Tampaknya setiap minggu ada 'bacaan wajib' baru yang diterbitkan, membuat semakin sulit untuk mengikuti tren terkini dalam daftar bacaan pribadi Anda.
Tetapi meskipun ada banyak sekali novel di luar sana yang bisa dinikmati, beberapa dianggap lebih besar atau lebih penting daripada yang lain, mungkin karena prosa yang luar biasa, alur cerita yang memprovokasi pemikiran, atau batasan yang mereka pecahkan saat diterbitkan. Seberapa banyak atau sedikit Anda menyukai novel, ada beberapa buku yang harus dipertimbangkan untuk dibaca setidaknya sekali dalam seumur hidup.
BACA JUGA: 20 Rekomendasi Buku Terbaik untuk Anda Baca di Pantai
Untuk memberikan pilihan sastra yang baik, kami telah memilih 10 novel yang patut dibaca, bahkan banyak di antaranya masih termasuk dalam daftar bacaan sekolah hingga hari ini. Dari eksplorasi ketegangan rasial Harper Lee dalam To Kill a Mockingbird, hingga roman gothic Emily Brontë, Wuthering Heights, dan mahakarya Jazz Age, F. Scott Fitzgerald, The Great Gatsby, inilah buku-buku klasik yang kami yakin Anda ingin baca berulang-ulang kali.
Untuk inspirasi membaca lebih lanjut, lihat panduan kami untuk kisah cinta modern terbaik, cerita menegangkan terbaik, dan kumpulan memoar dan autobiografi yang menginspirasi. Kami juga telah mengumpulkan daftar panjang Women's Prize for Fiction untuk Anda beli sekarang: seleksi pilihan dari beberapa publikasi terbaik terbaru oleh wanita.
1. To Kill A Mockingbird oleh Harper Lee
Kisah klasik Harper Lee yang berlatar tahun 1930-an di Alabama mungkin merupakan teks seminal tentang ketegangan rasial di Deep South. Ceritanya mengikuti pengacara kulit putih Atticus Finch saat ia berusaha menyelamatkan nyawa Tom Robinson, seorang pria kulit hitam yang dituduh secara salah memperkosa seorang wanita kulit putih. Kepolosan narator, putri Atticus, yang berusia enam tahun bernama Scout, hanya menyoroti ketidakadilan dan ketidakpahaman situasi tersebut.
Sebuah klasik Amerika sejati, To Kill A Mockingbird mendekati masalah rasisme yang rumit di AS dengan humor, kehangatan, dan kasih sayang, menjadikannya diakui secara luas sebagai salah satu buku terbesar di abad ke-20. Harper menerbitkan novel lanjutan pada tahun 2015, Go Set A Watchman, yang berlatar di tahun 1950-an yang menggambarkan perkembangan karakter dua dekade kemudian. Novel ini tidak hanya mengkonfirmasi kehebatan To Kill A Mockingbird, tetapi juga menambahkan konteks dan makna baru pada karya klasik tersebut.
2. The Great Gatsby oleh F. Scott Fitzgerald
Pendek tapi sangatlah manis, mahakarya F. Scott Fitzgerald ini telah menjadi gambaran kegemerlapan dari tahun 1920-an, alias Roaring Twenties, dan kematian dari American Dream. Sebuah tragedi modern, novel ini menceritakan kejatuhan seorang jutawan baru, Jay Gatsby, saat ia sedang berusaha memenangkan kembali cinta mantan kekasihnya, Daisy Buchanan, yang sekarang menikah dengan pria kaya lain. Dalam pencarian obsesif akan kekayaan dan status yang dilambangkan oleh Daisy, ia gagal melihat sifat aslinya, dan hal inilah yang akhirnya menyebabkan kejatuhannya.
