Saya menyukai fashion sejak saya masih kecil. Saya selalu berdandan dan ibu saya dulu adalah wanita yang sangat chic. Ia tinggal di rumah bersama saya sampai saya berusia hampir 11 tahun. Ia kembali bekerja dan meninggalkan saya sendirian.
Saya mengingat satu momen ketika Paskah tiba dan saya tidak memiliki pakaian untuk dikenakan saat parade besar di Fifth Avenue. Saat itu adalah puncak Great Depression dan ibu saya terlalu sibuk dengan bisnisnya sehingga tidak memiliki waktu untuk mengajak saya berbelanja. Karenanya ia berkata, “Saya akan memberimu 25 dolar dan kau bisa pergi ke kota untuk membeli pakaian. Ini akan menjadi pengalaman yang menyenangkan.” Uang yang jumlahnya sangat besar saat itu.
Saya sangat senang dan langsung pergi menuju S Klein yang merupakan toko dengan potongan harga terbaik di 14th Street di Manhattan karena saya tahu di sana bisa mendapatkan penawaran yang bagus. Tak lama, saya menemukan gaun yang menurut saya harus saya beli, namun saya ingat perkataan ibu bahwa saya tidak seharusnya membeli sesuatu yang pertama kali saya lihat.
Saya harus membandingkannya. Jadi saya pergi ke pusat kota dan mencari di department store besar yakni Macy’s, Lord & Taylor, dan Best & Company yang harganya jauh lebih mahal. Saya pun memutuskan untuk kembali dan membeli gaun tadi.
Namun ketika saya sampai di sana, gaunnya sudah tidak ada! Saya panik hingga kehabisan napas mencari-carinya di semua rak dan akhirnya menemukannya. Saya mengucap syukur kepada Tuhan dan berjalan menuju kasir untuk membayar sebesar 12 dolar 98 sen.
Gaun itu sudah ada di tangan dan saya kemudian pergi untuk mencari pelengkap yang akan mempercantik kado saya hari ini. Saya membeli sepatu kulit seharga tiga dolar dan 98 sen, topi jerami, sepasang sarung tangan, dan saya masih memiliki sisa uang untuk mengantar saya pulang ke Queens.
Keluarga saya sangat senang. Ibu saya memuji selera saya dan ayah mengatakan bahwa saya hemat. Hanya kakek saya yang merupakan seorang penjahit tua kelas dunia yang menemukan ada yang salah dengan lubang kancingnya. Namun, ia tidak pernah menemukan lubang kancing yang dapat membuatnya puas.
Bagi saya, perhiasan adalah bagian yang paling transformatif pada pakaian perempuan karena dapat mengubah tampilan outfit secara keseluruhan. Anda bisa mengenakan pakaian yang sama dari pagi hingga acara cocktail hanya dengan mengubah aksesorisnya.
Saya sangat menyukasi costume jewellery karena menurut saya seniman menyampaikan intensinya lewat karyanya secara lebih bebas. Saya sudah mengoleksi perhiasan sejak berusia 11 tahun dan masih menyimpan aksesori yang pertama kali saya miliki.
Saya membelinya di toko yang terletak di ruang bawah tanah sebuah rumah petak di Greenwich Village. Tempat itu penuh sampah, namun saya mengubahnya seperti gua milik Aladdin di dalam imajinasi saya. Tokonya milik seorang pria elegan paruh baya yang jatuh di masa-masa sulit. Meski pergelangan kemejanya berjurai, ia selalu memakai boutonnière, monocle, dan spat.
Ia senang melihat saya karena ia belum pernah menjumpai anak-anak yang memiliki ketertarikan dengan benda-benda miliknya. Setibanya di sana, ia akan mencium tangan saya dan melayani saya seperti putri kecil… Saya terpesona. Ada satu bros yang membuat saya tergila-gila. Bros ini dihiasi dengan kaca di dalamnya yang saya bayangkan sebagai berlian bunga mawar.
Saya dulu sangat senang. Ia mematok harga yang tinggi dan saya tidak memiliki uang sebanyak itu untuk membayarnya. Tetapi saya kemudian menabung dan ketika jumlahnya dirasa cukup, saya kembali untuk menawarnya. Kami saling tawar-menawar dan akhirnya ia melepas bros tersebut seharga 65 sen. Saya menyimpannya sampai sekarang.
