Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Babak Baru Dior: Jonathan Anderson Mengawali Era dengan Visi yang Dekonstruktif

Jonathan Anderson membuka babak baru Dior Menswear lewat koleksi debut yang sarat referensi sejarah dan eksplorasi seni.

Babak Baru Dior: Jonathan Anderson Mengawali Era dengan Visi yang Dekonstruktif
Layout: Naura Kamilla//Foto: Courtesy of Dior

Pada Jumat, 27 Juni 2025, Jonathan Anderson resmi mempersembahkan koleksi perdana untuk Dior Men dalam perhelatan Paris Fashion Week, menandai awal era baru yang penuh penantian. Bertempat di Hôtel des Invalides, pertunjukan ini menjadi langkah pertama Jonathan Anderson setelah diangkat sebagai direktur artistik untuk seluruh lini Dior—wanita, pria, hingga couture—yang diumumkan awal bulan ini.

Alih-alih panggung megah, para tamu disambut dalam ruang yang menyerupai galeri seni, yakni lantai parket mengilap, dinding berbalut beludru, dan dua lukisan kecil karya pelukis abad ke-18, Jean-Baptiste-Siméon Chardin. Anderson menyebutnya sebagai “karya yang sederhana namun indah”, sebuah pernyataan diam-diam melawan teatrikalitas runway masa kini, sekaligus memberi pengantar halus terhadap narasi koleksi yang dibawanya.

Courtesy of Dior

Dan siapa sangka, lembaran baru Dior dibuka dengan… celana kargo.

Namun tentu saja, ini bukan celana kargo biasa. Terbuat dari 15 meter kain cotton drill, siluetnya berlipit dramatis di bagian belakang, terinspirasi dari gaun ikonis rancangan Christian Dior. Celana kargo sepanjang betis ini dipadukan dengan blazer tweed Donegal, reinterpretasi Jonathan terhadap Bar Jacket, yang merupakan ikon abadi rumah mode tersebut.

Koleksi ini menjadi pusat perhatian karena menentukan arah masa depan Dior Men. Dunia mode kini menanti bagaimana pendekatan konseptual Jonathan Anderson akan berdialog dengan warisan elegan dan tailoring presisi khas Dior. Debutnya bermain-main dengan sejarah dan kemewahan, mencoba memahami bahasa rumah mode sebelum menciptakan narasi baru yang segar. Di tengah kehadiran para A-lister, Jonathan menyisipkan sentuhan kontemplatif, yaitu ruangan yang ditata menyerupai Gemäldegalerie Berlin, lengkap dengan dua lukisan Chardin, menciptakan atmosfer museum yang menyiratkan kebebasan dan keintiman dalam seni berpakaian.

Courtesy of Dior

Courtesy of Dior

Courtesy of Dior

Courtesy of Dior

Courtesy of Dior

Rasa bahagia hadir melalui cara berpakaian. Sepanjang koleksi, Jonathan Anderson memeriksa ulang elemen-elemen DNA Dior: siluet New Look, tailoring yang presisi, dan kemewahan yang tak mencolok, semuanya dilihat melalui lensa kreatif yang tajam. Kita melihat eksplorasi proporsi dan tekstur yang khas ala sang creative director, ditampilkan melalui jas Bar Jacket berbahan tweed Irlandia, dasi yang dikenakan terbalik, hingga overcoat menyerupai cape yang dipadankan dengan celana pendek dan kaus kaki sporty. Kemeja tuxedo dan rompi formal dipadu denim dan scarf sutra, memberi napas baru pada estetika pria Prancis abad ke-18 dan ke-19.

Courtesy of Dior

Courtesy of Dior

Aksesori juga mencuri perhatian. Dior Book Tote tampil maskulin dengan sampul buku sastra seperti Les Fleurs du Malkarya Baudelaire dan In Cold Blood dari Truman Capote. Knit pastel, loafer bulat bermonogram CD, slipper suede, hingga sandal minimalis memperkuat kesan siap pakai yang fungsional namun berkarakter.

Jika ada satu benang merah dalam karya Jonathan, maka itu adalah kemampuannya meredefinisi makna material. “Bahan yang mengingat sentuhan tangan”, itulah istilahnya. Ia tidak mengejar kesempurnaan, justru merayakan ketidakteraturan sebagai bahasa baru dalam busana. Dari aksesori keramik retak di Loewe Fall/Winter 2021, hingga kancing keramik yang dipasang tidak sejajar, Jonathan Anderson menantang batas antara fashion dan seni objek.

Koleksi debut ini membuktikan satu hal: Jonathan Anderson tak hanya merancang pakaian, ia membangun dunia. Dan dunia baru Dior ini terasa sangat menarik untuk ditelusuri.