Ironisnya, The Great Gatsby tidak seberhasil novel-novel Fitzgerald sebelumnya, seperti This Side of Paradise dan The Beautiful and the Damned. Hanya setelah Fitzgerald meninggal, buku ini menjadi prominen, dan bahkan didistribusikan secara gratis di antara pasukan Amerika selama Perang Dunia II untuk meningkatkan moral budaya. Dan saat ini, buku tersebut dianggap sebagai mahakarya Fitzgerald.
3. Wuthering Heights oleh Emily Brontë
Tidak ada daftar bacaan yang lengkap tanpa roman gothic Emily Brontë, Wuthering Heights. Ditulis pada tahun 1847 sebagai reaksi terhadap fiksi romantis populer Jane Austen, ini adalah kisah yang jauh lebih gelap dan lebih rumit, sebuah narasi kotak yang mencakup dua generasi. Terlebih, buku tersebut menampilkan beberapa prosa paling indah dalam kanon bahasa Inggris, novel ini menggambarkan hubungan destruktif antara Catherine Earnshaw dan seorang anak angkat bernama Heathcliff, yang berlatar di tengah suasana liar dan buas di dataran tinggi Yorkshire. Karya satu-satunya yang diterbitkan oleh Emily Brontë ini, menggambarkan kekerasan dari romansa yang terkutuk dan sisi kegelapan yang merayap dari balas dendam, beda dari novel lainnya.
4. The Handmaid's Tale oleh Margaret Atwood
Berlatar belakang di masa depan distopia, The Handmaid's Tale yang sekarang menjadi serial TV besar, menggambarkan sebuah dunia di mana bencana lingkungan telah menyebabkan sebagian besar populasi perempuan menjadi mandul. Ketika kelompok agama fundamentalis mengambil alih apa yang dulunya adalah Amerika Serikat, wanita yang subur dikumpulkan dan dilatih untuk menjadi 'dayang' yang diam, tidak bernama, dan dipaksa untuk bereproduksi dengan pria yang berkuasa.
Sebuah teks feminis penting, novel Margaret Atwood mengeksplorasi konsekuensi dari pembalikan hak-hak perempuan. Margaret sendiri mengatakan bahwa saat menulis The Handmaid's Tale, ia sangat berhati-hati untuk tidak memasukkan apa pun yang tidak memiliki pendahuluan sejarah atau referensi modern. Hal ini membuat buku tersebut jauh lebih gelap dan lebih mengerikan dibanding karya fiksi ilmiah lainnya.
5. Things Fall Apart oleh Chinua Achebe
Okonkwo adalah pegulat dan pejuang terhebat yang hidup, dan terkenal di seluruh Afrika Barat, tetapi ketika dia secara tidak sengaja membunuh seorang anggota klan, hidupnya mulai berantakan. Okonkwo diasingkan, dan ketika ia kembali, ia menemukan misionaris dan gubernur kolonial yang telah tiba di desanya. Pertama kali diterbitkan pada tahun 1958, novel penulis Nigeria Chinua Achebe ini membentuk kembali sastra Afrika dan dunia, dan telah terjual lebih dari 10 juta buku dalam 45 bahasa. Jika Anda menyukainya seperti kami, Anda akan senang untuk mengetahui bahwa ini adalah bagian dari sebuah trilogi. Terdapat dua novel selanjutnya yang menceritakan tentang nasib komunitas Afrika berjudul, Arrow of God dan No Longer at Ease.
6. 1984 oleh George Orwell
Mungkin menjadi penggambaran distopia yang paling brilian tentang masyarakat totaliter, 1984 adalah polemik sejarah dan budaya sama seperti kisah menegangkan yang menyerap. Kata-kata dari novel ini telah meresap ke dalam leksikon umum seperti 'doublethink' dan 'Big Brother', dan buku ini terus mempunyai pengaruh hingga hari ini. Seperti yang ditulis oleh kritikus dan penulis Jonathan Freedland tentang 1984, "buku itu telah menjadi singkatan untuk... negara pengawasan, untuk kekuatan media massa dalam memanipulasi opini publik, sejarah, dan bahkan kebenaran". Sebuah buku yang mencakup kebebasan, pengkhianatan, dan kekuatan protes, ini adalah landasan sastra Inggris.
