984 sudah tersedia di platform streaming sekarang.

(Penulis:Naomi Gordon; Artikel ini disadur dari Bazaar UK; Alih bahasa: Janice Mae; Foto: Courtesy of Bazaar UK)