Jika Anda membicarakan dunia fashion, Anda akan ditawari enam musim dan bahkan lebih.
Wajar jika dunia hanya mengenal dua atau empat musim saja. Namun sebenarnya industri fashion menawarkan lebih dari itu. Pada dasarnya, ada dua musim utama yang dapat diamati pada industri mode, yakni Spring/Summer dan Autumn/Winter atau juga dikenal Fall/Winter. Dua koleksi ini mencerminkan kebutuhan penampilan secara garis besar yang disesuaikan dengan musim yang berlangsung. Misalnya, pada koleksi Spring/Summer, kita akan menjumpai material-material ringan dan menyerap keringat yang memang diperuntukkan musim panas. Sedangkan, perubahan variasi terlihat di musim semi dengan warna atau motif yang lebih playful. Berbanding terbalik dengan koleksi Autumn/Winter, para fashionista akan dibuai dengan ragam koleksi yang lebih 'berbobot' melalui permainan layer, material yang menghangatkan tubuh (seperti fur), dan dominasi palet yang lebih gelap.
Di samping dua musim tersebut, ada pula koleksi Haute Couture, yang idealnya merupakan wujud kreativitas tingkat tinggi dengan teknik yang memukau. Biasanya, koleksi ini merupakan refleksi idealisme sang desainer. Haute Couture sendiri, berangkat dari karya para couturier yang sejatinya menyajikan busana atas dasar permintaan klien.
Beranjak dari rangkaian musim-musim tersebut, ada selipan musim untuk menjalin pergantian musim-musim di atas, bernama Resort dan Cruise, atau sering kali disebut pre-collection, dan kadang juga disebut holiday atau travel collection. Kehadiran koleksi ini, awalnya ditujukan untuk kalangan atas dalam rangka memenuhi kebutuhan penampilan mereka di saat berlibur ke negara-negara tropis, sehingga busana yang dilansir muncul dalam kerangka summer. Pre-collection itu sendiri memiliki keunggulan dan tujuan tersendiri
bagi para rumah mode, yakni sebagai 'bocoran' bagi para konsumen agar mendapat gambaran pada koleksi mendatang.
(Teks: Gusti Aditya, Foto: Dok. Harper's Bazaar)