7. Pride and Prejudice oleh Jane Austen
Novel paling terkenal Jane, dan mungkin salah satu yang paling terkenal yang pernah ditulis dalam bahasa Inggris, telah berhasil menjadi lucu, cerdas, modern, dan abadi sekaligus. Berfokus pada hubungan Elizabeth Bennet, salah satu pahlawan feminis terbesar dalam sastra, dan Fitzwilliam Darcy, buku ini lebih dari sekadar kisah cinta tradisional, melainkan penuh dengan karakter yang lucu, permainan kata, dan ironi. Pemula yang bagus untuk Jane, dan jika Anda menyukainya, kami merekomendasikan Persuasion, kisah klasik lainnya yang menampilkan pahlawan wanita yang kuat.
8. Beloved oleh Toni Morrison
Sebagian cerita hantu, sebagian refleksi mendalam tentang kejahatan perbudakan, novel pemenang Pulitzer ini adalah pencapaian tertinggi penulis Amerika Morrison. Didedikasikan untuk 'Enam Puluh Juta lebih' orang Afrika dan keturunan mereka yang meninggal akibat perdagangan budak, novel ini berlatar di pertengahan abad 1800-an, setelah Perang Saudara Amerika. Buku tersebut menceritakan kisah trauma masa lalu Sethe menjadi seorang budak di Sweet Home di Kentucky, yang ditinggalkan oleh putra-putranya dan hidup bersama putri bungsunya di Cincinnati. Ketika penyintas Sweet Home lainnya muncul di depan pintunya, hal itu menandakan kedatangan yang lain, yaitu seorang wanita misterius yang menyebut dirinya 'Beloved' alias kesayangan. Sebuah karangan yang luar biasa, Beloved tidak hanya menggabungkan ide-ide tentang keibuan, keluarga, cerita rakyat, dan komunitas, namun juga didampingi dengan kengerian sejarah.
9. The Catcher in the Rye oleh J.D. Salinger
Sebuah cerita coming-of-age, yaitu pencarian jati diri, yang jenaka dan bijaksana, The Catcher in the Rye adalah klasik sejati yang tak lekang oleh waktu. Saat itulah Natal dan Holden Caulfield baru saja dikeluarkan dari sekolah untuk kesekian kalinya. Ia berpindah-pindah di Kota New York untuk mencari penghiburan dalam pertemuan singkat, namun selalu memikirkan adik perempuannya Phoebe, satu-satunya orang yang benar-benar memahaminya. Sebuah elegi untuk keterasingan remaja, yang benar-benar menangkap kebutuhan akan koneksi dan kebingungan fase tersebut. Buku ini tetap relevannya hari ini seperti saat pertama kalinya diterbitkan pada tahun 1950-an.
10. Mrs Dalloway oleh Virginia Woolf
Pada suatu pagi hari di bulan Juni yang sempurna, Clarissa Dalloway, seorang pramuria berbakat yang modis, berwawasan luas, dan kaya raya, berangkat keluar untuk membeli bunga untuk pesta yang akan diadakannya malam itu. Selama perjalanan tersebut, ia sibuk mengenang kenangan masa kini dan masa lalunya, dan dari monolog pikiran sendiri, munculah orang-orang yang telah menyentuh hidupnya. Berani dan eksperimental, Mrs Dalloway karya Virginia Woolf adalah karya fiksi dari abad ke-20 yang penting dan berinovasi nyata dalam sejarah penulisan novel. Dan tentu bacaan yang sangat bagus.
BACA JUGA:
20 Rekomendasi Buku Terbaik untuk Anda Baca di Pantai
Biografi Kerajaan Terbaik untuk Dibaca
(Penulis: Clara Strunck; Artikel ini disadur dari Bazaar US; Alih bahasa: Aimee Mihardja; Foto: Courtesy of BAZAAR US)