Type Keyword(s) to Search
Harper's BAZAAR Indonesia

Michelle Tjokrosaputro Berbagi Cerita tentang Perjuangan dan Impiannya Bersama Dan Liris

Simak kisah sang CEO dan harapannya pada industri tekstil Indonesia.

Michelle Tjokrosaputro Berbagi Cerita tentang Perjuangan dan Impiannya Bersama Dan Liris

Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Ungkapan tersebut rasanya tepat bila kita melihat perjalanan Michelle Tjokrosaputro saat ia mengangkat kejayaan Dan Liris, manufaktur garmen di Sukoharjo yang telah bekerja sama dengan brand global dan desainer lokal. Berawal dari kenangan pahit saat industrinya nyaris kolaps, Dan Liris sekarang semakin kokoh berdiri bersama anak-anak perusahaan lainnya di bawah kepemimpinannya.


Bazaar tertarik untuk menyelami perjalanan bisnisnya dan mengetahui sepak terjang sang CEO. Berkunjung ke studio barunya yang berada di area Jakarta Selatan, kami pun mendapatkan sambutan yang begitu hangat dari Michelle dan timnya yang tampak kompak. Kami kemudian duduk bersama dalam satu ruangan dan ia, dengan pembawaannya yang ramah dan ceria, berbagi tentang kisah serta impiannya.

 

Perjalanan awalnya bersama Dan Liris tidak mudah

Lahir dari keluarga yang erat dengan batik, perjuangan Michelle untuk membangkitkan kembali Dan Liris tidak semudah membalikkan telapak tangan. Manufaktur warisan sang ayah saat itu berada dalam keadaan nyaris kolaps saat beralih kepadanya. Belum lagi, ia harus berhadapan dengan para pekerja pabrik yang melakukan demonstrasi tiada henti. Kendati dihadapkan pada situasi yang problematik, ia tetap berniat untuk membantu orang tuanya mempertahankan Dan Liris meski tidak memiliki bekal tentang bisnis dunia tekstil.

"I am a woman and I just got married. Keluarga saya tinggal di Jakarta dan saya tidak bisa bekerja dari pukul sembilan pagi hingga lima sore di Solo," kenangnya ketika ia diminta untuk membantu perusahaan ayahnya saat itu. "Kedua, I have no background at all in textile. Oleh sebab itu saya minta kedua orang tua saya tidak berekspektasi sama sekali terhadap saya. Anggap saja kalau di bawah Michelle pasti tutup," tambahnya.

Tetapi hanya satu hal yang ia janjikan untuk menenangkan kedua orang tuanya, yakni, "I will fight until my last blood. Saya akan berjuang dengan segala keterbatasan saya. Saya akan berjuang sampai titik darah penghabisan."



Melakukan perubahan dengan casual relationship

Untuk membuktikan janjinya, cucu dari Kasom Tjokrosaputro tersebut harus melakukan sejumlah perubahan di perusahaan secara perlahan tanpa harus mengikis tradisi yang ada. Langkah pertama, ia membuka diri untuk belajar dan merangkul jajaran direksinya. "I cannot do it by myself, so you need to lead me instead of me leading you," ucapnya.

Selain memangkas birokrasi dan membuka laporan keuangan agar lebih transparan, langkah penting lainnya adalah ia tanpa ragu menjalin persahabatan dengan serikat pekerja. Nilai ini ia petik dari sifat mendiang ayahnya. "Ayah saya tidak pernah mengatakannya secara langsung, tetapi saya melihatnya dari kehidupannya. Dia selalu memanusiakan manusia dan tidak perhitungan dengan orang-orangnya. Saya mentransformasikannya sebagai 'kita harus berteman dengan mereka'," tuturnya. 

Bagaimana hasilnya setelah Michelle menerapkan prinsip ini? "Sekarang hubungan dengan serikat pekerja itu mesra banget. Sejak demo pertama kali itu, kami tidak ada demonstrasi lagi," ceritanya. 

Sepak terjang di dunia tekstil

Seiring berjalannya waktu, manufaktur ini berkembang pesat di bawah sentuhan tangan Michelle. "What excites me the most is to use more and more sustainable material. Kan kita banyak sampah di pabrik, jadi bisa diolah lagi," jelas Michelle . 

Sekarang sudah ada beberapa anak perusahaan yang berada di bawah payung Dan Liris Group dan PT Efrata Retailindo adalah salah satunya. Perusahaan inilah yang menaungi label 'playground' milik Michelle yaitu Bateeq yang berdiri pada tahun 2013. Bateeq sendiri sudah mengisi ajang pergelaran busana seperti Jakarta Fashion Week 2019, Fashion Scout Autumn/Winter 2019 di London, serta Seoul Fashion Kode in 2018. Pencapaian lainnya, PT Efrata Retailindo berhasil meraih penghargaan Upakarti pada bulan Desember 2020.

Bidang usaha Dan Liris sendiri mencakup banyak hal mulai dari spinning, weaving, dyeing, finishing, printing, hingga produksi garmen yang 100 persen ditujukan untuk keperluan ekspor. Perusahaan ini banyak membuat seragam untuk maskapai penerbangan seperti Emirates, Delta Air Lines, dan Qantas. Tak hanya itu, "We make over than 1000 school uniforms in Australia," ungkap Michelle.

Sementara untuk fashion, Dan Liris menyediakan bahan untuk brand seperti Polo Ralph Lauren, Country Road, dan Barbour Japan. Di Indonesia sendiri, Dan Liris bekerja sama dengan banyak desainer di antaranya yakni Peggy Hartanto, Duma, dan Cotton Ink. Namun, langkah Michelle belum cukup sampai di situ, sebab ia juga turut berinvestasi di salah satu brand lokal yakni Major Minor.


Mimpinya untuk industri tekstil di Indonesia

Sukses membangun kembali Dan Liris bukan berarti perjuangan Michelle sudah selesai. Justru, dari sinilah mimpi-mimpinya yang lain terus bermunculan. Selain bercita-cita ingin membuat Bateeq menjadi label yang melegenda, ia juga mengatakan, "Saya ingin Dan Liris menjadi fully automated dalam 10 tahun mendatang dan bisa memberikan added values." Michelle ingin Dan Liris bisa bersaing dengan perusahaan manufacturing yang ada di Korea, Jepang, dan China yang sudah menerapkan smart textile.

Michelle pun menyadari bahwa industri tekstil tidak bisa berdiri sendiri. Ia ingin terus bekerja sama mendukung para desainer atau brand lokal sehingga dapat tumbuh dan berkembang bersama agar fashion Indonesia bisa bersaing di pasar global. Ia menambahkan, "Bila semakin banyak factories yang juga menyediakan sarana untuk desainer, maka akan semakin banyak pula brand yang mempunyai kesempatan untuk lebih maju dan terekspos."

Tidak hanya itu, tanpa lelah Michelle terus mengusung misi sustainability bersama perusahaannya. Dengan semangat ia berujar, "Saya ingin membuat sustainable fabrics dan saya ingin kalau bisa semua fiber dibuat di Indonesia." Ia tak henti berandai-andai jika Indonesia nantinya bisa membuat serat kain dari bahan-bahan yang mudah ditemui di sekitar kita mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. "Indonesia ini sumber dayanya banyak banget. Semua tumbuh di sini dan buatlah itu menjadi sustainable textile. Itu cita-cita saya. Susah, tetapi semoga saja bisa," ungkapnya.

Fotografi: Hadi Cahyono

Fashion Editor: Yudith Kindangen

Retoucher: Raghamanyu Herlambang