Dengan gugup saya mencoba masuk ke ranah fashion editorial. Saya bekerja di Women’s Wear Daily di New York yang merupakan pekerjaan terendah yang mungkin bisa Anda dapatkan. Sekarang semua serba elektronik, namun penerbit zaman dulu akan mempekerjakan anak laki-laki dan perempuan untuk mengantar lembaran kertas dari satu editor ke editor lainnya.
Saya selalu berjalan mondar-mandir di sekitar gedung yang luas dan rumit ini dengan upah yang luar biasa sebesar 15 dolar Amerika setiap minggu. Hal terbaik dari pekerjaan ini adalah saya tidak perlu pergi ke gym! Saya tetap menyukai majalah. Harper’s Bazaar dan Vogue merupakan buku pedoman saya. Saya tak sabar menanti edisi selanjutnya dan saya akan membacanya satu per satu dari sampul satu ke sampul lainnya.
Menurut saya sangat lucu bahwa saya dianggap sebagai ikon gaya sekarang. Saya dan suami saya [Carl Apfel yang meninggal dunia tahun 2015] biasanya menertawakannya karena saya tidak melakukan apa yang saya tidak lakukan 70 tahun yang lalu.
Sepertinya sekarang baru terasa. Saya selalu suka berpakaian dengan gaya saya sendiri; Saya tidak seperti orang lain. Saya mendapati banyak orang yang mengatakan bahwa mereka ingin menjadi sosok yang berbeda dari yang lain, tetapi nyatanya tidak ada aksi yang membuktikan omongan mereka.
Saya selalu mengatakan, “Lebih baik bahagia daripada berpakaian bagus.” Maksud saya, penampilan yang baik memang luar biasa tetapi jika ini menjadi beban serta membuat Anda gugup dan tidak nyaman maka tidak ada artinya. Hidup sangatlah membosankan dan menyedihkan, dan dunia bukanlah tempat di mana semua kebaikan ada.
Oleh karena itu menurut saya fashion seharusnya selalu menjadi sesuatu yang menyenangkan. Satu atau dua dekade terakhir, saya mencoba membantu orang-orang untuk memahami itu. Beberapa d antaranya menulis dan mengatakan bahwa saya telah memberi mereka kebahagiaan dan keberanian. Beberapa yang lain bahkan mengatakan bahwa saya mengubah hidup mereka. Saya bersyukur karenanya.
Saya sekarang menjalani karantina selama lebih dari tiga bulan. Meskipun demikian, saya tidak merasa bosan sendirian. Saya menikmati masa-masa sendiri dan lockdown benar-benar menyimpan berkah karena saya telah bekerja begitu banyak. Sudah 10 tahun berlalu sejak saya terakhir kali berlibur. Saya sudah tidak muda lagi jadi saya sangat lelah, dan saya memiliki waktu untuk dipaksa beristirahat. Apartemen saya terletak di tepi Palm Beach dan saya merasa beruntung karena saya bisa duduk di teras setiap hari.
Saya selalu senang membuat orang bahagia, terutama di masa-masa seperti sekarang. Saya bersenang-senang dengan Instagram feed saya. Jadi di bulan Maret lalu, saya menyampaikan kepada followers saya bahwa dengan sekarang Anda berada di rumah dan tidak melakukan apa-apa, mengapa tidak membongkar isi lemari dan memadukan semuanya dengan sekreatif mungkin dengan cara yang menyenangkan lalu mengirimkan fotonya ke saya? Pesan ini kemudian tersebar begitu cepat. Lebih dari 3000 orang dari 65 negara memberikan foto yang menakjubkan.
Tak hanya untuk wanita dan pria, namun juga bayi, anjing, dan juga kucing. Minggu lalu seseorang mengirimkan satu set potret anjing yang memakai semua outfit saya, jadi saya mengunggahnya dengan caption ‘Imitation is the most sincere form of flattery.’
Filosofi saya adalah untuk hidup di masa sekarang. Hari kemarin sudah berlalu dan Anda tak pernah tahu apakah masih ada hari esok, jadi Anda sebaiknya menikmati hari ini. Sebagaimana yang biasanya dikatakan oleh suami saya, Anda sebaiknya benar-benar hidup di setiap hari seperti ini adalah hari terakhir Anda, karena suatu saat Anda akan melakukan yang benar.
(Diceritakan kepada Frances Hedges; Artikel ini disadur dari: Bazaar UK; Alih bahasa: Erlissa Florencia; Foto courtesy of: Bazaar UK)
- Tag:
- Iris Apfel
- fashion